Khotbah Yohanes 19:28-30: Segala Sesuatu Telah Selesai
Salib adalah pusat iman Kristen. Di atas salib, seluruh rencana keselamatan Allah mencapai puncaknya. Setiap kata yang diucapkan Yesus dari kayu salib bukanlah sekadar ratapan seorang yang menderita, melainkan deklarasi ilahi yang penuh makna, menggenapi nubuat kuno, dan membuka jalan bagi era yang baru. Dalam Injil Yohanes 19:28-30, kita menemukan tiga ayat yang singkat namun sarat dengan teologi, yang merangkum keseluruhan misi Kristus di bumi. Kata-kata terakhir-Nya, "Sudah selesai!", adalah puncak dari ketaatan sempurna, penderitaan yang tak terhingga, dan kemenangan yang kekal. Mari kita selami lebih dalam makna dari setiap kalimat dalam perikop ini, menggali konteks historis, implikasi teologis, dan relevansinya bagi kehidupan kita saat ini.
I. Konteks Penderitaan dan Pengetahuan Ilahi (Yohanes 19:28)
28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia—supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Aku haus!"
Ayat ke-28 ini dibuka dengan frasa yang sangat penting: "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai...". Frasa ini langsung mengangkat peristiwa di salib dari sekadar penderitaan fisik menjadi sebuah tindakan yang disengaja dan berada dalam kendali penuh Yesus. Ini bukanlah seruan spontan seorang yang kalah, melainkan pernyataan yang muncul dari pengetahuan ilahi-Nya.
A. Pengetahuan Ilahi Yesus: "Segala Sesuatu Telah Selesai"
Sebelum bahkan mengutarakan rasa haus-Nya, Yohanes memberitahu kita bahwa Yesus tahu "segala sesuatu telah selesai". Kata Yunani yang digunakan di sini untuk "selesai" adalah teleō (τελέω), yang berarti "menyelesaikan", "menuntaskan", atau "memenuhi". Ini bukan berarti penderitaan-Nya telah berakhir, melainkan bahwa tugas dan tujuan yang ditetapkan Bapa bagi-Nya telah mencapai kesimpulan yang sempurna dan tak terelakkan. Dari permulaan Injil Yohanes, Yesus berulang kali berbicara tentang "saat-Nya" (misalnya Yohanes 2:4, 7:6, 8:20, 12:23). Sekarang, "saat" itu telah tiba dan hampir genap. Ia tahu bahwa puncak karya penebusan sudah di ambang pintu.
- Penggenapan Nubuat: Yesus adalah Anak Domba Allah yang menghilangkan dosa dunia. Ia datang untuk menggenapi semua nubuat Perjanjian Lama tentang Mesias yang menderita dan Raja yang menang. Pengetahuan-Nya mencakup setiap detail nubuat yang harus Ia penuhi.
- Penyelesaian Misi: Misi-Nya bukan hanya mengajar, menyembuhkan, atau melakukan mukjizat, tetapi yang paling utama adalah memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Ia tahu bahwa tugas ini, termasuk penderitaan dan kematian di salib, akan segera tuntas.
- Kedaulatan Ilahi: Pengetahuan ini menunjukkan kedaulatan Yesus atas penderitaan dan kematian-Nya. Ia tidak diseret tanpa daya ke salib, melainkan secara aktif "menyerahkan" nyawa-Nya, seperti yang akan kita lihat di ayat 30. Ia adalah korban dan sekaligus Imam Besar yang mempersembahkan diri-Nya sendiri.
B. Seruan "Aku Haus!": Kelemahan Manusia dan Penggenapan Nubuat
Setelah pengetahuan yang begitu mendalam ini, Yesus mengucapkan sebuah kalimat yang sangat manusiawi: "Aku haus!" (dipsaō, διψάω). Ini adalah ekspresi penderitaan fisik yang ekstrem. Pengeringan akibat kehilangan darah, demam tinggi, dan kehausan yang tak tertahankan adalah bagian tak terpisahkan dari penyaliban. Kondisi tubuh Yesus saat itu pasti sudah sangat dehidrasi setelah berjam-jam digantung di bawah terik matahari, setelah dicambuk, dihina, dan berjalan jauh membawa salib. Ini mengingatkan kita pada kemanusiaan-Nya yang sejati—Ia adalah Allah, tetapi Ia juga manusia seutuhnya, yang mengalami semua kelemahan dan penderitaan tubuh manusia.
Namun, Yohanes tidak membiarkan kita hanya melihatnya sebagai keluhan manusiawi semata. Ia menambahkan tujuan ilahi: "...supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci." Ayat ini merujuk kepada beberapa nubuat Perjanjian Lama, yang paling jelas adalah Mazmur 69:21:
"Bahkan, mereka memberi aku empedu menjadi makananku, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum cuka." (Mazmur 69:21)
Nubuat lain yang mungkin terkait adalah Mazmur 22:15, "kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku." Dengan mengatakan "Aku haus!", Yesus secara aktif menggenapi detail-detail terkecil dari rencana ilahi yang telah ditetapkan berabad-abad sebelumnya. Ini menegaskan otoritas ilahi-Nya atas seluruh peristiwa, bukan sebagai korban pasif, melainkan sebagai penggenap aktif dari kehendak Allah.
II. Anggur Asam dan Hisop (Yohanes 19:29)
29 Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam itu, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus.
Ayat ke-29 menggambarkan respons terhadap seruan haus Yesus. Ada beberapa elemen penting di sini yang memiliki makna simbolis dan penggenapan yang dalam.
A. Anggur Asam (oxos, ὄξος)
Anggur asam, atau oxos dalam bahasa Yunani, adalah minuman umum bagi prajurit Romawi dan orang-orang miskin pada masa itu. Ini adalah anggur encer yang bercampur cuka, yang dapat sedikit menghilangkan dahaga. Dalam konteks ini, minuman ini diberikan bukan sebagai belas kasihan murni, melainkan sebagai penggenapan nubuat, sebagaimana sudah disebutkan dalam Mazmur 69:21. Ada dua kali Yesus ditawari minum di salib: yang pertama adalah anggur bercampur empedu atau mur (Markus 15:23, Matius 27:34), yang ditolak-Nya karena bertujuan untuk meredakan rasa sakit dan membuat-Nya tidak sadar sepenuhnya. Yang kedua, seperti di sini, adalah anggur asam murni, yang diterima-Nya setelah mengucapkan "Aku haus!" Ini adalah minum terakhir-Nya, yang menandai bahwa Ia telah menanggung seluruh penderitaan dalam kesadaran penuh, dan kini siap untuk menyerahkan roh-Nya.
B. Bunga Karang dan Hisop
Anggur asam itu dicucukkan pada bunga karang, lalu diulurkan dengan sebatang hisop. Penggunaan hisop di sini sangatlah signifikan. Hisop adalah tanaman kecil yang biasanya digunakan dalam ritual pemurnian Perjanjian Lama. Misalnya, dalam upacara Paskah pertama di Mesir, darah anak domba dioleskan pada tiang pintu dengan menggunakan sebatang hisop (Keluaran 12:22). Hisop juga digunakan dalam ritual pemurnian orang yang terkena kusta (Imamat 14:4, 6) dan dalam ritual penyucian dari kenajisan mayat (Bilangan 19:6, 18). Bahkan Raja Daud memohon pemurnian dari dosa dengan hisop: "Bersihkanlah aku dari dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!" (Mazmur 51:7).
Dengan demikian, saat hisop yang membawa anggur asam menyentuh bibir Yesus, itu adalah simbol yang sangat kuat. Yesus, Anak Domba Paskah yang sejati, yang darah-Nya akan menghapus dosa dunia, menerima 'cuka' melalui hisop—tanaman yang secara historis terhubung dengan ritual pemurnian. Ini menggarisbawahi bahwa Yesus sendiri adalah puncak dan penggenapan dari semua ritual penyucian Perjanjian Lama. Ia adalah kurban yang menghapus dosa, dan sekaligus sarana pemurnian yang sempurna.
III. Deklarasi Kemenangan: "Sudah Selesai!" (Yohanes 19:30)
30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Inilah puncak dari seluruh kisah penyaliban, dan bahkan seluruh misi Kristus di bumi. Setelah menerima anggur asam—menandakan bahwa semua nubuat telah digenapi dan penderitaan-Nya mencapai batas akhir—Yesus mengucapkan kata-kata yang paling penting dan paling kuat dari salib: "Sudah selesai!"
A. Makna Kata Tetelestai (τετέλεσται)
Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai "Sudah selesai" adalah tetelestai (τετέλεσται). Ini adalah bentuk pasif sempurna indikatif dari kata kerja teleō (τελέω), yang kita lihat sebelumnya di ayat 28. Namun, dalam bentuk sempurna ini, maknanya menjadi jauh lebih kuat dan permanen. Ini bukan hanya "telah diselesaikan," tetapi "telah diselesaikan dan tetap dalam kondisi selesai." Implikasinya sangat luas dan mendalam:
- 1. Bahasa Akuntansi: "Lunas!" Dalam dunia kuno, tetelestai sering ditulis pada dokumen keuangan sebagai tanda bahwa suatu hutang telah dilunasi sepenuhnya. Ketika Yesus berkata "Sudah selesai!", itu berarti hutang dosa seluruh umat manusia kepada Allah telah dibayar lunas, sepenuhnya, dan untuk selamanya. Tidak ada lagi yang perlu ditambahkan, tidak ada lagi pengorbanan yang diperlukan, tidak ada lagi persembahan yang bisa memuaskan keadilan Allah. Yesus telah membayar harga penuh untuk dosa kita.
- 2. Bahasa Pekerja: "Tugas Selesai!" Seorang pekerja yang telah menyelesaikan tugasnya dapat berkata tetelestai. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang diberikan telah diselesaikan dengan sempurna, tanpa cacat, tanpa kekurangan. Yesus telah menyelesaikan pekerjaan penyelamatan yang diberikan Bapa kepada-Nya dengan sempurna.
- 3. Bahasa Imam: "Pengorbanan Sempurna!" Dalam konteks bait suci, tetelestai bisa merujuk pada pengorbanan yang telah dilaksanakan dengan benar dan lengkap. Pengorbanan Kristus di salib adalah pengorbanan yang sempurna dan sekali untuk selamanya, yang mengakhiri kebutuhan akan persembahan hewan yang berulang-ulang (Ibrani 10:1-18).
- 4. Bahasa Nubuat: "Telah Tergenapi!" Seperti yang telah kita bahas, hidup dan penderitaan Yesus adalah penggenapan ratusan nubuat Perjanjian Lama. Dengan tetelestai, Yesus mengklaim bahwa setiap janji dan bayangan dari Perjanjian Lama kini telah menemukan realitasnya yang sejati dalam diri-Nya dan karya-Nya di salib.
Maka, "Sudah selesai!" bukanlah seruan kekalahan atau kelelahan. Ini adalah deklarasi kemenangan yang agung. Itu adalah teriakan sukacita dan penyelesaian, yang menyatakan bahwa karya penebusan sudah tuntas dan tak ada yang perlu ditambahkan.
B. Implikasi dari "Sudah Selesai!"
Deklarasi tunggal ini memiliki implikasi yang mendalam dan mengubah dunia:
1. Pekerjaan Penebusan Sempurna
Kristus telah menyelesaikan semua persyaratan untuk penebusan kita. Ini mencakup:
- Ketaatan Sempurna: Yesus hidup tanpa dosa, menggenapi seluruh Hukum Taurat yang tidak bisa kita genapi. Ketaatan-Nya yang aktif ini dikreditkan kepada kita melalui iman.
- Pendamaian (Atonement): Melalui kematian-Nya, Yesus mendamaikan kita dengan Allah. Ia mengambil hukuman dosa yang seharusnya kita tanggung.
- Propisiasi: Murka Allah terhadap dosa telah dipuaskan sepenuhnya melalui pengorbanan Kristus.
- Justifikasi: Kita dinyatakan benar di hadapan Allah, bukan karena perbuatan kita, tetapi karena iman kepada Kristus yang telah menyelesaikan segalanya.
- Kemenangan atas Dosa, Kematian, dan Iblis: Kuasa dosa dipatahkan, sengat kematian dilucuti, dan otoritas Iblis dipatahkan di salib.
2. Akhir dari Sistem Lama
Dengan "Sudah selesai!", Yesus menandai berakhirnya era Perjanjian Lama. Sistem hukum, persembahan, dan ritual bait suci, yang semuanya adalah bayangan dari Kristus yang akan datang, kini telah digenapi. Tirai Bait Suci yang memisahkan umat dari hadirat Allah robek menjadi dua (Matius 27:51), secara simbolis menyatakan bahwa jalan menuju Allah kini terbuka bagi semua orang melalui Kristus.
3. Fondasi Jaminan Keselamatan
Bagi orang percaya, tetelestai adalah fondasi dari jaminan keselamatan. Jika pekerjaan sudah selesai oleh Kristus, maka tidak ada lagi yang bisa kita tambahkan atau kurangkan. Keselamatan adalah anugerah murni, diterima melalui iman, dan bukan hasil dari usaha manusia. Ini membebaskan kita dari beban legalisme dan usaha sia-sia untuk membenarkan diri sendiri di hadapan Allah.
C. "Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya."
Bagian terakhir dari ayat ini sama pentingnya. "Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." Ini bukanlah sebuah kematian yang pasif atau tak berdaya. Dalam Injil Sinoptik, Yesus mati setelah "berseru dengan suara nyaring" (Matius 27:50, Markus 15:37, Lukas 23:46). Yohanes menambahkan detail bahwa Ia "menyerahkan" nyawa-Nya. Kata Yunani yang digunakan di sini adalah paradidōmi (παραδίδωμι), yang bisa berarti "menyerahkan" atau "memberikan". Ini menggemakan perkataan Yesus sebelumnya dalam Yohanes 10:18: "Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya atas kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali."
Kematian Yesus bukanlah sebuah kecelakaan, juga bukan sesuatu yang dipaksakan atas-Nya sepenuhnya. Ia secara kedaulatan memilih saat untuk mati. Ia tidak mati karena kelelahan atau kehabisan tenaga, meskipun itu adalah bagian dari penderitaan-Nya. Ia menyerahkan roh-Nya ketika misi-Nya telah selesai. Tindakan menundukkan kepala ini adalah gerakan yang disengaja, bukan karena pingsan atau tak berdaya, melainkan sebagai tanda penyelesaian dan penyerahan yang sukarela.
Ini adalah perbedaan krusial antara kematian Yesus dan kematian para penjahat lainnya yang disalib. Mereka meregang nyawa hingga mati, dipaksa oleh siksaan. Yesus, di sisi lain, menyerahkan hidup-Nya dalam kedaulatan dan ketaatan kepada Bapa. Ia adalah Imam Besar dan kurban yang sempurna, yang dengan kesadaran penuh mengakhiri misi ilahi-Nya.
IV. Implikasi Teologis dan Praktis dari "Sudah Selesai!"
Kata "Sudah selesai!" adalah fondasi dari seluruh teologi Kristen dan memiliki dampak revolusioner bagi setiap aspek kehidupan orang percaya. Mari kita telaah implikasi-implikasi ini secara lebih mendalam.
A. Fondasi Keselamatan yang Pasti
Jika Yesus telah menyelesaikan segala sesuatu, itu berarti keselamatan kita tidak bergantung pada usaha atau perbuatan kita. Ini adalah anugerah murni dari Allah. Ide bahwa kita harus "melakukan sesuatu" untuk mendapatkan atau mempertahankan keselamatan adalah penolakan terhadap deklarasi Kristus di salib.
- Tidak Ada Perlu Tambahan: Kita tidak perlu lagi melakukan persembahan, ritual, atau perbuatan baik untuk memperoleh pengampunan dosa. Semua itu telah digenapi oleh Kristus. Keselamatan diterima melalui iman saja (Efesus 2:8-9).
- Bukan dari Kekuatan Kita: Kekuatan kita untuk hidup kudus, mengalahkan dosa, atau menyenangkan Allah tidak datang dari diri sendiri, melainkan dari Kristus yang telah menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kita hidup dalam kekuatan Roh Kudus yang diberikan karena pekerjaan Kristus yang selesai.
- Jaminan yang Tak Tergoyahkan: Karena pekerjaan penebusan sudah selesai dan sempurna, maka jaminan keselamatan kita juga sempurna. Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus (Roma 8:38-39). Ini membawa kedamaian dan kepastian dalam hidup kita.
B. Kebebasan dari Perbudakan Dosa dan Hukum
Sebelum Kristus, manusia diperbudak oleh dosa dan dikutuk oleh tuntutan hukum yang tidak mungkin dipenuhi. Deklarasi tetelestai membebaskan kita dari keduanya.
- Pembebasan dari Dosa: Dosa tidak lagi memiliki kuasa yang mutlak atas kita. Meskipun kita masih bergumul dengan dosa dalam daging, kuasa dosa telah dipatahkan di salib. Kita telah dibebaskan untuk hidup dalam kebenaran (Roma 6:1-14).
- Pembebasan dari Kutuk Hukum: Hukum Taurat diberikan untuk menunjukkan dosa dan memimpin kita kepada Kristus. Kristus telah menggenapi hukum sepenuhnya, sehingga kita tidak lagi di bawah kutuk hukum, melainkan di bawah anugerah (Galatia 3:13). Ini bukan berarti kita tidak lagi peduli dengan perintah Allah, melainkan kita menaati-Nya dari hati yang penuh syukur karena anugerah, bukan karena ketakutan akan penghukuman.
C. Panggilan untuk Hidup yang Berpusat pada Kristus
Jika Kristus telah melakukan segalanya, bagaimana seharusnya kita hidup? Respons kita bukanlah kemalasan rohani, melainkan hidup yang penuh syukur dan ketaatan yang didorong oleh kasih.
- Kasih sebagai Motivasi Utama: Kita mengasihi Allah karena Ia lebih dahulu mengasihi kita dan telah melakukan segalanya bagi kita (1 Yohanes 4:19). Ketaatan kita adalah buah dari kasih ini, bukan upaya untuk mendapatkan kasih-Nya.
- Hidup Kudus: Kita dipanggil untuk hidup kudus bukan untuk mendapatkan keselamatan, tetapi sebagai respons atas keselamatan yang telah diberikan. Kekudusan adalah bukti bahwa kita adalah milik Kristus dan bahwa Roh Kudus bekerja dalam hidup kita (1 Petrus 1:15-16).
- Melayani dengan Hati yang Murni: Pelayanan kita di gereja atau di dunia adalah ungkapan syukur, bukan kewajiban untuk membenarkan diri. Kita melayani karena Kristus telah melayani kita sepenuhnya.
- Memberitakan Injil: Pesan "Sudah selesai!" adalah kabar baik terbesar yang harus kita bagikan kepada dunia. Orang-orang yang masih bergumul untuk mencari jalan kepada Allah perlu mendengar bahwa jalan itu telah dibuka, dan harganya telah dibayar lunas oleh Kristus.
D. Pengharapan di Tengah Penderitaan
Hidup ini penuh dengan penderitaan dan tantangan. Namun, deklarasi "Sudah selesai!" memberikan kita pengharapan yang kokoh.
- Allah Mengendalikan: Sama seperti Yesus tahu bahwa "segala sesuatu telah selesai" bahkan sebelum mengucapkan "Aku haus!", kita juga bisa yakin bahwa Allah mengendalikan setiap aspek kehidupan kita, bahkan di tengah penderitaan yang paling gelap.
- Penderitaan Punya Tujuan: Penderitaan Kristus adalah bagian dari rencana ilahi. Demikian pula, penderitaan kita sebagai orang percaya dapat menjadi alat bagi kemuliaan Allah dan pertumbuhan karakter kita (Roma 8:28, Roma 5:3-5).
- Akhir yang Mulia: Kita tahu bahwa penderitaan di dunia ini bersifat sementara. Pada akhirnya, semua penderitaan akan berakhir, dan kita akan bersama Kristus dalam kemuliaan. Kemenangan Kristus atas maut di salib adalah janji kebangkitan kita.
E. Kemenangan atas Kecemasan dan Ketidakpastian
Banyak orang hidup dalam kecemasan tentang masa depan, ketidakpastian tentang status mereka di hadapan Allah, atau rasa bersalah atas dosa-dosa masa lalu. Tetelestai adalah jawaban atas semua ini.
- Dosa Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan: Kristus telah membayar lunas dosa-dosa kita—masa lalu, sekarang, dan bahkan yang akan datang. Ini bukan berarti kita bisa berbuat dosa sesuka hati, melainkan kita tidak perlu hidup dalam rasa bersalah atau ketakutan akan penghakiman atas dosa-dosa yang telah diampuni.
- Kedamaian dengan Allah: Karena pekerjaan Kristus yang selesai, kita memiliki kedamaian dengan Allah (Roma 5:1). Kita tidak lagi menjadi musuh-Nya, melainkan anak-anak-Nya.
- Fokus pada Anugerah: Ketika kita menghadapi godaan atau kegagalan, kita tidak jatuh ke dalam keputusasaan karena kita tahu bahwa pengampunan tersedia, bukan karena kita layak, tetapi karena Kristus telah menyelesaikannya. Kita dapat bertobat dan kembali kepada anugerah-Nya.
V. Mengaplikasikan Kebenaran "Sudah Selesai!" dalam Kehidupan Sehari-hari
Bagaimana seharusnya kebenaran yang begitu besar ini membentuk cara kita menjalani hidup setiap hari? Ini bukan sekadar doktrin teologis, melainkan kekuatan yang mengubah hidup.
A. Tinggalkan Beban Perbuatan Baik untuk Keselamatan
Banyak orang, bahkan orang Kristen, secara tidak sadar hidup dengan mentalitas "melakukan" untuk "mendapatkan". Mereka merasa perlu bekerja keras untuk mengesankan Allah, mendapatkan perkenanan-Nya, atau membuktikan bahwa mereka layak diselamatkan. Deklarasi "Sudah selesai!" adalah pembebasan dari beban ini. Kita tidak bisa menambahkan apapun pada karya sempurna Kristus.
- Evaluasi Motivasi Anda: Apakah Anda melayani, berderma, atau membaca Alkitab karena Anda merasa harus, atau karena Anda mengasihi Allah sebagai respons atas apa yang telah Ia lakukan?
- Fokus pada Hubungan: Daripada berfokus pada daftar perbuatan, fokuslah pada pengembangan hubungan yang intim dengan Kristus. Dari hubungan inilah akan mengalir buah-buah roh dan ketaatan yang tulus.
B. Hadapi Pencobaan dengan Keyakinan akan Kemenangan Kristus
Dunia, daging, dan iblis akan terus berusaha menjatuhkan kita. Namun, kita tidak berjuang sendiri.
- Kuasa Dosa Telah Patah: Ketika godaan datang, ingatlah bahwa kuasa dosa atas hidup Anda telah dipatahkan. Anda memiliki kekuatan dalam Kristus untuk berkata "tidak" pada dosa.
- Kemenangan Iblis Telah Digagalkan: Iblis telah dikalahkan di salib. Dia mungkin masih menggerutu dan menggoda, tetapi dia tidak memiliki otoritas akhir atas anak-anak Allah.
- Bukan Anda yang Menyelamatkan Diri: Jika Anda jatuh ke dalam dosa, jangan putus asa. Ingatlah bahwa keselamatan Anda tidak bergantung pada kesempurnaan Anda, tetapi pada kesempurnaan Kristus. Bertobatlah dan kembali kepada-Nya, percaya pada pengampunan-Nya yang sudah selesai.
C. Hiduplah dengan Damai Sejahtera
Banyak orang Kristen hidup dengan kecemasan, rasa takut, atau ketidakpastian. Kepercayaan pada "Sudah selesai!" dapat membawa kedamaian yang mendalam.
- Kedamaian dengan Allah: Karena dosa telah dilunasi, tidak ada lagi penghalang antara Anda dan Allah. Anda dapat datang kepada-Nya dengan keyakinan (Ibrani 4:16).
- Kedamaian dalam Hidup: Ketika Anda tahu bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu dan bahwa nasib kekal Anda aman dalam Kristus, Anda dapat menghadapi tantangan hidup dengan ketenangan yang lebih besar.
D. Jadilah Utusan Kabar Baik
Jika kita benar-benar memahami dan menghargai apa yang telah diselesaikan Kristus bagi kita, hati kita akan terdorong untuk membagikan kabar baik ini kepada orang lain.
- Berani Bersaksi: Ceritakan kepada orang lain tentang kebenaran yang membebaskan ini. Bahwa Allah mengasihi mereka dan telah menyediakan jalan penebusan yang sempurna melalui Yesus Kristus.
- Hidup yang Menarik Perhatian: Hidup Anda yang diubahkan oleh anugerah, yang ditandai dengan damai sejahtera, sukacita, dan kasih, akan menjadi kesaksian yang kuat bagi orang-orang di sekitar Anda.
E. Bertekun dalam Iman dan Ketaatan
Meskipun pekerjaan keselamatan sudah selesai, perjalanan iman kita tidak berhenti. Kita dipanggil untuk bertekun, bertumbuh dalam Kristus, dan semakin menyerupai Dia.
- Belajar dan Bertumbuh: Teruslah mempelajari firman Tuhan. Semakin Anda memahami kedalaman pekerjaan Kristus, semakin dalam pula kasih dan syukur Anda kepada-Nya.
- Hidup yang Muliakan Allah: Tujuan akhir kita adalah memuliakan Allah dalam segala yang kita lakukan. Karena Kristus telah menyelesaikan segalanya, hidup kita sekarang adalah respons yang kudus dan bersyukur kepada-Nya.
VI. Kesimpulan: Sebuah Deklarasi yang Mengubah Kekekalan
Perikop singkat dalam Yohanes 19:28-30 adalah salah satu bagian yang paling kuat dan sentral dalam seluruh Alkitab. Dari "Aku haus!" yang menunjukkan kemanusiaan dan penggenapan nubuat, hingga hisop yang menghubungkan-Nya dengan ritual pemurnian Perjanjian Lama, setiap detail mengarah pada klimaks yang agung: deklarasi "Sudah selesai!"
Tetelestai adalah lebih dari sekadar tiga kata; itu adalah ringkasan dari rencana keselamatan ilahi yang telah dirancang dari kekekalan. Ini adalah teriakan kemenangan yang mengumumkan bahwa dosa telah dilunasi, murka Allah telah diredakan, hukum telah digenapi, kematian telah ditaklukkan, dan jalan menuju Allah kini terbuka lebar bagi siapa pun yang percaya. Ini adalah proklamasi bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatan manusia telah diselesaikan oleh Yesus Kristus, sekali untuk selamanya, dengan sempurna dan tak dapat ditarik kembali.
Ketika Yesus menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya, itu bukan akhir yang tragis, melainkan penyerahan diri yang kedaulatan, yang mengakhiri misi-Nya di bumi dan membuka babak baru dalam sejarah keselamatan—babak di mana kita, sebagai orang percaya, dipanggil untuk hidup dalam kebebasan, sukacita, dan pengharapan yang dibawa oleh karya Kristus yang sudah tuntas.
Marilah kita merespons kebenaran yang mulia ini dengan iman yang teguh, hati yang penuh syukur, dan hidup yang memuliakan Dia yang telah berkata: "Sudah selesai!" Karena Dia telah menyelesaikan segalanya, kita dapat memiliki kedamaian sejati, jaminan kekal, dan tujuan yang tak tergoyahkan dalam hidup ini dan kekekalan.