Khotbah: Percaya Tanpa Melihat – Pelajaran dari Tomas di Yohanes 20:24-29
Menjelajahi keraguan yang jujur menuju keyakinan yang kokoh
Pendahuluan: Tantangan Iman di Dunia yang Skeptis
Dalam perjalanan hidup kita, keraguan seringkali menjadi tamu tak diundang yang mengetuk pintu hati dan pikiran. Dunia modern, dengan segala kecanggihan sains dan logika, sering mendorong kita untuk menuntut bukti konkret, data yang bisa diukur, dan fakta yang tak terbantahkan. Hal ini tidak hanya berlaku dalam ranah ilmiah atau sehari-hari, tetapi juga merambah ke dalam kehidupan spiritual kita. Banyak orang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang keberadaan Tuhan, kebenaran Alkitab, dan realitas kebangkitan Yesus Kristus. Di tengah tantangan ini, kisah Tomas dalam Injil Yohanes menjadi cermin yang sangat relevan dan menghibur bagi kita semua.
Pasal 20 dari Injil Yohanes mencatat serangkaian penampakan Yesus pasca-kebangkitan-Nya. Ini adalah puncak narasi Injil, momen di mana kemenangan Kristus atas dosa dan maut diwujudkan secara nyata. Para murid, yang sebelumnya tercerai-berai dalam ketakutan dan keputusasaan, kini mulai merasakan secercah harapan dan sukacita yang meluap-luap. Namun, tidak semua dari mereka mengalami sukacita ini secara bersamaan. Ada satu sosok yang menonjol dengan permintaannya yang lugas, bahkan bisa dibilang menantang, untuk sebuah bukti yang tidak bisa dibantah.
Kisah Tomas, yang sering disebut "Tomas Si Peragu," adalah salah satu narasi paling kuat dalam Alkitab yang berbicara tentang hakikat iman, karakter Allah yang sabar dan penuh kasih, serta berkat bagi mereka yang memilih untuk percaya. Lebih dari sekadar cerita tentang seorang murid yang skeptis, ini adalah undangan untuk merenungkan bagaimana kita menghadapi keraguan kita sendiri, bagaimana Yesus berinteraksi dengan orang-orang yang bergumul, dan mengapa iman yang tidak didasarkan pada penglihatan fisik memiliki nilai yang begitu tinggi di mata Tuhan.
Dalam khotbah ini, kita akan menyelami Yohanes 20:24-29 dengan detail, membedah setiap frasa dan peristiwa untuk menggali pelajaran-pelajaran berharga yang relevan bagi kehidupan iman kita di masa kini. Kita akan melihat bagaimana keraguan Tomas adalah sebuah keraguan yang jujur, bagaimana Yesus meresponsnya dengan anugerah yang luar biasa, bagaimana Tomas akhirnya mencapai puncak keyakinan, dan apa arti "berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" bagi kita sebagai orang percaya.
Konteks Pasal 20: Penampakan Pasca-Kebangkitan
Sebelum kita menyelam ke dalam kisah Tomas, penting untuk memahami konteks yang melatarinya. Injil Yohanes pasal 20 dimulai dengan Maria Magdalena menemukan kubur kosong pada pagi hari Minggu, hari pertama setelah Sabat. Kabar ini segera menyebar ke Petrus dan Yohanes, yang bergegas ke kubur dan mendapati kain kafan tergeletak rapi, namun jenazah Yesus tidak ada. Ini adalah tanda pertama, sebuah petunjuk yang membingungkan bagi mereka yang masih belum sepenuhnya memahami nubuat kebangkitan.
Kemudian, Yesus menampakkan diri pertama kali kepada Maria Magdalena di taman, yang pada awalnya mengira-Nya sebagai tukang kebun. Perjumpaan ini adalah momen yang sangat personal dan mengubah hidup Maria, menjadikannya saksi pertama kebangkitan. Setelah itu, pada hari yang sama, yaitu Minggu malam, Yesus menampakkan diri kepada sepuluh murid yang lain (tanpa Tomas) yang berkumpul di sebuah ruangan tertutup rapat karena ketakutan akan orang Yahudi. Yesus masuk menembus pintu, mengucapkan "Damai sejahtera bagimu!" dan menunjukkan tangan serta lambung-Nya kepada mereka. Para murid bersukacita melihat Tuhan. Pada kesempatan inilah Yesus juga mengembusi mereka dengan Roh Kudus dan memberi mereka kuasa untuk mengampuni dan menahan dosa.
Para murid yang telah melihat Yesus memiliki pengalaman yang luar biasa. Mereka telah melihat Tuhan yang bangkit dengan mata kepala sendiri, mendengar suara-Nya, dan merasakan damai sejahtera yang Dia berikan. Bagi mereka, keraguan telah sirna digantikan oleh kepastian yang tak tergoyahkan. Mereka memiliki "bukti" visual yang diminta oleh Tomas. Pengalaman ini membentuk fondasi dari kesaksian mereka yang akan mereka bagikan kepada dunia, sebuah kesaksian yang dimulai dengan Tomas.
Konteks ini sangat krusial karena menyoroti bahwa Tomas bukanlah orang pertama yang meragukan. Bahkan para murid lain pun awalnya bingung dan takut. Kebangkitan adalah peristiwa yang begitu luar biasa dan di luar jangkauan pengalaman manusia biasa sehingga membutuhkan bukti yang meyakinkan. Tomas, dalam hal ini, hanyalah artikulasi dari pergumulan universal manusia di hadapan sesuatu yang melampaui pemahaman rasional.
Gambar 1: Keraguan yang mendalam
Kisah Tomas: Keraguan yang Jujur (Yohanes 20:24-25)
24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi kata Tomas kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
Keberadaan Tomas yang Absen
Ayat 24 segera mengarahkan perhatian kita kepada Tomas. "Tetapi Tomas... tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ." Ini adalah detail yang sangat penting. Mengapa Tomas tidak ada bersama murid-murid lain? Alkitab tidak memberikan alasan eksplisit, namun kita bisa berspekulasi. Apakah ia terlalu tenggelam dalam keputusasaan sehingga mengisolasi diri? Apakah ia sedang berduka sendirian? Tomas adalah murid yang sebelumnya menunjukkan sifat pesimis, namun juga berani. Dalam Yohanes 11:16, ketika Lazarus meninggal dan Yesus memutuskan untuk kembali ke Yudea, Tomas berkata kepada murid-murid yang lain, "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia." Ini menunjukkan kesetiaan yang mendalam, meskipun bercampur dengan nada melankolis. Kehadirannya yang absen saat Yesus pertama kali menampakkan diri mungkin mencerminkan kedalaman kepedihan atau kekecewaannya.
Apa pun alasannya, absennya Tomas menempatkannya pada posisi yang berbeda dari murid-murid lainnya. Ia tidak memiliki pengalaman langsung perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Ini adalah sebuah pengingat bahwa tidak semua orang mengalami kebenaran iman dengan cara yang sama atau pada waktu yang bersamaan. Beberapa orang mungkin datang kepada iman melalui kesaksian orang lain, sementara yang lain membutuhkan perjumpaan pribadi yang lebih intens. Keragaman ini adalah bagian dari rencana Tuhan.
Tuntutan Bukti Tomas
Ketika murid-murid lain dengan sukacita menyatakan, "Kami telah melihat Tuhan!" reaksi Tomas sangat tegas: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Ini bukan sekadar keraguan ringan; ini adalah penolakan yang keras dan menuntut bukti yang tak terbantahkan. Tomas menginginkan bukti sensorik—melihat dengan mata sendiri, menyentuh dengan tangan sendiri. Dia tidak hanya ingin melihat, tetapi juga "mencucukkan jariku" dan "mencucukkan tanganku." Permintaannya ini sangat spesifik dan ekstrem.
Bagi banyak orang modern, sikap Tomas ini sangat relevan. Di era di mana kita didorong untuk tidak percaya apa pun kecuali ada bukti ilmiah yang dapat direplikasi, Tomas menjadi pahlawan bagi mereka yang berjuang dengan skeptisisme. Namun, apakah permintaannya ini salah? Tidak sepenuhnya. Sejarah gereja menunjukkan bahwa Tuhan seringkali memberikan bukti untuk mendukung iman. Mukjizat, nubuat yang digenapi, dan transformasi hidup adalah semua bentuk bukti. Masalahnya bukan pada keinginan akan bukti, tetapi pada *sifat* bukti yang dituntut dan *sikap hati* di baliknya.
Keraguan Tomas adalah keraguan yang jujur. Ia tidak berpura-pura percaya padahal hatinya tidak yakin. Ia tidak mau menipu dirinya sendiri atau orang lain. Ia ingin kebenaran, dan baginya, kebenaran itu harus dibuktikan dengan cara yang paling fisik dan empiris. Ini menunjukkan bahwa Tomas adalah seorang yang berintegritas intelektual, yang tidak akan mudah percaya pada desas-desus atau kesaksian orang lain, betapapun dekatnya mereka. Dalam dunia yang penuh dengan klaim yang tidak berdasar, sikap seperti ini memiliki nilai tersendiri.
Namun, di sisi lain, keraguan Tomas juga menunjukkan batas dari rasionalitas manusia. Ia membatasi Allah pada apa yang bisa ia alami secara fisik. Ia mengabaikan kesaksian sepuluh temannya, yang semuanya adalah saksi mata terpercaya. Ini adalah peringatan bagi kita agar tidak membiarkan keraguan kita mengunci kita dari kebenaran yang lebih besar, atau membuat kita menolak kesaksian yang kredibel hanya karena kita tidak mengalaminya secara langsung. Keraguan, jika tidak dikelola dengan baik, bisa menjadi penghalang bagi iman yang sejati.
Kedatangan Yesus yang Penuh Anugerah (Yohanes 20:26-27)
26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu, dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagimu!"
27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah!"
Penantian dan Kedatangan Kedua
"Delapan hari kemudian..." Jeda waktu ini sangat signifikan. Mengapa Yesus menunggu delapan hari? Mungkin ini memberi waktu bagi Tomas untuk merenungkan apa yang ia dengar dari teman-temannya. Delapan hari adalah siklus satu minggu penuh dalam kalender Yahudi, menandakan hari Minggu berikutnya, hari kebangkitan. Ini juga menunjukkan kesabaran Yesus yang luar biasa. Dia tidak terburu-buru menghukum Tomas atas ketidakpercayaannya. Sebaliknya, Dia menunggu saat yang tepat, ketika Tomas sudah kembali bersama dengan komunitas murid-murid, mungkin sebagai tanda bahwa Tomas, meskipun ragu, masih ingin menjadi bagian dari mereka.
Sekali lagi, Yesus datang menembus pintu yang terkunci. Ini menekankan sifat supranatural dari tubuh kebangkitan-Nya dan juga menunjukkan bahwa Dia tidak terhalang oleh hambatan fisik atau ketakutan manusia. Pesan-Nya yang pertama adalah sama: "Damai sejahtera bagimu!" Ini bukan hanya salam biasa, melainkan penggenapan janji-Nya tentang damai sejahtera yang Dia berikan (Yohanes 14:27). Damai sejahtera ini adalah penawar bagi ketakutan, kecemasan, dan keraguan yang mungkin masih mengganggu hati para murid.
Penanganan Yesus Terhadap Keraguan Tomas
Hal yang paling mencengangkan dalam bagian ini adalah bagaimana Yesus secara spesifik dan personal berbicara kepada Tomas. "Kemudian Ia berkata kepada Tomas..." Yesus langsung tahu apa yang ada dalam hati dan pikiran Tomas. Dia tidak menunggu Tomas untuk mengutarakan permintaannya lagi. Ini menunjukkan pengetahuan ilahi Yesus yang sempurna dan perhatian-Nya yang mendalam terhadap setiap individu, bahkan kepada mereka yang paling ragu.
Yesus mengulangi persis tuntutan Tomas, bahkan menggunakan kata-kata yang sama: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambung-Ku." Ini adalah tindakan anugerah yang luar biasa. Yesus tidak mencela Tomas, tidak menegurnya dengan keras, melainkan dengan sabar dan penuh kasih menawarkan bukti yang Tomas minta. Dia menghormati pergumulan Tomas dan bersedia untuk bertemu dengannya di titik keraguannya.
Tindakan Yesus ini mengajarkan kita beberapa hal penting:
- Kesabaran Ilahi: Tuhan tidak terburu-buru menghakimi keraguan kita. Dia memberi kita waktu dan kesempatan untuk bergumul dan mencari jawaban.
- Pemahaman yang Mendalam: Yesus mengenal hati kita lebih dari kita mengenal diri kita sendiri. Dia tahu persis apa yang kita butuhkan untuk melangkah dari keraguan menuju keyakinan.
- Anugerah yang Membawa Bukti: Terkadang, Tuhan memang menyediakan bukti. Ini mungkin bukan selalu bukti fisik yang kita inginkan, tetapi bukti yang cukup untuk mengatasi keraguan kita, seperti pengalaman pribadi, kesaksian orang lain, atau kejelasan yang diberikan Roh Kudus.
- Fokus pada Pertobatan dari Ketidakpercayaan: Yesus mengakhiri perkataan-Nya dengan, "jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah!" Ini adalah sebuah perintah, sebuah undangan untuk membuat keputusan. Keraguan bisa menjadi jembatan menuju iman yang lebih dalam, tetapi ia tidak boleh menjadi tempat tinggal permanen. Ada titik di mana kita harus memilih untuk melangkah dalam keyakinan.
Gambar 2: Konfirmasi Kebenaran Ilahi
Pengakuan Iman Tomas: Puncak Keyakinan (Yohanes 20:28)
28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
Transformasi dari Keraguan ke Keyakinan Penuh
Respon Tomas sangat singkat, namun luar biasa kuat. "Ya Tuhanku dan Allahku!" Tidak disebutkan bahwa Tomas benar-benar mencucukkan jarinya ke bekas paku atau tangannya ke lambung Yesus. Kemungkinan besar, tawaran Yesus yang penuh kasih dan pengetahuan-Nya yang sempurna tentang apa yang Tomas katakan delapan hari sebelumnya sudah cukup untuk menghancurkan semua keraguannya. Hanya dengan mendengar Yesus mengulangi kata-katanya sendiri, Tomas menyadari bahwa Dia sungguh-sungguh telah bangkit dan benar-benar adalah Tuhan.
Pernyataan Tomas ini adalah pengakuan iman yang paling tinggi dalam seluruh Injil Yohanes. Para murid sebelumnya mungkin telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, atau Tuhan dalam pengertian tertentu, tetapi tidak ada yang pernah secara eksplisit menyatakan "Allahku" sejelas Tomas. Ini adalah pernyataan ketuhanan Yesus yang tidak ambigu. Tomas mengakui Yesus bukan hanya sebagai seorang guru, seorang nabi, atau bahkan Mesias, tetapi sebagai Tuhan yang Mahakuasa, Allah yang sejati. Ini adalah penegasan Trinitas secara implisit yang sangat awal dalam narasi Kristen.
Pengakuan Tomas memiliki implikasi teologis yang mendalam:
- Ketuhanan Yesus: Ini adalah bukti definitif dari ketuhanan Yesus. Yesus tidak membantah pengakuan Tomas, justru mengukuhkannya dengan berkat di ayat berikutnya.
- Kemenangan Atas Keraguan: Perjalanan Tomas dari skeptisisme ekstrem menuju keyakinan penuh adalah kesaksian yang kuat bahwa Tuhan dapat menembus bahkan hati yang paling ragu sekalipun.
- Model Bagi Kita: Ini menunjukkan bahwa keraguan, ketika ditujukan kepada Yesus dengan jujur, dapat menjadi jalan menuju iman yang lebih dalam dan lebih kuat. Tomas tidak bersembunyi di balik keraguannya, tetapi menyatakannya, dan Yesus merespons dengan anugerah.
Berbahagialah Mereka yang Tidak Melihat, Namun Percaya (Yohanes 20:29)
29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Tantangan dan Berkat Bagi Kita
Ayat terakhir dari perikop ini adalah inti pesan bagi kita semua, yang hidup berabad-abad setelah peristiwa kebangkitan. Yesus tidak mencela Tomas, tetapi Dia menunjukkan perbedaan antara iman yang didasarkan pada penglihatan fisik dan iman yang datang dari tempat yang lebih dalam. "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya." Ini adalah pernyataan faktual, bukan sebuah kecaman.
Kemudian datanglah berkat yang agung: "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Ini adalah janji berkat bagi semua generasi yang akan datang, termasuk kita. Kita tidak hidup pada zaman Yesus, kita tidak melihat-Nya secara fisik setelah kebangkitan, kita tidak menyentuh luka-luka-Nya. Namun, kita dipanggil untuk percaya. Apa arti berkat ini dan bagaimana kita bisa mencapainya?
Hakikat Iman Tanpa Penglihatan
- Iman Melalui Kesaksian: Kita percaya karena kesaksian yang kuat dari para rasul, yang dicatat dalam Alkitab. Mereka adalah saksi mata, dan tulisan mereka adalah rekaman yang akurat dari peristiwa-peristiwa ini. Kitab Suci adalah pilar utama iman kita.
- Iman Melalui Roh Kudus: Yesus sendiri menjanjikan Roh Kudus akan membimbing kita kepada seluruh kebenaran (Yohanes 16:13). Roh Kuduslah yang membuka mata hati kita untuk memahami dan menerima kebenaran Injil, bahkan tanpa bukti fisik langsung. Roh Kudus meyakinkan kita tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman.
- Iman Melalui Pengalaman Pribadi: Meskipun kita tidak melihat Yesus secara fisik, kita mengalami kehadiran-Nya melalui doa, persekutuan, ibadah, dan transformasi dalam hidup kita. Perubahan karakter, kekuatan untuk menghadapi pencobaan, damai sejahtera di tengah kesulitan—ini semua adalah bukti nyata dari Yesus yang hidup dan berkarya.
- Iman Melalui Akal Budi dan Logika: Iman Kristen bukanlah lompatan dalam kegelapan yang irasional. Ada banyak bukti historis, arkeologis, dan filosofis yang mendukung klaim-klaim Alkitab. Meskipun bukti ini tidak "memaksa" iman, ia memberikan dasar rasional yang kuat untuk memilih untuk percaya.
Ayat ini menegaskan kembali bahwa nilai iman terletak pada kesediaan hati untuk menerima kebenaran ilahi, bahkan ketika indra fisik kita tidak dapat sepenuhnya membuktikannya. Itu adalah tindakan kepercayaan, sebuah keputusan untuk bersandar pada karakter dan janji Allah. Bagi Tomas, dibutuhkan perjumpaan fisik. Bagi kita, dibutuhkan perjumpaan rohani yang diaktifkan oleh Roh Kudus melalui Firman dan kesaksian gereja.
Gambar 3: Iman dalam terang Ilahi
Pelajaran untuk Kehidupan Kita Hari Ini
Kisah Tomas dan respons Yesus terhadapnya memberikan pelajaran yang tak lekang oleh waktu bagi kita, umat percaya di zaman modern ini. Dalam dunia yang penuh dengan keraguan, pertanyaan, dan berbagai pandangan yang bersaing, bagaimana kita dapat memegang teguh iman kita dan bahkan menolong orang lain yang bergumul?
1. Keraguan Bukanlah Dosa, Melainkan Pintu Menuju Iman yang Lebih Dalam
Tomas adalah contoh nyata bahwa keraguan bukanlah akhir dari iman, melainkan bisa menjadi jembatan menuju iman yang lebih kuat dan personal. Jika keraguan mendorong kita untuk mencari, bertanya, dan menggali lebih dalam kebenaran, maka keraguan itu bisa menjadi alat yang Tuhan gunakan. Tomas tidak menekan keraguannya; ia menyatakannya dengan jujur. Ini mengajarkan kita untuk tidak takut akan keraguan kita sendiri atau keraguan orang lain. Sebaliknya, kita harus mengizinkan keraguan tersebut menjadi pendorong untuk mencari jawaban dari Firman Tuhan, melalui doa, dan dalam persekutuan dengan orang percaya lainnya. Gereja harus menjadi tempat yang aman bagi orang untuk menyatakan keraguan mereka tanpa takut dihakimi.
Banyak tokoh iman sepanjang sejarah juga bergumul dengan keraguan. Bahkan Yohanes Pembaptis pun di penjara pernah mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus, "Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:3). Ini menunjukkan bahwa bahkan mereka yang paling saleh pun bisa memiliki momen keraguan. Yang penting adalah bagaimana kita merespons keraguan tersebut: apakah kita membiarkannya menjauhkan kita dari Tuhan, atau apakah kita membawanya kepada-Nya dan Firman-Nya sebagai kesempatan untuk pertumbuhan iman.
Keraguan yang sehat mendorong kita untuk memeriksa dasar-dasar iman kita, untuk mencari pemahaman yang lebih dalam, dan untuk membangun keyakinan yang tidak hanya berdasarkan emosi, tetapi juga pada kebenaran yang kokoh. Ini memurnikan iman kita dari hal-hal yang tidak penting dan memfokuskannya pada Kristus yang bangkit.
2. Yesus Menemui Kita di Titik Keraguan Kita
Yesus tidak mencela Tomas, tidak menghukumnya, atau mengabaikannya. Sebaliknya, Dia dengan sengaja kembali delapan hari kemudian dan secara khusus berbicara kepada Tomas, memenuhi persis kebutuhannya akan bukti fisik. Ini menunjukkan karakter Yesus yang penuh kasih, sabar, dan pengertian. Dia tidak menuntut iman buta yang mengabaikan pertanyaan-pertanyaan jujur.
Pelajaran ini sangat menghibur. Yesus yang sama yang menemui Tomas juga menemui kita hari ini. Dia tahu persis pergumulan, ketakutan, dan keraguan yang kita miliki. Dia tidak jauh atau tidak peduli. Dia rindu untuk menjumpai kita di titik kebutuhan kita, menawarkan anugerah dan kebenaran-Nya. Mungkin Dia tidak akan menampakkan diri secara fisik kepada kita, tetapi Dia akan memberikan bukti yang kita butuhkan melalui Firman-Nya yang hidup, Roh Kudus yang tinggal di dalam kita, kesaksian dari gereja-Nya, dan pengalaman pribadi yang meneguhkan.
Ini memanggil kita untuk bersikap terbuka dan jujur di hadapan Tuhan. Daripada menyembunyikan keraguan kita, mari kita bawa itu dalam doa, meminta kepada-Nya untuk menyatakan diri-Nya kepada kita. Dia setia untuk menjawab, meskipun caranya mungkin tidak selalu seperti yang kita harapkan atau bayangkan.
3. Pentingnya Komunitas dan Kesaksian
Meskipun Tomas awalnya tidak percaya kesaksian murid-murid lain, penting untuk dicatat bahwa ketika Yesus datang kedua kalinya, Tomas "bersama-sama dengan mereka." Ini menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya mengisolasi diri. Ia tetap dalam komunitas, mendengarkan kesaksian mereka. Kesaksian yang berulang dari sepuluh murid pastilah memiliki dampak, bahkan jika itu belum cukup untuk menghilangkan keraguan Tomas sepenuhnya.
Ini menyoroti peran penting komunitas orang percaya (gereja) dalam perjalanan iman kita. Kita membutuhkan satu sama lain. Ketika satu orang lemah atau ragu, yang lain dapat menguatkan dengan kesaksian mereka. Ketika Yesus menampakkan diri, Dia menampakkan diri kepada komunitas, dan Tomas berada di dalamnya. Keberadaan dalam komunitas memungkinkan kita untuk menerima anugerah Tuhan dan mengalami perjumpaan dengan Kristus, baik secara pribadi maupun kolektif. Jangan pernah meremehkan kekuatan kesaksian yang dibagikan dan dukungan yang diberikan dalam tubuh Kristus.
Dalam dunia yang seringkali mengasingkan dan individualistis, kita diingatkan bahwa iman seringkali dipupuk dalam konteks hubungan. Mendengar bagaimana Yesus bekerja dalam hidup orang lain, bagaimana Ia menjawab doa, bagaimana Ia memberikan kekuatan—ini semua adalah kesaksian yang dapat memperkuat iman kita sendiri, terutama ketika kita bergumul.
4. Panggilan untuk Percaya Tanpa Melihat
Kata-kata Yesus, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya," adalah sebuah berkat dan sekaligus tantangan bagi kita. Kita hidup dalam era di mana iman yang sejati adalah iman yang dibangun di atas dasar yang tidak terlihat secara fisik. Ini membutuhkan kepercayaan yang lebih dalam pada janji Allah dan realitas Kerajaan-Nya yang tidak kasat mata.
Percaya tanpa melihat bukanlah berarti iman yang buta atau irasional. Sebaliknya, itu berarti menempatkan kepercayaan kita pada Allah yang telah menyatakan diri-Nya melalui Firman-Nya, melalui Roh Kudus, dan melalui kesaksian yang tak terhitung dari orang-orang sepanjang sejarah. Ini adalah iman yang hidup, yang aktif mencari Tuhan, yang bersandar pada-Nya dalam segala situasi, dan yang memanifestasikan diri dalam ketaatan dan kasih.
Berkat yang menyertai iman semacam ini sangatlah besar: damai sejahtera, sukacita, pengharapan, kasih yang melimpah, dan jaminan akan hidup kekal. Ini adalah berkat yang melampaui pemahaman duniawi, berkat yang hanya bisa diberikan oleh Kristus yang bangkit.
Bagaimana kita bisa hidup dalam "iman yang tidak melihat"?
- Membenamkan Diri dalam Firman Tuhan: Alkitab adalah kesaksian utama tentang Yesus Kristus. Melalui pembacaan, perenungan, dan studi yang konsisten, Roh Kudus akan membuka mata rohani kita untuk melihat Kristus dan percaya kepada-Nya.
- Hidup dalam Doa: Komunikasi pribadi dengan Tuhan adalah kunci. Dalam doa, kita menyatakan keraguan kita, kebutuhan kita, dan kita mendengarkan suara-Nya. Ini adalah cara di mana kita mengalami kehadiran-Nya yang tak terlihat.
- Bersaksi tentang Kristus: Ketika kita membagikan iman kita kepada orang lain, bahkan mungkin kepada mereka yang ragu, iman kita sendiri diperkuat. Proses verbalisasi kebenaran yang kita yakini memperdalam pemahaman dan keyakinan kita sendiri.
- Melayani Orang Lain: Ketika kita mengasihi dan melayani sesama, kita menjadi tangan dan kaki Kristus di dunia. Dalam tindakan kasih ini, kita seringkali mengalami kehadiran Tuhan dan tujuan yang lebih besar dalam hidup kita, yang meneguhkan iman kita.
- Berkomitmen pada Komunitas Gereja: Seperti Tomas yang akhirnya berada di tengah-tengah murid-murid, kita perlu berkomitmen pada komunitas orang percaya. Di sana kita dikuatkan, diajar, dan dibangun dalam iman bersama.
5. Ketuhanan dan Keilahian Yesus sebagai Pusat Iman
Puncak pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku!", adalah pengingat bahwa inti iman Kristen adalah pribadi Yesus Kristus. Dia bukan hanya seorang guru moral, seorang nabi besar, atau bahkan seorang Mesias yang hebat. Dia adalah Tuhan dan Allah yang berinkarnasi, yang mati, bangkit, dan berkuasa atas segalanya. Tanpa pengakuan ini, iman Kristen kehilangan fondasinya.
Semua aspek lain dari iman kita—pengampunan dosa, janji hidup kekal, kuasa Roh Kudus, harapan akan kedatangan-Nya kembali—semuanya bergantung pada kebenaran bahwa Yesus adalah Tuhan. Pengakuan Tomas ini adalah pengingat untuk tidak pernah mengkompromikan kebenaran sentral ini. Di dunia yang semakin pluralistik dan relatif, kita harus berani untuk menyatakan dengan jelas seperti Tomas: Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allahku.
Memahami dan meyakini ketuhanan Yesus memberi kita perspektif yang benar tentang siapa diri kita di hadapan-Nya, betapa besarnya kasih-Nya dalam penebusan, dan betapa tak terbatas kuasa-Nya. Ini juga memberikan kita dasar yang kokoh untuk menghadapi berbagai ajaran yang mencoba merendahkan atau mengaburkan identitas Kristus. Pengakuan Tomas adalah batu penjuru iman kita.
Kesimpulan: Dari Keraguan Menuju Berkat
Kisah Tomas di Yohanes 20:24-29 adalah narasi yang penuh kekuatan, yang berbicara kepada setiap hati yang bergumul dengan iman. Ini bukan hanya cerita kuno dari sebuah Injil; ini adalah cerminan dari pergumulan manusia universal dan anugerah ilahi yang abadi.
Kita belajar bahwa keraguan, ketika dihadapi dengan jujur dan dibawa kepada Tuhan, dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan iman yang lebih dalam dan lebih kokoh. Kita melihat kesabaran dan kasih Yesus yang luar biasa, yang tidak menghukum keraguan kita, melainkan dengan rela hati menawarkan bukti dan meyakinkan kita. Dia adalah Tuhan yang mengenal hati kita, yang memenuhi kebutuhan kita, dan yang rindu agar kita percaya.
Pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku!", adalah puncak dari perjalanannya dan fondasi bagi iman kita. Itu adalah penegasan yang tak tergoyahkan akan ketuhanan dan keilahian Yesus Kristus, inti dari setiap keyakinan Kristen.
Dan akhirnya, kita menerima berkat yang menguatkan bagi kita semua: "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Berkat ini adalah undangan untuk hidup dalam iman yang tidak didasarkan pada apa yang bisa kita lihat atau sentuh, tetapi pada Firman Tuhan yang teguh, pekerjaan Roh Kudus yang tak terlihat, dan kesaksian gereja yang terus berlanjut. Itu adalah berkat kehidupan yang dipenuhi damai sejahtera, sukacita, dan pengharapan yang kekal, bahkan di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.
Jadi, bagi setiap kita yang mungkin sedang bergumul dengan keraguan, ingatlah Tomas. Bawa keraguanmu kepada Tuhan. Carilah Dia dengan hati yang jujur. Dan percayalah, seperti Tomas, bahwa Yesus yang bangkit akan menjumpai Anda, mengubah keraguan Anda menjadi keyakinan, dan menuntun Anda kepada pengakuan yang paling agung: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Dan dalam kepercayaan itu, Anda akan menemukan berkat yang sejati.
Amin.