Renungan Mazmur 37

Kunci Hidup Tenang di Tengah Ketidakadilan Dunia

Dalam perjalanan hidup, seringkali kita dihadapkan pada pemandangan yang membingungkan dan terkadang menyakitkan: orang fasik yang tampaknya berhasil, sementara orang benar justru mengalami kesulitan. Ini adalah pergumulan yang dialami banyak hati, termasuk Daud, penulis Mazmur 37. Mazmur ini bukan sekadar kumpulan ayat-ayat indah, melainkan sebuah himne kebijaksanaan dan pengharapan yang mengajarkan kita bagaimana merespons ketidakadilan dengan iman dan ketenangan.

Mazmur 37 adalah sebuah mazmur akrostik atau alfabetis, meskipun tidak sepenuhnya sempurna dalam strukturnya. Artinya, setiap dua ayat atau lebih dimulai dengan huruf abjad Ibrani berikutnya. Struktur ini sering digunakan untuk membantu hafalan dan menunjukkan kelengkapan ajaran yang disampaikan. Dalam kasus Mazmur 37, Daud, dengan segala pengalamannya sebagai raja, prajurit, dan pengikut Tuhan, memberikan perspektif ilahi tentang keadilan dan kedaulatan Allah di tengah dunia yang penuh gejolak. Mazmur ini ditujukan untuk menguatkan orang-orang benar agar tidak menyerah pada keputusasaan, tidak iri hati, dan tetap berpegang teguh pada janji-janji Tuhan.

Melalui Mazmur ini, kita diajak untuk memahami bahwa keberhasilan orang fasik hanyalah sementara, bagaikan rumput yang segera layu. Sebaliknya, orang-orang yang hidup dalam kebenaran dan percaya kepada Tuhan dijanjikan warisan kekal dan kehidupan yang penuh damai sejahtera. Ini adalah pesan yang sangat relevan bagi kita hari ini, di mana berita buruk dan ketidakadilan seringkali mendominasi pandangan kita. Mari kita selami lebih dalam setiap bagian dari Mazmur 37 ini, merenungkan hikmatnya, dan membiarkannya membentuk hati dan cara pandang kita.

Pohon Bertumbuh di Tanah Tandus Ilustrasi pohon kecil dengan daun hijau terang yang tumbuh dari tanah tandus retak, dengan matahari bersinar di latar belakang. Melambangkan harapan dan pertumbuhan di tengah kesulitan.

Mazmur 37:1-2 – Jangan Iri Hati

1 Janganlah marah karena orang yang berbuat jahat, janganlah iri hati kepada orang yang berbuat curang;

2 sebab segera mereka akan layu seperti rumput dan seperti tumbuh-tumbuhan hijau mereka akan mati rebah.

Daud membuka mazmur ini dengan dua peringatan penting: "Janganlah marah" dan "janganlah iri hati." Peringatan ini langsung menyentuh akar masalah yang seringkali mengganggu kedamaian hati kita. Kita cenderung merasa marah atau iri ketika melihat orang fasik, yaitu mereka yang hidup tanpa peduli pada kebenaran dan keadilan Tuhan, tampaknya berhasil, makmur, atau bahkan menikmati hidup tanpa konsekuensi. Mereka bisa jadi sukses dalam karier, memiliki kekayaan melimpah, atau mendapatkan pengakuan yang tidak selayaknya.

Perasaan marah dan iri hati ini adalah reaksi alami manusia terhadap ketidakadilan. Namun, Daud mengingatkan kita bahwa menyerah pada perasaan ini justru akan merugikan diri sendiri. Kemarahan yang tidak dikelola dengan baik dapat berkembang menjadi kepahitan, dendam, dan merampas sukacita. Iri hati, di sisi lain, dapat membuat kita membanding-bandingkan diri, merasa tidak cukup, dan kehilangan fokus pada berkat-berkat yang telah kita miliki. Kedua emosi ini adalah racun bagi jiwa, menghalangi kita untuk mengalami kedamaian yang sejati.

Alasan Daud untuk tidak marah dan iri hati sangatlah jelas dan profetis: "sebab segera mereka akan layu seperti rumput dan seperti tumbuh-tumbuhan hijau mereka akan mati rebah." Ini adalah metafora yang kuat. Rumput dan tumbuh-tumbuhan hijau memang terlihat subur dan indah, tetapi hidup mereka sangat singkat dan rentan. Satu musim panas yang terik atau embusan angin dingin sudah cukup untuk membuatnya layu dan mati. Daud menggunakan gambaran ini untuk menekankan kefanaan keberhasilan orang fasik. Kekayaan mereka, popularitas mereka, atau kekuasaan mereka hanyalah sementara. Mereka tidak memiliki dasar yang kokoh, dan pada akhirnya, semua itu akan lenyap tanpa bekas.

Pelajaran penting di sini adalah perspektif kekal. Ketika kita melihat kehidupan dari sudut pandang Tuhan, kita menyadari bahwa nilai sejati tidak terletak pada apa yang bersifat sementara dan material, melainkan pada hal-hal yang memiliki keabadian. Keberhasilan yang dibangun di atas dasar yang tidak benar pada akhirnya akan runtuh. Sebaliknya, kehidupan yang didasarkan pada kebenaran Tuhan akan memiliki buah yang abadi, meskipun mungkin tidak selalu terlihat glamor di mata dunia.

Untuk menerapkan ayat ini dalam hidup kita, kita perlu melatih diri untuk melepaskan keinginan untuk menghakimi atau mengutuk orang lain. Kita perlu mempercayai bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil dan bahwa Dia akan menegakkan keadilan pada waktu-Nya. Fokus kita seharusnya bukan pada apa yang orang lain miliki atau lakukan, melainkan pada bagaimana kita sendiri hidup di hadapan Tuhan, dengan integritas dan kebenaran. Ini adalah langkah pertama menuju kedamaian batin dan kepuasan sejati.

Mazmur 37:3-4 – Percaya, Berbuat Baik, dan Nikmati Tuhan

3 Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan bergembalalah setia;

4 bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.

Setelah memberikan peringatan tentang kemarahan dan iri hati, Daud mengalihkan fokus pada tindakan positif yang seharusnya menjadi respons orang benar. Ayat 3-4 adalah inti dari pola hidup yang diinginkan Tuhan bagi umat-Nya, sebuah resep untuk kedamaian dan kepuasan sejati.

Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik

Ini adalah fondasi dari semua perintah selanjutnya. Percaya kepada TUHAN berarti menaruh seluruh keyakinan, harapan, dan ketergantungan kita pada-Nya. Ini bukan sekadar keyakinan intelektual, melainkan penyerahan total. Dalam konteks melihat orang fasik yang makmur, percaya kepada Tuhan berarti meyakini bahwa Dia melihat, Dia peduli, dan Dia akan bertindak sesuai dengan keadilan dan waktu-Nya yang sempurna, bahkan ketika kita tidak melihatnya secara langsung.

Namun, iman yang sejati tidaklah pasif. Percaya kepada Tuhan selalu diikuti dengan tindakan: "lakukanlah yang baik." Kepercayaan kita kepada Tuhan harus termanifestasi dalam cara kita hidup dan berinteraksi dengan dunia. Melakukan yang baik berarti menjalani hidup dengan integritas, menunjukkan kasih, keadilan, dan belas kasihan kepada sesama. Ini berarti tidak meniru jalan orang fasik, tetapi berpegang pada standar moral dan etika yang Tuhan tetapkan. Ini adalah respons iman yang aktif, sebuah bukti nyata bahwa kita memercayai karakter Tuhan.

Diamlah di negeri dan bergembalalah setia

Frasa "diamlah di negeri" dapat diartikan sebagai "tinggallah di tanah" atau "berdiamlah di tanah perjanjian." Ini adalah ajakan untuk berakar di tempat di mana Tuhan menempatkan kita, untuk tidak gelisah atau tergoda untuk meninggalkan panggilan kita karena melihat orang lain "lebih sukses." Ini adalah seruan untuk bersabar dan setia pada tanggung jawab kita, pada komunitas kita, dan pada panggilan hidup kita. Daripada mencari kekayaan atau keuntungan dengan cara yang tidak benar, kita dipanggil untuk "bergembalalah setia," yaitu bekerja dengan tekun, bertanggung jawab, dan dengan integritas dalam setiap aspek kehidupan kita, seolah-olah kita sedang menggembalakan domba-domba yang Tuhan percayakan.

Ini berbicara tentang konsistensi dan kesetiaan dalam tugas-tugas sehari-hari, betapapun kecilnya. Tuhan tidak selalu menjanjikan kita kehidupan yang bebas dari tantangan, tetapi Dia menjanjikan kehadiran dan berkat-Nya bagi mereka yang setia dalam tugas dan tempat mereka.

Bergembiralah karena TUHAN

Ini adalah puncak dari nasihat Daud. Sukacita kita tidak boleh bergantung pada keadaan eksternal, pada apa yang kita miliki, atau pada perbandingan dengan orang lain. Sukacita sejati ditemukan "karena TUHAN." Bergembira karena Tuhan berarti menemukan kepuasan dan kebahagiaan dalam hubungan kita dengan-Nya, dalam karakter-Nya, dalam janji-janji-Nya, dan dalam hadirat-Nya. Ini adalah sukacita yang lebih dalam dari kebahagiaan sesaat, sukacita yang tidak dapat dirampas oleh kesulitan hidup atau keberhasilan orang fasik. Ini adalah sukacita yang lahir dari pengenalan yang intim akan Allah.

Maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu

Ini adalah janji yang luar biasa, namun seringkali disalahpahami. Ayat ini bukan berarti Tuhan akan memenuhi setiap keinginan egois kita. Sebaliknya, ketika kita memercayai Tuhan, melakukan yang baik, setia pada panggilan, dan bergembira karena Dia, hati kita akan berubah. Keinginan-keinginan hati kita akan semakin selaras dengan keinginan Tuhan. Jadi, ketika janji ini terpenuhi, itu berarti Tuhan akan memberikan kepada kita apa yang hati kita *sebenarnya* inginkan—kepuasan, kedamaian, kebenaran, dan kehadiran-Nya—yang jauh lebih berharga daripada apa pun yang ditawarkan dunia. Itu juga berarti bahwa keinginan-keinginan kita yang selaras dengan kehendak-Nya akan Dia genapi. Ini adalah berkat yang melampaui segala pemahaman manusiawi, memberikan kepuasan yang tidak bisa dicari di tempat lain.

Orang Duduk dengan Tenang di Alam Siluet seorang pria atau wanita yang duduk dengan tenang di sebuah bukit hijau, memandang ke arah matahari terbit atau terbenam. Melambangkan kesabaran dan berdiam diri di hadapan Tuhan.

Mazmur 37:5-6 – Serahkan Jalanmu kepada TUHAN

5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;

6 Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.

Ayat-ayat ini adalah jembatan yang menghubungkan perintah-perintah sebelumnya dengan janji-janji ilahi yang menguatkan. Daud mengajak kita untuk mengambil langkah iman yang lebih dalam: penyerahan total dan keyakinan mutlak pada tindakan Tuhan.

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya

Frasa "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN" (dalam beberapa terjemahan lain: "Serahkanlah jalanmu kepada TUHAN" atau "Gulingkanlah jalanmu kepada TUHAN") adalah undangan untuk melepaskan beban kekhawatiran, rencana, dan pergumulan kita di hadapan-Nya. Ini berarti mengakui bahwa kita tidak dapat mengendalikan segala sesuatu, dan bahwa upaya terbaik kita pun terbatas. Penyerahan ini bukan berarti pasif dan tidak berbuat apa-apa, melainkan tindakan aktif menaruh seluruh beban dan harapan kita di tangan yang maha kuasa. Ini adalah pengakuan bahwa Tuhan lebih tahu, lebih mampu, dan lebih bijaksana daripada kita.

Penyerahan ini harus disertai dengan "percayalah kepada-Nya." Sekali lagi, iman menjadi kunci. Kita menyerahkan bukan karena kita lelah dan putus asa, melainkan karena kita memercayai karakter Tuhan—kemahakuasaan-Nya, kebaikan-Nya, keadilan-Nya, dan kesetiaan-Nya. Kita memercayai bahwa Dia adalah Tuhan yang aktif, yang tidak diam saja, dan bahwa "Ia akan bertindak." Keyakinan ini memberikan ketenangan di tengah ketidakpastian. Ketika kita telah menyerahkan, kita tidak perlu lagi membebani diri dengan kekhawatiran tentang bagaimana atau kapan Tuhan akan bertindak.

Dan Ia akan bertindak

Ini adalah jaminan yang kuat. Tuhan tidak akan membiarkan penyerahan dan iman kita sia-sia. Dia akan bertindak. Bentuk tindakan-Nya mungkin tidak selalu sesuai dengan ekspektasi atau waktu kita, tetapi Dia pasti akan bertindak. Tindakan-Nya selalu untuk kebaikan umat-Nya dan untuk kemuliaan nama-Nya. Janji ini mengingatkan kita bahwa kita tidak pernah sendirian dalam perjuangan kita; Tuhan adalah pembela kita.

Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang

Ini adalah janji keadilan dan vindikasi (pembenaran). Seringkali, orang benar difitnah, disalahpahami, atau ketulusan mereka dipertanyakan. Ada masa-masa ketika kebaikan kita tidak dihargai, atau bahkan dieksploitasi, sementara orang fasik berhasil dengan tipu daya mereka. Ayat ini menjanjikan bahwa pada waktu yang tepat, Tuhan akan mengangkat kebenaran kita. Seperti matahari terbit yang menghalau kegelapan malam, Tuhan akan menyingkapkan integritas dan kejujuran kita dengan jelas. Hak kita yang mungkin terinjak-injak akan ditegakkan, dan keadilan akan terungkap dengan terang-benderang, seperti siang bolong.

Janji ini memberikan penghiburan besar bagi mereka yang menderita karena ketidakadilan. Ini berarti bahwa kita tidak perlu membalas dendam atau berusaha keras untuk membuktikan diri kita sendiri. Tugas kita adalah tetap setia pada kebenaran, menyerahkan semuanya kepada Tuhan, dan membiarkan Dia menjadi pembela kita. Pada akhirnya, kebenaran akan menang, dan nama baik kita akan dipulihkan oleh tangan Ilahi.

Mazmur 37:7-9 – Diam di Hadapan TUHAN dan Nantikan Dia

7 Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia dengan sabar; janganlah marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.

8 Lepaskanlah marah dan tinggalkanlah panas hati itu; janganlah murka, itu hanya membawa kepada kejahatan.

9 Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.

Ayat-ayat ini mengulang dan memperdalam tema yang sudah disampaikan di awal mazmur, menekankan pentingnya respons yang benar terhadap keberhasilan orang fasik dan pentingnya kesabaran di hadapan Tuhan.

Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia dengan sabar

Ini adalah panggilan untuk ketenangan batin dan kesabaran ilahi. "Berdiam dirilah di hadapan TUHAN" berarti menenangkan jiwa kita, meredakan kegelisahan, dan menyerahkan kendali kepada Tuhan. Ini bukan berarti pasrah tanpa berjuang, melainkan bersandar pada kedaulatan Tuhan dan percaya bahwa Dia bekerja bahkan ketika kita tidak melihatnya. Ini adalah sikap iman yang aktif, memilih untuk tidak bereaksi secara impulsif terhadap situasi yang menantang.

Menantikan Dia dengan sabar adalah manifestasi dari penyerahan diri dan kepercayaan. Sabar bukan berarti pasif, melainkan penantian yang penuh harap, dengan keyakinan bahwa Tuhan memiliki waktu dan cara yang sempurna. Ini adalah penolakan terhadap mentalitas "instant gratification" dunia, dan memilih untuk berpegang pada janji-janji Tuhan yang pasti akan tergenapi pada waktu-Nya.

Janganlah marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya

Daud kembali mengingatkan kita tentang bahaya kemarahan dan iri hati. Orang fasik seringkali "berhasil" dengan cara-cara yang tidak jujur, melalui tipu daya dan manipulasi. Melihat hal ini bisa sangat memprovokasi kemarahan dan kekecewaan. Namun, Daud menegaskan kembali bahwa kita tidak boleh membiarkan hal itu mengganggu kedamaian kita. Kemarahan dan kekecewaan yang berlebihan akan mengalihkan fokus kita dari Tuhan dan janji-janji-Nya.

Lepaskanlah marah dan tinggalkanlah panas hati itu; janganlah murka, itu hanya membawa kepada kejahatan

Ini adalah nasihat praktis yang sangat kuat. Daud secara eksplisit memerintahkan kita untuk "melepaskan" kemarahan dan "meninggalkan" panas hati. Ini bukan sekadar mengendalikan kemarahan, tetapi benar-benar melepaskannya dari genggaman hati kita. Mengapa? Karena kemarahan yang tidak terkendali dan murka yang terpendam "hanya membawa kepada kejahatan." Ketika kita membiarkan kemarahan menguasai kita, itu dapat mendorong kita untuk mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, melakukan tindakan yang gegabah, atau bahkan merencanakan kejahatan balasan. Kemarahan dapat merusak hubungan, menghancurkan kedamaian batin, dan menjauhkan kita dari jalan kebenaran Tuhan. Melepaskan kemarahan adalah tindakan kasih, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri

Ini adalah janji yang sangat kontras dan menjadi motivasi utama untuk menaati perintah-perintah di atas. Daud menegaskan kembali bahwa "orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan." Sama seperti rumput yang layu, keberadaan mereka dan keberhasilan mereka akan berakhir. Sebaliknya, "orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri." "Negeri" di sini tidak hanya merujuk pada tanah Kanaan secara fisik, tetapi juga secara metaforis berarti berkat, kedamaian, dan kehidupan yang berkelimpahan di hadapan Tuhan, baik di dunia ini maupun di kekekalan. Ini adalah warisan yang jauh lebih berharga dan abadi daripada apa pun yang dapat diperoleh orang fasik melalui cara-cara mereka yang tidak benar. Janji ini menguatkan kita untuk tetap berpegang pada Tuhan, karena pada akhirnya, kesetiaan kita tidak akan sia-sia.

Timbangan Keadilan Ilustrasi timbangan keadilan dengan satu pan berisi hati hijau (kebajikan) dan pan lainnya berisi bentuk runcing merah (kejahatan). Pan kebaikan terlihat lebih berat atau seimbang, melambangkan keadilan Tuhan.

Mazmur 37:10-11 – Nasib Orang Fasik dan Orang Rendah Hati

10 Sesungguhnya sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi.

11 Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kelimpahan damai sejahtera.

Bagian ini kembali menegaskan kontras tajam antara nasib orang fasik dan orang benar, memberikan gambaran yang lebih detail tentang kepastian janji-janji Tuhan.

Sesungguhnya sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik

Daud kembali menekankan aspek waktu. Bagi manusia, "sedikit waktu lagi" bisa terasa sangat lama ketika kita sedang menantikan keadilan. Namun, dari perspektif Tuhan, hidup manusia sangatlah singkat, apalagi kehidupan orang fasik yang tidak memiliki dasar yang kekal. Mereka akan "lenyap," sebuah kata yang menggambarkan penghapusan total, seolah-olah mereka tidak pernah ada. Ini adalah peringatan keras bagi mereka yang hidup dalam kejahatan dan penghiburan bagi mereka yang menderita di tangan orang fasik.

Frasa "jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi" menggambarkan kecepatan dan finalitas dari penghakiman ilahi. Orang-orang yang tadinya sombong dan berkuasa, seolah-olah tak terkalahkan, akan hilang tanpa jejak. Tempat-tempat yang dulunya mereka kuasai akan kosong, dan keberadaan mereka akan dilupakan atau hanya menjadi pelajaran bagi generasi mendatang. Ini adalah janji bahwa tidak ada kejahatan yang akan luput dari pengawasan Tuhan dan tidak ada yang abadi kecuali apa yang dibangun di atas kebenaran-Nya.

Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kelimpahan damai sejahtera

Di sisi lain, Daud menawarkan gambaran yang indah tentang nasib orang-orang yang rendah hati. "Orang-orang yang rendah hati" (bahasa Ibrani: 'anavim) bukanlah mereka yang lemah atau tidak berdaya, melainkan mereka yang memiliki kerendahan hati di hadapan Tuhan, yang mengandalkan-Nya, yang sabar, dan yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Mereka adalah orang-orang yang mempraktikkan ajaran-ajaran di ayat-ayat sebelumnya: percaya kepada Tuhan, melakukan yang baik, berdiam diri, dan menantikan-Nya.

Orang-orang seperti inilah yang "akan mewarisi negeri." Sekali lagi, "negeri" melambangkan berkat Tuhan secara luas—kehidupan yang stabil, keamanan, kepenuhan, dan tempat yang aman di hadapan-Nya. Warisan ini bukan hanya bersifat materi, tetapi juga spiritual. Lebih dari itu, mereka akan "bergembira karena kelimpahan damai sejahtera." Damai sejahtera (shalom) dalam Alkitab jauh melampaui ketiadaan konflik; ia mencakup kesejahteraan, keutuhan, kelengkapan, dan kebahagiaan sejati yang datang dari hubungan yang benar dengan Tuhan. Ini adalah kedamaian batiniah yang tidak bisa dibeli dengan uang, dan tidak bisa digoyahkan oleh gejolak dunia. Ini adalah janji bahwa hidup yang berpusat pada Tuhan, meskipun mungkin menghadapi tantangan, pada akhirnya akan dipenuhi dengan kedamaian dan sukacita yang berkelimpahan.

Kontras ini berfungsi sebagai dorongan kuat bagi kita untuk tetap memilih jalan kebenaran. Meskipun jalan itu mungkin terasa sempit dan penuh tantangan di mata dunia, ujungnya adalah warisan yang abadi dan kelimpahan damai sejahtera yang berasal dari Tuhan sendiri. Ini adalah pengingat bahwa pilihan-pilihan kita hari ini memiliki dampak kekal, dan kesetiaan kepada Tuhan selalu membuahkan hasil yang jauh lebih berharga daripada keuntungan duniawi yang bersifat sementara.

Mazmur 37:12-15 – Kejahatan Orang Fasik dan Tawa Tuhan

12 Orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar dan mengertakkan giginya terhadap dia.

13 Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab dilihat-Nya bahwa harinya akan tiba.

14 Orang-orang fasik menghunus pedang dan melentur busurnya untuk merobohkan orang-orang sengsara dan miskin, untuk membantai orang-orang yang hidup jujur;

15 tetapi pedang mereka akan masuk ke dalam hati mereka sendiri, dan busur-busur mereka akan dipatahkan.

Bagian ini menyoroti konflik abadi antara orang fasik dan orang benar, serta menunjukkan kedaulatan dan respons Tuhan terhadap kejahatan.

Orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar dan mengertakkan giginya terhadap dia

Ayat 12 menggambarkan secara jelas permusuhan dan niat jahat orang fasik terhadap orang benar. Mereka tidak hanya melakukan kejahatan secara sembarangan, tetapi juga secara aktif "merencanakan kejahatan." Ini menunjukkan niat yang disengaja, permusuhan yang mendalam, dan keinginan untuk merugikan mereka yang hidup dalam kebenaran. Frasa "mengertakkan giginya" adalah ekspresi kemarahan, kebencian, dan frustrasi yang intens. Orang fasik merasa terancam atau terganggu oleh keberadaan orang benar, atau mungkin mereka iri terhadap kedamaian dan integritas yang dimiliki orang benar.

Pernyataan ini adalah validasi atas pengalaman banyak orang benar yang seringkali menjadi sasaran kebencian, fitnah, atau bahkan penganiayaan dari mereka yang tidak suka pada kebenaran. Ini menegaskan bahwa konflik antara terang dan gelap adalah realitas yang ada di dunia ini.

Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab dilihat-Nya bahwa harinya akan tiba

Reaksi Tuhan terhadap kejahatan orang fasik sangat kontras dan penuh kedaulatan: "Tuhan menertawakan orang fasik itu." Ini bukan tawa remeh atau tawa yang tidak berdaya, melainkan tawa yang menunjukkan keyakinan penuh pada kemenangan-Nya yang tak terelakkan. Tuhan menertawakan rencana jahat mereka karena Dia mengetahui akhirnya. Dia melihat "bahwa harinya akan tiba"—hari penghakiman, hari pembalasan, hari ketika rencana jahat mereka akan digagalkan dan mereka sendiri akan menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka. Tawa Tuhan adalah ekspresi kedaulatan-Nya atas segala sesuatu, sebuah jaminan bahwa Dia memegang kendali penuh, dan tidak ada rencana jahat yang dapat menggagalkan kehendak-Nya yang baik.

Orang-orang fasik menghunus pedang dan melentur busurnya...

Ayat 14 memperdalam gambaran kejahatan orang fasik. Mereka digambarkan sebagai penyerang yang siap tempur, menggunakan senjata mereka ("menghunus pedang dan melentur busurnya") untuk tujuan yang keji: "merobohkan orang-orang sengsara dan miskin, untuk membantai orang-orang yang hidup jujur." Ini menunjukkan bahwa target utama kejahatan seringkali adalah mereka yang paling rentan—yang miskin, yang lemah, dan mereka yang memilih untuk hidup jujur dan integritas. Orang fasik tidak hanya mencari keuntungan pribadi, tetapi juga memiliki niat merusak dan menghancurkan kebaikan di sekeliling mereka. Ini adalah gambaran tragis dari ketidakadilan yang merajalela di dunia.

Tetapi pedang mereka akan masuk ke dalam hati mereka sendiri, dan busur-busur mereka akan dipatahkan

Janji di ayat 15 adalah puncak dari vindikasi ilahi. Tuhan tidak hanya menertawakan rencana mereka, tetapi Dia juga akan memastikan bahwa senjata yang mereka gunakan untuk merugikan orang lain akan berbalik melukai mereka sendiri. "Pedang mereka akan masuk ke dalam hati mereka sendiri" adalah metafora yang kuat untuk konsekuensi karma atau keadilan ilahi. Kejahatan yang mereka lancarkan akan kembali menimpa mereka. Rencana-rencana mereka akan gagal, dan "busur-busur mereka akan dipatahkan," yang berarti kekuatan mereka akan dihancurkan. Ini adalah jaminan bahwa pada akhirnya, kejahatan tidak akan pernah menang, dan Tuhan akan memastikan bahwa setiap tindakan jahat akan menuai hasil yang sepadan. Ini adalah penghiburan besar bagi orang benar, yang mengingatkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan mempercayakan pembalasan kepada Tuhan yang adil.

Mazmur 37:16-17 – Sedikit pada Orang Benar Lebih Baik

16 Sedikit pada orang benar lebih baik dari pada kelimpahan orang fasik yang banyak;

17 sebab tangan orang-orang fasik akan dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang-orang benar.

Ayat-ayat ini menyajikan perbandingan nilai yang mendalam, menantang pandangan dunia tentang kekayaan dan keberhasilan.

Sedikit pada orang benar lebih baik dari pada kelimpahan orang fasik yang banyak

Ini adalah salah satu pernyataan inti dari seluruh Mazmur 37. Daud secara langsung membandingkan apa yang dimiliki orang benar dengan apa yang dimiliki orang fasik. Dari perspektif dunia, "kelimpahan orang fasik yang banyak" pasti terlihat lebih menarik. Mereka mungkin memiliki kekayaan, kekuasaan, dan kemewahan yang jauh melebihi "sedikit pada orang benar." Namun, Daud menyatakan dengan tegas bahwa "sedikit pada orang benar" jauh lebih baik.

Mengapa demikian? Karena kualitas dari yang "sedikit" ini berbeda. Yang sedikit pada orang benar disertai dengan berkat Tuhan, kedamaian hati, integritas, dan hubungan yang benar dengan Pencipta. Berkat Tuhan membuat yang sedikit itu cukup, bahkan melimpah dalam hal-hal yang benar-benar penting—seperti sukacita, kepuasan, keamanan, dan harapan kekal. Sebaliknya, kelimpahan orang fasik, meskipun banyak secara materi, seringkali datang dengan harga yang mahal: hati yang gelisah, keserakahan yang tidak pernah puas, hubungan yang rusak, ketakutan akan kehilangan, dan pada akhirnya, ketiadaan kedamaian sejati dan prospek kekal. Kekayaan mereka dibangun di atas dasar yang rapuh, dan seperti yang sudah dibahas sebelumnya, itu akan lenyap.

Pernyataan ini mengajak kita untuk mengevaluasi kembali nilai-nilai kita. Apakah kita mengejar kuantitas atau kualitas? Apakah kita mencari keuntungan materi yang cepat, atau berkat rohani yang abadi? Ini adalah panggilan untuk hidup dengan kerelaan hati, bersyukur atas apa yang kita miliki, dan percaya bahwa Tuhan akan menyediakan segala kebutuhan kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Sebab tangan orang-orang fasik akan dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang-orang benar

Ayat 17 memberikan alasan mengapa yang sedikit pada orang benar lebih baik. "Tangan orang-orang fasik akan dipatahkan" adalah metafora untuk penghancuran kekuatan dan kemampuan mereka. Kekuasaan mereka untuk berbuat jahat, untuk menipu, dan untuk menindas akan diakhiri. Mereka yang mengandalkan kekuatan mereka sendiri dan sumber daya mereka yang tidak benar akan kehilangan segalanya.

Sebaliknya, "TUHAN menopang orang-orang benar." Ini adalah janji perlindungan, dukungan, dan kekuatan yang tak terbatas. Ketika orang benar mungkin tampak lemah atau tidak memiliki banyak di mata dunia, mereka memiliki sumber daya yang tak tertandingi—Tuhan yang Mahakuasa. Tuhan adalah penopang mereka, yang mengangkat mereka ketika mereka jatuh, yang memberikan kekuatan saat mereka lemah, dan yang membimbing mereka melalui setiap tantangan. Dukungan Ilahi ini jauh lebih berharga daripada semua kekuatan dan kekayaan orang fasik. Ini adalah jaminan bahwa orang benar tidak akan pernah ditinggalkan atau dibiarkan jatuh sepenuhnya, karena Tuhan sendiri adalah benteng dan penopang mereka. Dengan Tuhan sebagai penopang, "sedikit" pun terasa aman dan berkelimpahan.

Mazmur 37:18-19 – Tuhan Tahu Hari Orang Benar

18 TUHAN mengetahui hari-hari orang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;

19 mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan pada hari-hari kelaparan mereka akan kenyang.

Bagian ini memberikan penghiburan dan jaminan yang mendalam bagi orang-orang benar, terutama di tengah masa-masa sulit.

TUHAN mengetahui hari-hari orang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya

Pernyataan "TUHAN mengetahui hari-hari orang saleh" adalah janji tentang pemeliharaan Ilahi yang intim. Kata "mengetahui" di sini lebih dari sekadar memiliki informasi; ini berbicara tentang pengenalan yang mendalam, perhatian yang penuh kasih, dan pengawasan yang aktif. Tuhan tidak hanya tahu tentang keberadaan orang saleh, tetapi Dia tahu setiap detail kehidupan mereka—perjuangan mereka, sukacita mereka, ketakutan mereka, dan setiap langkah yang mereka ambil. Pengetahuan-Nya yang sempurna menjamin bahwa tidak ada yang luput dari pandangan-Nya, dan bahwa Dia secara aktif terlibat dalam hidup mereka.

Sebagai konsekuensinya, "milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya." "Milik pusaka" di sini merujuk pada warisan yang Tuhan janjikan kepada umat-Nya—negeri, damai sejahtera, dan berkat-berkat rohani yang abadi. Berbeda dengan warisan duniawi yang bersifat sementara dan bisa hilang, warisan dari Tuhan ini "tetap selama-lamanya." Ini adalah janji kekal, yang menegaskan bahwa kesetiaan orang saleh kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia, dan bahwa mereka memiliki masa depan yang pasti dan aman di hadapan-Nya, melampaui segala batas waktu dan keadaan duniawi.

Mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan pada hari-hari kelaparan mereka akan kenyang

Ayat 19 memperluas janji pemeliharaan Tuhan ke dalam situasi-situasi sulit yang mungkin dihadapi orang saleh. "Waktu kecelakaan" bisa merujuk pada masa-masa kesukaran, krisis, atau bencana. Dalam situasi seperti itu, orang fasik mungkin menghadapi kehancuran dan rasa malu, tetapi orang saleh "tidak akan mendapat malu." Tuhan akan melindungi kehormatan dan martabat mereka, dan mereka tidak akan dipermalukan di hadapan musuh-musuh mereka atau di hadapan dunia. Ini adalah janji tentang pembelaan dan pemulihan nama baik oleh Tuhan.

Lebih lanjut, janji "pada hari-hari kelaparan mereka akan kenyang" adalah jaminan provisi Ilahi bahkan dalam kondisi yang paling ekstrem. Di tengah kelangkaan, di saat orang lain menderita kelaparan dan kekurangan, Tuhan akan menyediakan kebutuhan orang saleh. Ini bisa berupa penyediaan makanan secara literal, atau bisa juga secara metaforis berarti kepuasan rohani dan emosional yang memenuhi jiwa mereka bahkan ketika kebutuhan materi terbatas. Ini adalah bukti bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu, dan Dia setia untuk memelihara anak-anak-Nya dalam setiap situasi. Janji ini menanamkan kepercayaan yang dalam, bahwa tidak peduli betapa parahnya keadaan di sekitar mereka, Tuhan tidak akan pernah melupakan atau mengabaikan orang-orang yang mengandalkan-Nya.

Keseluruhan bagian ini menegaskan kembali kedaulatan Tuhan dan perhatian-Nya yang penuh kasih terhadap orang-orang yang saleh. Mereka tidak perlu khawatir tentang masa depan mereka, karena Tuhan memegang kendali atas "hari-hari" mereka dan Dia adalah jaminan "milik pusaka" mereka yang abadi. Dalam setiap krisis dan kekurangan, Dia adalah sumber kekuatan, perlindungan, dan pemeliharaan yang tak tergoyahkan.

Mazmur 37:20 – Akhir Orang Fasik

20 Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa; musuh TUHAN akan seperti keindahan padang rumput yang lenyap, seperti asap mereka akan hilang.

Ayat ini adalah penutup yang kuat untuk kontras antara nasib orang benar dan orang fasik, memberikan gambaran yang lebih dramatis tentang kehancuran orang fasik.

Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa

Kata "binasa" di sini memiliki makna yang tegas. Itu berarti kehancuran, kejatuhan, atau lenyapnya keberadaan mereka. Ini bukan sekadar berakhirnya hidup fisik, tetapi juga kehancuran warisan, nama baik, dan segala sesuatu yang mereka bangun di atas dasar yang tidak benar. Ini adalah kepastian yang tidak bisa dihindari bagi mereka yang menolak Tuhan dan memilih jalan kejahatan.

Musuh TUHAN akan seperti keindahan padang rumput yang lenyap

Daud menggunakan dua metafora yang sangat kuat untuk menggambarkan kehancuran ini. Pertama, mereka "akan seperti keindahan padang rumput yang lenyap." Padang rumput di musim semi mungkin terlihat sangat indah dan subur, tetapi kecantikan itu sangat sementara. Di bawah terik matahari musim panas atau kedinginan musim dingin, keindahan itu dengan cepat memudar dan lenyap. Ini menekankan kefanaan keberhasilan dan kemuliaan orang fasik. Keindahan dan kemewahan yang mereka nikmati hanyalah fatamorgana yang cepat berlalu, tanpa substansi kekal. Sebagaimana rumput liar yang tumbuh dengan cepat namun cepat pula menguning dan mati, demikianlah nasib mereka.

Seperti asap mereka akan hilang

Metafora kedua yang digunakan adalah "seperti asap mereka akan hilang." Asap, begitu ia mengepul, segera menghilang ke udara, tidak meninggalkan jejak atau keberadaan yang nyata. Gambaran ini memperkuat ide tentang kehampaan dan kefanaan total dari orang fasik. Mereka tidak akan meninggalkan warisan yang berarti, nama mereka mungkin dilupakan atau bahkan diingat dengan celaan. Keberadaan mereka, dalam konteks kekal, adalah seperti asap yang tidak berjejak. Ini adalah pengingat bahwa meskipun mereka mungkin memiliki dampak yang besar di dunia untuk sementara waktu, pengaruh mereka pada akhirnya tidak akan abadi.

Ayat ini secara keseluruhan berfungsi sebagai penegasan akhir bahwa keadilan Tuhan akan ditegakkan. Tidak ada kejahatan yang akan menang pada akhirnya, dan tidak ada musuh Tuhan yang akan bertahan. Ini adalah penghiburan bagi orang benar yang seringkali merasa tertekan oleh keberadaan dan tindakan orang fasik. Kita tidak perlu membalas dendam atau khawatir bahwa kejahatan akan luput dari hukuman. Tuhan sendiri adalah Hakim yang adil, dan Dia akan memastikan bahwa setiap orang akan menuai apa yang ditaburkannya, dan bahwa akhir dari orang fasik adalah kehancuran yang tak terhindarkan dan terlupakan.

Mazmur 37:21-22 – Karakteristik Orang Benar

21 Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar berbelas kasihan dan memberi;

22 sebab orang-orang yang diberkati-Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang-orang yang dikutuk-Nya akan dilenyapkan.

Bagian ini menyoroti perbedaan etika dan moral antara orang fasik dan orang benar, serta menghubungkannya dengan berkat dan kutuk Tuhan.

Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar berbelas kasihan dan memberi

Daud memberikan contoh konkret dari perilaku yang membedakan orang fasik dan orang benar. Orang fasik digambarkan sebagai orang yang "meminjam dan tidak membayar kembali." Ini menunjukkan kurangnya integritas, ketidakjujuran, dan ketidakpedulian terhadap kewajiban mereka. Mereka mungkin mengambil keuntungan dari orang lain, mengeksploitasi kemurahan hati, atau menipu demi keuntungan pribadi tanpa rasa tanggung jawab atau penyesalan. Perilaku ini mencerminkan hati yang egois dan tidak peduli pada keadilan atau kebutuhan sesama.

Sebaliknya, orang benar digambarkan dengan dua sifat mulia: "berbelas kasihan dan memberi." Ini adalah karakteristik dari hati yang meneladani kasih dan kemurahan Tuhan. "Berbelas kasihan" berarti memiliki empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain, dan termotivasi untuk meringankan beban mereka. "Memberi" adalah manifestasi dari belas kasihan ini, yaitu tindakan aktif untuk berbagi sumber daya, waktu, atau dukungan kepada mereka yang membutuhkan, tanpa mengharapkan imbalan. Ini adalah ciri khas dari kehidupan yang berpusat pada Tuhan, di mana kita menjadi saluran berkat bagi orang lain, mencerminkan kemurahan hati Allah sendiri.

Kontras ini tidak hanya menunjukkan perbedaan moral, tetapi juga perbedaan dalam cara pandang terhadap harta benda. Bagi orang fasik, harta adalah untuk memperkaya diri sendiri, bahkan dengan mengorbankan orang lain. Bagi orang benar, harta adalah sarana untuk melayani Tuhan dan sesama, dengan memahami bahwa semua yang mereka miliki adalah berkat dari Tuhan untuk dibagi.

Sebab orang-orang yang diberkati-Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang-orang yang dikutuk-Nya akan dilenyapkan

Ayat 22 menghubungkan perilaku etis ini dengan konsekuensi ilahi yang tak terhindarkan. Mereka yang diberkati oleh Tuhan, yaitu orang-orang benar yang berbelas kasihan dan memberi, "akan mewarisi negeri." Warisan ini adalah janji berkat Tuhan yang terus-menerus, meliputi kedamaian, keamanan, dan kelimpahan rohani serta materi yang datang dari tangan-Nya. Warisan ini abadi dan tidak akan hilang.

Di sisi lain, "orang-orang yang dikutuk-Nya akan dilenyapkan." Ini adalah konsekuensi bagi orang fasik yang egois dan tidak jujur. Kata "dikutuk" di sini berarti mereka berada di bawah penghakiman Tuhan, dan "dilenyapkan" menegaskan kembali kehancuran dan kepunahan yang akan mereka alami. Ini adalah pengingat bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil, dan Dia akan membalas setiap perbuatan, baik maupun jahat. Pilihan kita dalam hidup—apakah kita memilih jalan egoisme atau belas kasihan—memiliki implikasi kekal yang mendalam, menentukan apakah kita akan menerima berkat atau kutuk dari Tuhan.

Mazmur 37:23-24 – Langkah Ditetapkan TUHAN

23 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;

24 apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.

Bagian ini memberikan janji yang sangat menghibur tentang pemeliharaan dan dukungan Tuhan dalam setiap aspek perjalanan hidup orang benar.

TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya

Pernyataan "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya" adalah janji tentang bimbingan Ilahi yang pasti. Kata "menetapkan" (dari bahasa Ibrani "kun") berarti mengokohkan, mengarahkan, atau mendirikan dengan kuat. Ini menyiratkan bahwa Tuhan bukan hanya pengamat pasif, melainkan Dia secara aktif terlibat dalam setiap langkah hidup orang yang berupaya menyenangkan-Nya. Hidup yang "berkenan kepada-Nya" adalah kehidupan yang dijalani dengan iman, ketaatan, dan integritas, sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah dijelaskan di Mazmur ini.

Janji ini memberikan ketenangan dan kepercayaan. Itu berarti kita tidak berjalan sendirian atau tanpa arah. Tuhan sendiri adalah pemandu kita, yang mengarahkan keputusan kita, membuka jalan bagi kita, dan menutup pintu yang tidak seharusnya kita masuki. Ini menghilangkan kecemasan tentang masa depan dan memberikan keyakinan bahwa hidup kita memiliki tujuan yang lebih tinggi, yang diarahkan oleh tangan yang maha kuasa dan penuh kasih.

Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya

Ini adalah salah satu janji yang paling menghibur dalam Alkitab bagi orang percaya. Ayat ini mengakui realitas bahwa orang benar pun bisa "jatuh." Jatuh di sini bisa berarti kesalahan, kegagalan, kelemahan, dosa, atau bahkan menghadapi musibah dan kesulitan. Orang benar tidak kebal dari tantangan hidup, dan mereka tidak sempurna.

Namun, janji tersebut adalah bahwa "tidaklah sampai tergeletak." Ini berarti kejatuhan mereka tidak akan bersifat final atau fatal. Mereka tidak akan ditinggalkan dalam keadaan putus asa atau dihancurkan sepenuhnya. Mengapa? "Sebab TUHAN menopang tangannya." Tuhan sendiri yang akan menjangkau dan menopang mereka. Dia adalah kekuatan yang mengangkat mereka kembali, memberikan harapan di tengah keputusasaan, pengampunan di tengah kesalahan, dan keberanian di tengah kelemahan. Ini adalah janji tentang anugerah, belas kasihan, dan kesetiaan Tuhan yang tak terbatas. Dia tidak hanya mengarahkan langkah kita, tetapi juga setia untuk mengangkat kita setiap kali kita tersandung. Ini memberikan jaminan bahwa dalam setiap kejatuhan, ada tangan Tuhan yang siap menopang, mencegah kita dari kehancuran total, dan mengembalikan kita ke jalan yang benar.

Secara keseluruhan, ayat 23-24 adalah fondasi iman yang kuat. Ini mengingatkan kita bahwa meskipun hidup ini penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, orang yang mengandalkan Tuhan memiliki pemandu yang setia dan penopang yang perkasa. Kita dapat berjalan dengan keyakinan, mengetahui bahwa Tuhan ada bersama kita di setiap langkah, dan Dia tidak akan pernah membiarkan kita jatuh tanpa harapan.

Mazmur 37:25-26 – Kesaksian Daud dan Kebaikan Orang Benar

25 Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;

26 sepanjang hari ia berbelas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.

Bagian ini adalah kesaksian pribadi Daud yang kuat, yang memperkuat janji-janji Tuhan tentang pemeliharaan orang benar.

Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti

Daud, sebagai seorang yang telah menjalani hidup yang panjang dan penuh pengalaman, memberikan kesaksian berdasarkan pengamatan pribadinya selama bertahun-tahun. Ia memulai dengan pernyataan "Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua," yang menunjukkan bahwa kesaksian ini bukan berdasarkan pengamatan singkat atau idealisme masa muda, melainkan dari kebijaksanaan yang diperoleh melalui waktu dan pengalaman hidup yang luas.

Inti dari kesaksiannya adalah: "tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti." Ini adalah pernyataan yang luar biasa, terutama mengingat betapa seringnya kemiskinan dan kelaparan terjadi di zaman kuno. Daud tidak mengatakan bahwa orang benar tidak pernah mengalami kesulitan atau kekurangan, tetapi dia menegaskan bahwa mereka tidak pernah "ditinggalkan" oleh Tuhan, dan keturunan mereka tidak pernah sampai pada titik "meminta-minta roti" karena penelantaran total. Tuhan selalu menyediakan, mungkin tidak selalu secara berlebihan, tetapi selalu cukup untuk kebutuhan dasar. Ini adalah janji tentang pemeliharaan Ilahi yang setia, bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya dan bahwa Dia akan memelihara kebutuhan mereka serta keturunan mereka.

Kesaksian ini sangat menguatkan bagi orang percaya yang mungkin khawatir tentang masa depan atau kesejahteraan keluarga mereka. Ini adalah pengingat bahwa kesetiaan kepada Tuhan memiliki jaminan yang melampaui kemampuan manusia untuk menyediakan. Daud, yang telah melihat berbagai pasang surut kehidupan, menegaskan bahwa prinsip Tuhan—pemeliharaan atas orang benar—adalah konsisten dan terbukti sepanjang waktu.

Sepanjang hari ia berbelas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat

Ayat 26 menjelaskan mengapa orang benar diberkati sedemikian rupa, menghubungkan pemeliharaan Tuhan dengan karakter mereka. Orang benar digambarkan sebagai orang yang "sepanjang hari ia berbelas kasihan dan memberi pinjaman." Ini adalah gambaran dari seseorang yang memiliki hati yang murah hati dan peduli terhadap sesama. Mereka tidak hanya berbelas kasihan secara emosional, tetapi juga menunjukkannya melalui tindakan nyata—memberi pinjaman (mungkin tanpa bunga kepada sesama Israel yang membutuhkan) atau memberikan bantuan lainnya. Kata "sepanjang hari" menunjukkan bahwa ini adalah pola hidup yang konsisten, bukan tindakan kebaikan yang sporadis.

Sebagai akibat dari kemurahan hati dan kebaikan mereka, "dan anak cucunya menjadi berkat." Ini adalah prinsip tabur tuai yang ilahi. Kebaikan yang ditaburkan oleh orang benar tidak hanya memberkati mereka sendiri, tetapi juga meluas kepada keturunan mereka. Anak cucu mereka diberkati bukan hanya secara materi, tetapi juga melalui reputasi yang baik, warisan iman, dan mungkin juga dari kebaikan yang ditunjukkan orang lain kepada mereka sebagai balasan atas kebaikan orang tua atau kakek nenek mereka. Ini adalah bukti bahwa hidup yang murah hati adalah investasi yang kekal, yang menghasilkan buah berkat yang berkelanjutan dari generasi ke generasi.

Secara keseluruhan, bagian ini adalah dorongan kuat untuk hidup dalam kebenaran, kepercayaan, dan kemurahan hati. Kesaksian Daud yang berdasarkan pengalaman seumur hidupnya memberikan jaminan yang tak tergoyahkan bahwa Tuhan setia untuk memelihara orang benar dan keturunan mereka, dan bahwa hidup yang berbuah dalam kebaikan akan menuai berkat yang melimpah dan kekal.

Mazmur 37:27-29 – Jauhi Kejahatan, Lakukan Kebaikan

27 Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal di negeri selama-lamanya;

28 sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.

29 Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.

Bagian ini merangkum nasihat moral utama dan kembali menegaskan janji-janji Tuhan dengan sangat kuat.

Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal di negeri selama-lamanya

Ini adalah ringkasan yang jelas dan ringkas dari panggilan untuk hidup benar. Ini adalah imperatif ganda: "jauhilah yang jahat" (berhenti melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan, berpaling dari dosa) dan "lakukanlah yang baik" (secara aktif mengejar kebenaran, keadilan, dan kasih). Ini bukan sekadar absen dari kejahatan, melainkan melibatkan komitmen aktif untuk hidup sesuai dengan standar Tuhan.

Konsekuensi dari ketaatan ini adalah janji: "maka engkau akan tetap tinggal di negeri selama-lamanya." Janji "tinggal di negeri" (warisan yang stabil, aman, dan diberkati) diperluas dengan penekanan "selama-lamanya." Ini menekankan sifat kekal dari berkat Tuhan bagi mereka yang memilih jalan kebenaran. Berbeda dengan kefanaan keberhasilan orang fasik, warisan orang benar adalah abadi dan tak tergoyahkan.

Sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya

Ayat 28 memberikan dasar teologis mengapa janji-janji ini begitu pasti: itu adalah karena karakter Tuhan sendiri. "TUHAN mencintai hukum" (atau "keadilan"). Tuhan itu kudus dan adil; Dia tidak dapat bertindak bertentangan dengan sifat-Nya sendiri. Oleh karena itu, kejahatan tidak dapat berdiri di hadapan-Nya, dan kebaikan tidak akan pernah tanpa imbalan.

Lebih dari itu, "Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya." Ini adalah jaminan kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya. Orang-orang yang dikasihi-Nya adalah mereka yang mengasihi Dia dan mengikuti jalan-Nya. Tuhan tidak akan meninggalkan mereka dalam kesulitan, tidak akan mengabaikan seruan mereka, dan tidak akan membiarkan mereka binasa. Hubungan kasih ini adalah jaminan terbesar bagi pemeliharaan dan perlindungan Ilahi.

Kemudian ditegaskan lagi: "Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara." Frasa ini menguatkan janji tentang warisan kekal dan perlindungan yang terus-menerus. Orang benar akan dijaga dan dilindungi oleh Tuhan, tidak hanya di dunia ini tetapi juga di kekekalan. Di sisi lain, "tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan." Ini adalah kontras yang tajam, mengingatkan bahwa meskipun orang fasik mungkin memiliki keturunan, warisan mereka akan terputus dan kehancuran akan menimpa mereka.

Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa

Ayat 29 adalah ringkasan akhir yang menguatkan tema utama mazmur ini. Orang-orang benar, yaitu mereka yang mengikuti perintah-perintah Tuhan, akan menerima warisan yang dijanjikan—kehidupan yang berkelimpahan, aman, dan diberkati oleh Tuhan. Dan bukan hanya mewarisi, tetapi mereka juga akan "tinggal di sana senantiasa," menekankan aspek permanen dan kekal dari berkat ini. Ini adalah janji yang memberikan pengharapan besar bagi setiap orang yang memilih untuk berjalan di jalan kebenaran, meyakinkan mereka bahwa kesetiaan mereka akan dihargai dengan warisan yang tak terhingga dan abadi dari Tuhan.

Mazmur 37:30-31 – Hikmat dan Taurat di Hati

30 Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum;

31 Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah.

Bagian ini menggambarkan karakteristik internal dan eksternal dari orang benar, yaitu bagaimana iman mereka termanifestasi dalam perkataan dan perbuatan.

Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum

Ayat 30 berfokus pada apa yang keluar dari mulut orang benar. "Mulut orang benar mengucapkan hikmat" berarti perkataan mereka tidaklah kosong, dangkal, atau merusak, melainkan penuh dengan kebijaksanaan yang berasal dari Tuhan. Kata-kata mereka mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang kebenaran dan keadilan, memberikan nasihat yang bijaksana, dorongan yang membangun, dan kebenaran yang mengarahkan. Mereka bukan pembawa gosip atau fitnah, tetapi penyebar kebenaran.

"Dan lidahnya mengatakan hukum" (atau "keadilan," atau "kebenaran"). Ini menegaskan bahwa perkataan mereka selaras dengan hukum Tuhan. Mereka berbicara tentang apa yang benar, apa yang adil, dan apa yang sesuai dengan kehendak Allah. Lidah mereka digunakan untuk memuliakan Tuhan, untuk mengajar, untuk menginspirasi, dan untuk menegakkan kebenaran. Ini menunjukkan bahwa hati orang benar dipenuhi dengan kebenaran Tuhan, sehingga secara alami mengalir keluar dalam perkataan mereka.

Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah

Ayat 31 menjelaskan akar dari perkataan yang bijaksana ini: "Taurat Allahnya ada di dalam hatinya." Ini adalah kunci utama dari kehidupan orang benar. "Taurat Allah" (hukum, ajaran, firman Tuhan) tidak hanya mereka ketahui secara intelektual, tetapi telah diinternalisasi, terukir dalam hati mereka. Ini adalah proses pembaharuan batin, di mana Firman Tuhan menjadi bagian integral dari identitas dan motivasi mereka. Ketika Taurat Allah ada di dalam hati, itu memengaruhi setiap pikiran, emosi, dan keinginan. Hati yang dipenuhi Firman Tuhan akan secara alami menghasilkan perbuatan dan perkataan yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Sebagai hasil dari hati yang dipenuhi Firman Tuhan, "langkah-langkahnya tidak goyah." Dalam dunia yang penuh godaan, ketidakpastian, dan tekanan untuk berkompromi, orang yang berpegang pada Taurat Tuhan dalam hatinya akan memiliki fondasi yang kokoh. Mereka tidak mudah tergoyahkan oleh tren dunia, oleh keberhasilan orang fasik, atau oleh kesulitan hidup. Langkah-langkah mereka—arah hidup, keputusan, dan tindakan mereka—akan stabil, mantap, dan konsisten. Mereka akan berjalan di jalan kebenaran dengan keyakinan, tidak bimbang atau menyimpang.

Bagian ini memberikan gambaran komprehensif tentang orang benar: perkataan mereka mencerminkan hikmat dan kebenaran, karena hati mereka telah diubah dan dipenuhi dengan Firman Tuhan. Ini adalah teladan yang menginspirasi bagi kita semua untuk tidak hanya mendengar Firman Tuhan, tetapi membiarkannya meresap dan membentuk inti dari keberadaan kita, sehingga hidup kita menjadi kesaksian nyata bagi kemuliaan-Nya.

Mazmur 37:32-33 – Orang Fasik Mengintai vs. Tuhan Membela

32 Orang fasik mengintai orang benar, dan berupaya membunuhnya;

33 tetapi TUHAN tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya, dan tidak membiarkan dia dihukum apabila ia dihakimi.

Bagian ini kembali ke tema konflik antara orang fasik dan orang benar, namun dengan penekanan kuat pada perlindungan dan pembelaan Tuhan.

Orang fasik mengintai orang benar, dan berupaya membunuhnya

Ayat 32 mengungkapkan intensitas kebencian dan kejahatan orang fasik terhadap orang benar. Mereka "mengintai" (mengawasi dengan maksud jahat, merencanakan kejahatan secara sembunyi-sembunyi) orang benar. Ini menunjukkan niat jahat yang terus-menerus dan tersembunyi. Mereka tidak hanya iri atau marah, tetapi secara aktif "berupaya membunuhnya." Ini bisa berarti pembunuhan literal, atau bisa juga merujuk pada upaya untuk menghancurkan reputasi, karier, atau semangat hidup orang benar. Intinya adalah niat untuk melenyapkan atau menghancurkan keberadaan orang benar.

Ini adalah pengingat yang suram akan kenyataan permusuhan rohani dan fisik yang bisa dihadapi oleh mereka yang hidup di dalam kebenaran. Dunia ini, yang didominasi oleh dosa, seringkali membenci terang dan mencari cara untuk memadamkannya. Orang benar mungkin merasa terancam atau di bawah tekanan konstan dari mereka yang menentang kebenaran.

Tetapi TUHAN tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya, dan tidak membiarkan dia dihukum apabila ia dihakimi

Namun, di tengah ancaman yang begitu besar, ayat 33 memberikan janji yang sangat menghibur dan kuat tentang perlindungan Tuhan. "Tetapi TUHAN tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya." Meskipun orang fasik mungkin berusaha sekuat tenaga untuk merugikan atau menghancurkan, Tuhan adalah pelindung utama. Dia tidak akan mengizinkan orang benar jatuh sepenuhnya ke dalam cengkeraman musuh-musuh mereka. Tuhan menetapkan batas bagi kejahatan, dan Dia memiliki kuasa untuk melindungi umat-Nya.

Selanjutnya, "dan tidak membiarkan dia dihukum apabila ia dihakimi." Ini berbicara tentang pembenaran Ilahi. Orang benar mungkin diseret ke pengadilan, dituduh secara tidak adil, atau disalahpahami oleh orang banyak. Mereka mungkin dihakimi oleh sistem duniawi yang korup. Namun, Tuhan tidak akan membiarkan mereka dihukum secara tidak adil atau dihukum di hadapan pengadilan-Nya sendiri. Tuhan akan menjadi pembela mereka, memastikan bahwa keadilan ditegakkan pada akhirnya. Ini bukan janji bahwa orang benar tidak akan pernah menghadapi pengadilan atau kritik, tetapi bahwa mereka akan dibebaskan dari penghukuman yang tidak adil, terutama di hadapan Tuhan.

Bagian ini secara keseluruhan menegaskan kedaulatan Tuhan sebagai Pelindung dan Pembela umat-Nya. Meskipun ancaman kejahatan bisa nyata dan intens, orang benar dapat berpegang teguh pada jaminan bahwa Tuhan ada di pihak mereka. Dia akan melindungi mereka dari kehancuran total dan akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan, baik di dunia ini maupun di kekekalan. Ini adalah sumber kekuatan dan keberanian bagi mereka yang menghadapi permusuhan karena iman mereka.

Mazmur 37:34 – Nantikan TUHAN, Pegang Jalan-Nya

34 Nantikanlah TUHAN dan peganglah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri; engkau akan melihat ketika orang-orang fasik dilenyapkan.

Ayat ini adalah intisari dari nasihat Mazmur 37, sebuah seruan untuk kesabaran dan ketaatan, dengan janji ganjaran yang pasti.

Nantikanlah TUHAN dan peganglah jalan-Nya

Perintah "Nantikanlah TUHAN" adalah kunci utama yang terus diulang dalam mazmur ini. Ini bukan penantian yang pasif, melainkan penantian yang aktif dan penuh harap. Ini berarti bersandar pada Tuhan dengan keyakinan penuh, percaya pada waktu-Nya yang sempurna, dan tidak terburu-buru untuk mencari solusi duniawi atau membalas dendam sendiri. Penantian ini melibatkan kesabaran, kepercayaan, dan ketenangan batin di tengah badai kehidupan.

Penantian ini harus disertai dengan tindakan: "dan peganglah jalan-Nya." Ini adalah panggilan untuk ketaatan yang konsisten dan teguh. "Jalan-Nya" merujuk pada prinsip-prinsip, perintah, dan kebenaran Tuhan. Ini berarti menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya, tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan, tidak meniru jalan orang fasik, tetapi berpegang teguh pada integritas dan kebenaran. Ketaatan ini adalah bukti nyata dari iman dan penantian kita. Kita menanti dengan setia, bukan dengan berdiam diri tanpa berbuat apa-apa, melainkan dengan hidup dalam ketaatan yang aktif.

Maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri; engkau akan melihat ketika orang-orang fasik dilenyapkan

Janji yang menyertai ketaatan ini sangatlah mulia. "Maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri." Ini adalah janji tentang kehormatan, pemulihan, dan berkat yang melimpah dari Tuhan. "Mengangkat" berarti Tuhan akan meninggikan kita, memberikan kehormatan dan posisi yang aman. Ini adalah kontras dengan orang fasik yang akan jatuh. Dan "mewarisi negeri" adalah janji tentang kepenuhan berkat-berkat rohani dan jasmani yang telah berulang kali disebutkan dalam mazmur ini, sebuah kehidupan yang aman, damai, dan berkelimpahan di bawah pemeliharaan Tuhan.

Lebih dari itu, "engkau akan melihat ketika orang-orang fasik dilenyapkan." Ini adalah janji vindikasi (pembenaran) yang sangat pribadi. Orang benar yang telah menderita di tangan orang fasik atau yang telah menyaksikan keberhasilan mereka dengan sakit hati, akan melihat dengan mata kepala sendiri keadilan Tuhan ditegakkan. Mereka akan melihat kehancuran orang fasik, bukan dengan rasa balas dendam yang jahat, melainkan dengan pemahaman bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil dan bahwa Firman-Nya selalu benar. Ini adalah penghiburan bahwa ketidakadilan tidak akan menang selamanya, dan bahwa pada akhirnya, kebenaran akan bersinar terang.

Ayat 34 adalah ajakan untuk tetap teguh dalam iman dan ketaatan, tidak peduli apa pun yang terjadi di sekitar kita. Ini adalah janji bahwa kesabaran kita dalam menantikan Tuhan dan kesetiaan kita dalam mengikuti jalan-Nya akan diganjar dengan berkat yang tak terhingga dan akan menyaksikan keadilan Tuhan yang sempurna tergenapi.

Mazmur 37:35-36 – Kefanaan Orang Fasik

35 Aku melihat seorang fasik yang gagah perkasa, yang merajalela seperti pohon aras Libanon;

36 ketika aku lewat, sesungguhnya, ia sudah tidak ada lagi; aku mencarinya, tetapi tidak ditemukan.

Ayat-ayat ini adalah kesaksian pribadi Daud lainnya, yang memberikan ilustrasi nyata tentang kefanaan orang fasik, menguatkan apa yang telah diajarkan sebelumnya.

Aku melihat seorang fasik yang gagah perkasa, yang merajalela seperti pohon aras Libanon

Daud menceritakan pengalamannya sendiri: "Aku melihat seorang fasik yang gagah perkasa." Ini adalah gambaran tentang seseorang yang sangat berkuasa, sukses, dan tampaknya tidak dapat dikalahkan. Frasa "gagah perkasa" menunjukkan kekuatan, pengaruh, dan kemewahan. Orang ini mungkin memiliki kekayaan yang besar, posisi tinggi, dan kehidupan yang tampak gemerlap di mata dunia. Mereka mungkin intimidatif dan terlihat tak tersentuh.

Untuk memperkuat gambaran ini, Daud menggunakan perumpamaan: "yang merajalela seperti pohon aras Libanon." Pohon aras Libanon adalah simbol kekuatan, kemegahan, keindahan, dan keabadian di dunia kuno. Mereka adalah pohon yang besar, kokoh, dan berumur panjang, tumbuh di pegunungan. Menggunakan perbandingan ini, Daud menggambarkan betapa menakjubkannya kekuatan dan kemuliaan orang fasik ini di mata manusia. Dia seolah-olah berakar kuat, tak tergoyahkan, dan mendominasi lingkungannya, mencapai puncak kejayaan duniawi.

Kesaksian ini menunjukkan bahwa Daud tidak berbicara dari posisi ketidaktahuan. Dia sendiri telah menyaksikan keberhasilan dan kemegahan orang fasik, yang bisa jadi menimbulkan pertanyaan dan keraguan di dalam hatinya.

Ketika aku lewat, sesungguhnya, ia sudah tidak ada lagi; aku mencarinya, tetapi tidak ditemukan

Namun, kontras datang dengan cepat dan tiba-tiba. Daud melanjutkan, "ketika aku lewat, sesungguhnya, ia sudah tidak ada lagi." Metafora "lewat" di sini bisa berarti berlalunya waktu, atau sekadar perpindahan Daud di mana ketika ia kembali, situasi telah berubah drastis. Orang fasik yang dulunya begitu megah dan kuat, yang seperti pohon aras yang kokoh, kini telah lenyap tanpa jejak.

Frasa "aku mencarinya, tetapi tidak ditemukan" menekankan kehancuran total dan kefanaan yang telah dijanjikan sebelumnya. Dia tidak hanya lenyap, tetapi bahkan jejaknya pun tidak dapat ditemukan. Keberadaannya di bumi telah dihapus, seolah-olah dia tidak pernah ada. Ini adalah ilustrasi yang kuat tentang betapa singkat dan rapuhnya kehidupan yang tidak berakar pada Tuhan. Meskipun keberhasilan duniawi mungkin tampak mengesankan untuk sementara waktu, akhirnya akan berlalu dan dilupakan.

Kesaksian Daud ini berfungsi sebagai penguatan bagi semua janji yang telah disampaikan dalam Mazmur 37. Ini adalah bukti visual dari kebenaran bahwa kemuliaan orang fasik hanyalah sementara, bagaikan fatamorgana yang cepat menghilang. Sebaliknya, orang benar, meskipun mungkin tidak memiliki kemegahan duniawi, memiliki warisan yang abadi dan nama yang dikenang di hadapan Tuhan. Ini adalah dorongan kuat bagi kita untuk tidak iri atau tergoda oleh keberhasilan duniawi, tetapi untuk tetap berpegang pada jalan kebenaran Tuhan, yang membawa kepada kehidupan yang sejati dan kekal.

Mazmur 37:37-38 – Perhatikan Orang Tulus Hati

37 Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai ada masa depan;

38 tetapi orang-orang yang mendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan.

Bagian ini adalah rangkuman akhir dari perbandingan antara orang benar dan orang fasik, dengan fokus pada hasil akhir hidup mereka.

Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai ada masa depan

Daud sekarang mengarahkan perhatian kita ke arah yang benar: "Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah orang yang jujur." Kata "tulus" (tam) berarti sempurna, tidak bercacat, utuh, atau berintegritas. "Jujur" (yashar) berarti lurus, benar, dan adil. Daud tidak menyuruh kita untuk fokus pada orang fasik yang merajalela, melainkan pada mereka yang hidup dengan integritas dan kebenaran di hadapan Tuhan dan sesama. Ini adalah panggilan untuk mencari teladan yang benar, untuk mengamati buah-buah dari kehidupan yang saleh.

Ketika kita mengamati mereka, kita akan menemukan janji: "sebab pada orang yang suka damai ada masa depan." Frasa "suka damai" (shalom) di sini tidak hanya berarti tidak adanya konflik, tetapi juga mencakup kesejahteraan, keutuhan, dan kepenuhan hidup yang sejati. Ini adalah buah dari hidup yang berintegrasi, berkat Tuhan yang melimpah. Dan yang paling penting, mereka memiliki "masa depan." Berbeda dengan kefanaan orang fasik, orang benar memiliki harapan dan prospek kekal. Masa depan mereka terjamin di tangan Tuhan, penuh dengan damai sejahtera dan berkat-berkat yang abadi. Ini adalah jaminan bahwa hidup yang dijalani dengan integritas tidak akan sia-sia, tetapi akan menuju kepada tujuan yang mulia.

Tetapi orang-orang yang mendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan

Kontras yang tajam kembali disajikan. "Orang-orang yang mendurhaka" (yaitu, para pelanggar hukum, pemberontak terhadap Tuhan) "akan dibinasakan bersama-sama." Ini menekankan penghancuran total yang akan menimpa mereka. Mereka akan dihancurkan bersama-sama dengan kejahatan yang mereka lakukan, tanpa meninggalkan apa pun yang berharga. Penghancuran ini tidak hanya bersifat individual, tetapi mungkin juga mencakup konsekuensi kolektif dari jalan hidup mereka.

Lebih lanjut, "masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan." Sama seperti yang telah dikatakan sebelumnya, tidak ada harapan atau prospek kekal bagi mereka yang memilih jalan kejahatan. Masa depan mereka adalah kehampaan, dilenyapkan dari ingatan dan dari hadapan Tuhan. Semua yang mereka bangun, semua yang mereka kejar dengan cara yang tidak benar, akan berakhir dengan kehampaan dan kehancuran. Ini adalah peringatan keras dan sekaligus penegasan bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil, dan tidak ada kejahatan yang akan luput dari pengadilan-Nya.

Ayat 37-38 adalah kesimpulan moral dari Mazmur 37, mengajak pembaca untuk membuat pilihan yang jelas. Pilihlah untuk hidup tulus, jujur, dan suka damai, karena di dalamnya terdapat masa depan yang penuh harapan dan berkat dari Tuhan. Tolaklah jalan orang fasik dan mendurhaka, karena ujungnya adalah kehancuran dan ketiadaan masa depan yang sejati. Ini adalah panggilan untuk bijaksana dalam melihat dan memilih jalan hidup, dengan perspektif kekal sebagai panduan utama.

Mazmur 37:39-40 – Keselamatan dari TUHAN

39 Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan.

40 TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka; Ia meluputkan mereka dari orang-orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya.

Mazmur 37 ditutup dengan janji-janji yang menghibur dan menguatkan tentang keselamatan, pertolongan, dan perlindungan Tuhan bagi orang-orang benar. Ini adalah puncak dari semua ajaran yang telah disampaikan, menyoroti kedaulatan Tuhan sebagai Penyelamat.

Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan

Ayat 39 secara langsung menyatakan sumber keselamatan: "Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN." Keselamatan ini bukan hasil dari kekuatan mereka sendiri, keberhasilan mereka, atau kekayaan mereka, melainkan anugerah dan tindakan Tuhan. Frasa "diselamatkan" di sini mencakup pembebasan dari bahaya, perlindungan dari musuh, dan penyelamatan dari penghukuman. Ini adalah jaminan bahwa Tuhan sendiri yang akan menjadi Juru Selamat bagi umat-Nya yang benar.

Selanjutnya, "Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan." Hidup orang benar tidak bebas dari "waktu kesesakan"—masa-masa sulit, krisis, atau ancaman. Namun, dalam setiap kesesakan itu, Tuhan adalah "tempat perlindungan" yang kokoh dan aman. Seperti benteng yang tak tergoyahkan, Dia menyediakan keamanan dan perlindungan bagi mereka yang berlindung pada-Nya. Ini adalah jaminan bahwa meskipun badai datang, orang benar memiliki tempat yang aman di hadirat Tuhan.

TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka; Ia meluputkan mereka dari orang-orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya

Ayat 40 memperinci bagaimana Tuhan bertindak sebagai Penyelamat. "TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka." Ini adalah tindakan aktif Tuhan untuk mengintervensi, memberikan pertolongan, dan membebaskan umat-Nya dari kesulitan. Dia tidak hanya menjadi tempat perlindungan pasif, melainkan Pelindung yang aktif.

Secara spesifik, "Ia meluputkan mereka dari orang-orang fasik dan menyelamatkan mereka." Ini adalah janji yang sangat relevan dengan tema utama Mazmur 37. Tuhan akan membebaskan orang benar dari intaian, rencana jahat, dan penindasan orang fasik. Mereka yang telah dipercayakan kepada Tuhan tidak akan menjadi korban kejahatan tanpa batas, karena Tuhan sendiri akan campur tangan untuk menyelamatkan mereka.

Alasan fundamental mengapa Tuhan bertindak demikian adalah karena "sebab mereka berlindung pada-Nya." Ini adalah kunci ketaatan dan iman. Orang-orang benar bukanlah orang yang sempurna, tetapi mereka adalah orang-orang yang memilih untuk menaruh kepercayaan dan ketergantungan penuh mereka kepada Tuhan. Mereka mencari perlindungan di bawah sayap-Nya, dan karena itulah Tuhan setia untuk memelihara, menolong, meluputkan, dan menyelamatkan mereka.

Mazmur 37 berakhir dengan nada pengharapan dan jaminan yang kuat. Ini adalah pesan bahwa tidak peduli seberapa gelap atau kacau dunia ini, orang benar memiliki jaminan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan yang setia. Mereka yang memilih untuk mempercayai-Nya, hidup dalam kebenaran, dan mencari perlindungan pada-Nya akan menemukan bahwa Tuhan adalah Penolong, Pelindung, dan Penyelamat mereka yang tak tergoyahkan, baik di dunia ini maupun di kekekalan. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk terus percaya, berbuat baik, dan menantikan Tuhan dengan sabar, karena keselamatan kita ada di tangan-Nya.

Kesimpulan Akhir: Memegang Janji Mazmur 37

Mazmur 37 adalah sebuah mercusuar terang di tengah kegelapan dan kebingungan dunia. Dalam 40 ayatnya, Daud, melalui hikmat ilahi, membimbing kita melalui pergumulan abadi antara keberhasilan orang fasik dan penderitaan orang benar. Namun, bukan untuk membiarkan kita tenggelam dalam keputusasaan, melainkan untuk mengangkat pandangan kita kepada kedaulatan Tuhan yang tak terbatas dan janji-janji-Nya yang tak tergoyahkan.

Pesan utama mazmur ini sangat jelas dan konsisten: jangan iri, jangan marah, jangan murka karena keberhasilan sementara orang fasik. Keberhasilan mereka adalah fatamorgana, bagaikan rumput yang segera layu, atau asap yang segera menghilang. Sebaliknya, fokuslah pada hal-hal yang abadi: percayalah kepada TUHAN, lakukanlah yang baik, diamlah di negeri, bergembalalah setia, bergembiralah karena TUHAN, serahkanlah hidupmu kepada-Nya, nantikanlah Dia dengan sabar, jauhilah yang jahat, dan peganglah jalan-Nya.

Bagi orang-orang yang memilih jalan kebenaran ini, janji-janji Tuhan adalah luar biasa: Dia akan memberikan apa yang diinginkan hatimu, memunculkan kebenaranmu seperti terang, menopangmu ketika engkau jatuh, memelihara anak cucumu, dan akhirnya, mengangkat engkau untuk mewarisi negeri—warisan kekal yang penuh damai sejahtera. Tuhan mengetahui hari-hari orang saleh, dan Dia tidak akan pernah meninggalkan mereka. Bahkan ketika orang fasik merencanakan kejahatan, Tuhan menertawakan mereka karena Dia tahu akhirnya. Pedang mereka akan kembali menimpa mereka sendiri, dan busur mereka akan dipatahkan.

Mazmur ini adalah undangan untuk mempercayai keadilan Tuhan yang sempurna. Kita tidak perlu membalas dendam atau berusaha membenarkan diri sendiri. Tugas kita adalah tetap setia, tetap berintegritas, dan membiarkan Tuhan menjadi Pembela dan Penyelamat kita. Dia akan menolong kita, meluputkan kita dari orang-orang fasik, dan menyelamatkan kita, sebab kita berlindung pada-Nya.

Dalam setiap langkah hidup kita, baik di masa muda maupun tua, di tengah kelimpahan maupun kesesakan, biarlah Mazmur 37 menjadi fondasi iman kita. Biarlah janji-janji-Nya menjadi jangkar bagi jiwa kita, memberikan ketenangan di tengah badai, harapan di tengah keputusasaan, dan keyakinan bahwa pada akhirnya, kebenaran akan menang dan Tuhan akan memuliakan orang-orang yang mengasihi dan mengandalkan-Nya. Marilah kita hidup sebagai orang-orang yang tulus dan jujur, karena pada orang yang suka damai, sesungguhnya, ada masa depan yang gemilang dan abadi di hadapan Tuhan.