Garam dan Terang Dunia: Sebuah Panggilan Hidup yang Bermakna
Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus Kristus menyampaikan pengajaran yang mendalam dan mengubah paradigma tentang identitas dan misi para pengikut-Nya. Dua analogi yang paling kuat dan sering dikutip dari pengajaran tersebut adalah pernyataan bahwa murid-murid-Nya adalah "garam dunia" dan "terang dunia." Perkataan ini, yang tercatat dalam Matius 5:13-16, bukanlah sekadar metafora puitis, melainkan sebuah panggilan hidup yang fundamental, menuntut refleksi mendalam, dan aplikasi nyata dalam setiap aspek kehidupan orang percaya.
Ini adalah sebuah identitas yang bukan hanya mendefinisikan siapa kita di dalam Kristus, tetapi juga bagaimana kita harus hidup di tengah-tengah dunia yang membutuhkan sentuhan ilahi. Garam dan terang, dua elemen sederhana namun esensial dalam kehidupan sehari-hari, menjadi simbol yang kaya makna untuk menggambarkan peran krusial umat Kristen. Melalui dua gambaran ini, Yesus mengemukakan ekspektasi-Nya terhadap mereka yang telah memilih untuk mengikut Dia: sebuah kehidupan yang memiliki dampak signifikan, transformatif, dan memuliakan Allah.
Mari kita selami lebih dalam makna di balik setiap gelar tersebut, memahami implikasinya bagi kita sebagai individu dan sebagai komunitas iman, serta bagaimana kita dapat sungguh-sungguh menghidupi panggilan luhur ini di tengah realitas dunia modern yang kompleks dan penuh tantangan. Pengajaran ini relevan sepanjang masa, menantang setiap generasi untuk tidak hanya mendengar firman, tetapi juga untuk menjadi pelaku firman yang nyata.
Garam Dunia: Pengawet, Penyedap, dan Pemurni
Yesus memulai dengan pernyataan yang tegas: "Kamu adalah garam dunia." (Matius 5:13a). Pernyataan ini langsung menempatkan para pendengar-Nya, dan kita hari ini, dalam posisi yang strategis dan penuh tanggung jawab. Untuk memahami sepenuhnya makna dari gelar "garam dunia," kita perlu merenungkan fungsi-fungsi garam dalam konteks budaya dan teknologi zaman dahulu, serta menerjemahkan fungsi-fungsi tersebut ke dalam dimensi spiritual dan sosial.
Fungsi Garam di Zaman Kuno
Di zaman Yesus, garam adalah komoditas yang sangat berharga dan multifungsi. Sebelum adanya lemari es dan metode pengawetan modern lainnya, garam adalah agen pengawet utama. Daging, ikan, dan berbagai bahan makanan lainnya digarami agar tidak cepat busuk dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang lebih lama. Ini adalah fungsi yang vital untuk kelangsungan hidup masyarakat kuno.
Selain sebagai pengawet, garam juga berfungsi sebagai penyedap rasa. Makanan tanpa garam akan terasa hambar dan kurang nikmat. Sejumlah kecil garam dapat mengubah keseluruhan profil rasa suatu hidangan. Garam juga dikenal memiliki sifat antiseptik dan penyembuh, digunakan dalam praktik medis sederhana untuk membersihkan luka atau sebagai desinfektan. Bahkan dalam beberapa kebudayaan, garam juga digunakan dalam ritual-ritual keagamaan sebagai simbol kemurnian atau perjanjian.
Implikasi Spiritual dan Sosial "Garam Dunia"
1. Sebagai Pengawet Moral dan Spiritual
Dunia di sekitar kita seringkali dihinggapi oleh "pembusukan" moral dan spiritual. Dosa, korupsi, ketidakadilan, kebencian, dan apatisme dapat merusak tatanan masyarakat dan jiwa individu, mirip seperti daging yang membusuk jika tidak diawetkan. Sebagai "garam dunia," orang percaya dipanggil untuk menghentikan, atau setidaknya memperlambat, proses pembusukan ini. Kita harus menjadi agen yang menjaga standar kebenaran, keadilan, dan kasih Tuhan di tengah masyarakat.
Ini berarti kita tidak boleh menyerah pada arus budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristus. Sebaliknya, kita harus berdiri teguh dalam iman, menjadi suara kenabian yang menantang ketidakbenaran, dan menjadi teladan integritas di mana pun kita berada – di keluarga, di tempat kerja, di lingkungan sosial, dan di ranah publik. Kehadiran kita, dengan nilai-nilai Kristus yang kita pegang, seharusnya menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih tahan terhadap kerusakan moral.
2. Sebagai Penyedap Rasa Kehidupan
Hidup ini bisa menjadi hambar tanpa harapan, tanpa sukacita, tanpa makna sejati. Banyak orang hidup dalam keputusasaan, kekosongan, atau hanya mengejar kesenangan sesaat yang tidak pernah memuaskan jiwa. Sebagai "garam dunia," orang percaya dipanggil untuk menambahkan "rasa" pada kehidupan ini – rasa sukacita ilahi, kedamaian yang melampaui pengertian, kasih yang tulus, dan harapan yang abadi.
Kita dapat menjadi penyedap rasa ini melalui perbuatan kasih kita, kata-kata yang membangun, senyuman yang tulus, dan kehadiran yang membawa kenyamanan bagi orang lain. Di dunia yang seringkali dipenuhi dengan kepahitan dan keputusasaan, kita dipanggil untuk menjadi pembawa kabar baik, bukan hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam cara kita menjalani hidup. Kehadiran kita seharusnya membuat orang lain merasakan kehangatan, dorongan, dan inspirasi.
3. Sebagai Pemurni dan Penyembuh
Sifat antiseptik garam menunjukkan peran kita sebagai agen pemurnian. Dalam masyarakat yang tercemar oleh dosa dan kejahatan, orang percaya dipanggil untuk menjadi teladan kekudusan dan kemurnian. Ini bukan berarti kita mengasingkan diri dari dunia, melainkan kita membawa terang kekudusan Kristus ke dalam kegelapan dunia.
Kita juga dipanggil untuk menjadi penyembuh, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Melalui doa, konseling, dukungan, dan pelayanan kasih, kita dapat membantu menyembuhkan hati yang terluka, jiwa yang hancur, dan hubungan yang rusak. Kita adalah duta-duta rekonsiliasi Allah, membawa pengampunan dan pemulihan Kristus kepada mereka yang membutuhkan.
Peringatan: "Jika Garam Itu Menjadi Tawar"
Yesus juga memberikan peringatan keras: "Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak-injak orang." (Matius 5:13b). Peringatan ini sangat relevan. Di zaman Yesus, garam seringkali dikumpulkan dari rawa-rawa atau danau garam, dan karena proses penambangannya yang tidak murni, garam tersebut bisa tercampur dengan mineral lain. Ketika mineral garam yang aktif telah terlarut atau terpisah, yang tersisa hanyalah bubuk putih yang tidak memiliki rasa atau fungsi pengawet lagi.
Secara spiritual, "garam yang tawar" melambangkan orang Kristen yang telah kehilangan esensinya, kehilangan kekudusan, komitmen, dan dampaknya. Ini adalah orang percaya yang mungkin masih memiliki label "Kristen" tetapi tidak lagi memiliki kuasa atau pengaruh Kristus dalam hidupnya. Mereka telah berasimilasi dengan dunia, berkompromi dengan dosa, dan kehilangan keberanian untuk berbeda.
Garam yang tawar tidak hanya tidak berguna, tetapi juga menjadi penghalang. Ia tidak dapat memenuhi fungsinya dan bahkan dapat menjadi beban. Peringatan ini menekan urgensi bagi kita untuk terus menjaga kekudusan dan integritas kita, agar kita tidak kehilangan "rasa" dan "kuasa" yang diberikan Kristus kepada kita. Kita harus terus-menerus diperbarui oleh Roh Kudus, memelihara hubungan intim dengan Tuhan, dan hidup sesuai dengan firman-Nya agar kita tidak menjadi tawar.
Menjadi garam dunia adalah panggilan untuk menjadi minoritas yang berpengaruh, bukan mayoritas yang menguasai. Sedikit garam saja sudah cukup untuk memberikan dampak yang besar. Demikian pula, sekelompok kecil orang Kristen yang hidup otentik, berintegritas, dan penuh kasih dapat membawa perubahan signifikan dalam masyarakat. Ini adalah panggilan untuk tidak hanya eksis, tetapi untuk secara aktif mentransformasi lingkungan kita dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Terang Dunia: Penyingkap, Penuntun, dan Pemberi Harapan
Setelah menyatakan bahwa kita adalah "garam dunia," Yesus melanjutkan dengan analogi kedua yang tak kalah kuat: "Kamu adalah terang dunia." (Matius 5:14a). Sama seperti garam, terang adalah elemen fundamental dalam kehidupan manusia, dan di zaman kuno, ketersediaannya seringkali menjadi penentu keselamatan dan kenyamanan. Kegelapan identik dengan bahaya, kebingungan, dan ketiadaan.
Fungsi Terang di Zaman Kuno
Di zaman Yesus, sumber terang utama adalah matahari di siang hari, dan di malam hari, pelita minyak atau obor. Pelita sangat penting untuk menerangi rumah, menuntun langkah di jalanan yang gelap, dan memungkinkan orang untuk melihat serta bekerja. Tanpa terang, seseorang akan tersandung, tersesat, atau bahkan menjadi korban kejahatan. Terang juga seringkali diasosiasikan dengan pengetahuan, kebenaran, dan kehadiran ilahi.
Implikasi Spiritual dan Sosial "Terang Dunia"
1. Sebagai Penyingkap Kebenaran dan Dosa
Terang menyingkapkan apa yang tersembunyi dalam kegelapan. Ia mengungkapkan realitas yang sebenarnya, baik itu keindahan maupun keburukan. Sebagai "terang dunia," orang percaya dipanggil untuk menyingkapkan kebenaran Allah di tengah dunia yang diselimuti kebohongan dan ilusi. Kehidupan kita yang kudus dan berpegang pada firman Allah harus menjadi kontras yang jelas terhadap kegelapan dosa.
Ini bukan berarti kita harus menghakimi dan mengutuk dunia, melainkan kita hidup sedemikian rupa sehingga kebenaran Kristus terpancar melalui kita. Kehadiran kita seharusnya membuat orang mempertimbangkan kembali pilihan-pilihan hidup mereka, menyadari kebutuhan mereka akan kasih karunia dan pengampunan Allah. Terang kita menyingkapkan dosa, tetapi juga menawarkan jalan keluar dari dosa melalui Kristus.
2. Sebagai Penuntun Jalan
Ketika seseorang berjalan di malam hari tanpa terang, ia akan tersesat dan jatuh. Dunia rohani kita seringkali seperti itu, penuh dengan kebingungan, ideologi yang menyesatkan, dan keputusan-keputusan moral yang membingungkan. Sebagai "terang dunia," orang percaya dipanggil untuk menuntun orang lain kepada kebenaran dan jalan hidup yang ditawarkan oleh Kristus. Kita menjadi pemandu yang menunjukkan jalan kepada Kristus, Jalan, Kebenaran, dan Hidup itu sendiri.
Kita menuntun orang lain melalui kesaksian hidup kita, melalui perkataan yang bijaksana dan penuh kasih, melalui pelayanan kita yang selfless, dan melalui keberanian kita untuk membagikan Injil. Kita harus menjadi mercusuar yang memancarkan harapan di tengah badai kehidupan, menunjukkan arah yang benar kepada kapal-kapal yang tersesat di lautan kehidupan.
3. Sebagai Pembawa Harapan dan Kehidupan
Terang membawa kehangatan dan kehidupan. Tanpa terang matahari, tidak akan ada kehidupan di bumi. Secara spiritual, terang Kristus membawa harapan baru, kehidupan yang berlimpah, dan pemulihan bagi jiwa yang lelah dan putus asa. Sebagai "terang dunia," kita dipanggil untuk menjadi pembawa harapan ini kepada mereka yang hidup dalam kegelapan keputusasaan, kemiskinan spiritual, atau tekanan hidup yang berat.
Melalui perbuatan baik kita, melalui dukungan emosional, dan melalui kesaksian tentang kekuatan dan kasih Allah yang mengubah hidup, kita dapat menjadi sumber harapan bagi orang lain. Ketika orang melihat terang Kristus dalam kita, mereka akan tertarik kepada Sumber Terang itu sendiri, yaitu Yesus Kristus, dan menemukan arti serta tujuan hidup yang sejati.
Peringatan: "Pelita di Bawah Gantang"
Yesus melanjutkan analogi terang dengan peringatan serupa: "Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (Matius 5:14b-15). Gantang adalah alat ukur volume yang besar, dan menempatkan pelita di bawahnya berarti menutupi terangnya, membuatnya tidak berguna.
Secara spiritual, "pelita di bawah gantang" menggambarkan orang Kristen yang menyembunyikan iman mereka, menyembunyikan perbuatan baik mereka, atau hidup dalam ketakutan untuk menunjukkan identitas mereka sebagai pengikut Kristus. Mereka mungkin memiliki terang Kristus di dalam hati, tetapi mereka tidak membiarkan terang itu bersinar keluar kepada dunia.
Ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin menyembunyikan terangnya: takut diolok-olok, takut dikucilkan, takut berbeda, atau bahkan rasa malu akan iman mereka. Namun, Yesus dengan jelas menyatakan bahwa terang dimaksudkan untuk bersinar. Sebuah kota di atas gunung tidak mungkin disembunyikan; ia terlihat oleh semua orang di sekitarnya. Demikian pula, kehidupan orang percaya yang dipenuhi Kristus seharusnya tidak bisa disembunyikan. Ia harus terpancar dan terlihat oleh dunia.
Kita dipanggil untuk hidup secara terbuka sebagai pengikut Kristus, tidak peduli apa pun konsekuensinya. Terang kita harus bersinar melalui kata-kata, perbuatan, dan sikap kita sehari-hari. Ketika kita berani untuk bersinar, kita tidak hanya menjadi berkat bagi orang lain, tetapi kita juga memuliakan Bapa kita yang di surga, yang merupakan tujuan utama dari panggilan ini.
Garam dan Terang: Sebuah Panggilan yang Terpadu dan Komprehensif
Kedua analogi, garam dan terang, bukanlah dua panggilan yang terpisah, melainkan dua sisi dari mata uang yang sama. Keduanya saling melengkapi dan saling memperkuat, membentuk sebuah panggilan yang utuh dan komprehensif bagi setiap pengikut Kristus. Tidak cukup menjadi garam tanpa terang, dan tidak cukup menjadi terang tanpa garam.
Sinergi Garam dan Terang
Garam bekerja secara internal, menembus dan mengubah dari dalam. Ia tidak selalu terlihat, tetapi dampaknya terasa. Terang bekerja secara eksternal, terlihat oleh semua orang, menyingkapkan dan menuntun dari luar. Seorang Kristen yang efektif harus menjadi keduanya: memiliki integritas dan karakter yang "menggarami" (pengaruh internal), dan memancarkan kesaksian hidup yang "menerangi" (pengaruh eksternal).
Tanpa integritas dan karakter (garam), kesaksian kita (terang) akan menjadi hampa dan tidak memiliki kredibilitas. Orang akan melihat kata-kata kita, tetapi tidak melihat konsistensi dalam perbuatan kita. Sebaliknya, jika kita hanya fokus pada karakter pribadi tanpa membiarkan terang itu bersinar keluar, kita menyembunyikan berkat Tuhan dan gagal memenuhi misi kita untuk menjangkau dunia yang membutuhkan.
Matius 5:16 dengan indah merangkum tujuan dari kedua panggilan ini: "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga." Tujuan akhirnya bukanlah untuk memuliakan diri kita sendiri, melainkan untuk mengarahkan segala pujian dan kemuliaan kepada Allah Bapa.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Di Rumah Tangga dan Keluarga
Menjadi garam dan terang dimulai dari rumah. Di tengah keluarga, kita dipanggil untuk mengawetkan nilai-nilai Kristus, menjadi penyedap sukacita dan kedamaian, serta menuntun anggota keluarga lainnya kepada kebenaran. Ini berarti hidup dengan sabar, penuh kasih, dan berkorban bagi keluarga kita, menjadi contoh iman yang konkret bagi anak-anak dan pasangan.
Keluarga Kristen seharusnya menjadi "kota di atas gunung" yang kecil, sebuah mercusuar yang memancarkan nilai-nilai surgawi di tengah masyarakat. Kehidupan keluarga yang damai, penuh kasih, dan berintegritas adalah kesaksian yang kuat bagi dunia yang seringkali melihat keluarga sebagai unit yang rentan dan rapuh.
2. Di Lingkungan Kerja dan Profesional
Di tempat kerja, kita adalah garam yang mencegah korupsi dan ketidakjujuran. Kita adalah terang yang menuntun pada etika kerja yang tinggi, keadilan, dan pelayanan yang unggul. Ini menuntut kita untuk bekerja dengan integritas, tidak mencontek, tidak menipu, tidak bergosip, tetapi menjadi pekerja yang rajin, jujur, dan memberikan yang terbaik seolah-olah kita bekerja untuk Tuhan.
Seorang Kristen yang menjadi "garam dan terang" di tempat kerja akan dikenal karena etos kerjanya, keandalannya, dan kemampuannya untuk membawa solusi yang berlandaskan prinsip-prinsip Kristen. Mereka akan menjadi agen perubahan positif, menantang status quo yang tidak adil dan membangun budaya kerja yang lebih sehat.
3. Di Lingkungan Sosial dan Masyarakat
Sebagai warga negara, kita dipanggil untuk menjadi garam yang memperjuangkan keadilan sosial, merawat lingkungan, dan melayani kaum miskin dan terpinggirkan. Kita adalah terang yang menunjukkan jalan keluar dari masalah-masalah sosial melalui kasih Kristus dan prinsip-prinsip Kerajaan Allah. Ini berarti terlibat aktif dalam komunitas, tidak mengucilkan diri, tetapi menjadi bagian dari solusi.
Kita dapat menjadi garam dan terang melalui berbagai cara: menjadi sukarelawan, mendukung organisasi amal, berpartisipasi dalam diskusi publik yang membangun, atau bahkan sekadar menjadi tetangga yang baik dan peduli. Setiap interaksi, setiap tindakan kasih, setiap kata kebenaran, adalah kesempatan untuk memancarkan terang dan menggarami dunia di sekitar kita.
4. Dalam Penggunaan Media Sosial dan Teknologi
Di era digital, panggilan untuk menjadi garam dan terang meluas ke ranah daring. Media sosial bisa menjadi tempat di mana terang bersinar atau tempat di mana kegelapan mendominasi. Sebagai garam, kita dapat membawa konten yang membangun, menginspirasi, dan menyebarkan kebenaran, menantang narasi-narasi negatif atau menyesatkan.
Sebagai terang, kita dapat menggunakan platform digital untuk berbagi kesaksian positif, menunjukkan kasih Kristus, dan berinteraksi dengan orang lain secara hormat dan bijaksana, bahkan dalam perbedaan pandangan. Kehadiran kita di dunia maya harus menjadi cerminan Kristus, memancarkan integritas dan kasih di tengah hiruk pikuk informasi dan opini.
Tantangan dan Penghiburan
Panggilan untuk menjadi garam dan terang dunia bukanlah panggilan yang mudah. Ada banyak tantangan yang akan kita hadapi:
- Penolakan dan Oposisi: Dunia yang gelap seringkali tidak menyukai terang. Kita mungkin akan menghadapi penolakan, kritik, atau bahkan penganiayaan karena kita memilih untuk hidup berbeda.
- Godaan untuk Berkompromi: Tekanan untuk berasimilasi dengan dunia dan kehilangan "rasa" atau "terang" kita sangatlah besar. Godaan untuk diam ketika kita seharusnya berbicara, atau untuk ikut arus ketika kita seharusnya melawan, selalu ada.
- Rasa Tidak Cukup: Kita mungkin merasa terlalu kecil atau tidak berarti untuk membuat perbedaan. Dunia terlihat begitu besar dan masalahnya begitu rumit, sehingga kita merasa kewalahan.
Namun, di tengah tantangan-tantangan ini, ada penghiburan dan kekuatan dari Tuhan. Ingatlah bahwa kuasa untuk menjadi garam dan terang bukanlah berasal dari diri kita sendiri, melainkan dari Kristus yang hidup di dalam kita melalui Roh Kudus. Kita adalah bejana yang dipakai-Nya, bukan sumbernya.
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)
"Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6)
Tuhan tidak memanggil kita untuk melakukan segala sesuatu dengan kekuatan kita sendiri, melainkan untuk bersandar pada kekuatan-Nya yang tidak terbatas. Setiap langkah ketaatan, setiap tindakan kasih, setiap perkataan kebenaran yang kita lakukan dengan iman, adalah bagian dari rencana-Nya yang besar untuk menebus dan memulihkan dunia.
Memelihara "Rasa" dan "Terang" Kita
Untuk tetap menjadi garam yang tidak tawar dan terang yang tidak tersembunyi, kita harus terus-menerus memelihara hubungan kita dengan Sumber Garam dan Terang itu sendiri: Yesus Kristus. Ini berarti:
- Berakar dalam Firman Tuhan: Membaca, merenungkan, dan menerapkan firman Tuhan setiap hari akan memurnikan hati dan pikiran kita, serta memperkuat iman kita. Firman adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mazmur 119:105).
- Hidup dalam Doa: Komunikasi yang intim dengan Allah melalui doa adalah sumber kekuatan, hikmat, dan pimpinan. Doa adalah napas kehidupan rohani kita.
- Bersekutu dengan Sesama Orang Percaya: Kita tidak dipanggil untuk menjadi garam dan terang sendirian. Dukungan, dorongan, dan akuntabilitas dalam komunitas Kristen (gereja) sangat penting untuk menjaga api iman kita tetap menyala.
- Dipimpin oleh Roh Kudus: Roh Kudus adalah Penolong kita, yang memampukan kita untuk hidup kudus, berani bersaksi, dan berbuah dalam segala perbuatan baik.
- Praktikkan Disiplin Rohani: Puasa, pelayanan, memberi, dan disiplin rohani lainnya membantu kita untuk senantiasa fokus pada Kristus dan prioritas Kerajaan-Nya.
Penting untuk diingat bahwa panggilan ini bukanlah tentang kesempurnaan kita, melainkan tentang kesetiaan kita. Kita tidak akan pernah menjadi garam atau terang yang sempurna di dunia ini, tetapi kita dipanggil untuk setia dalam memancarkan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Setiap sedikit terang yang kita pancarkan, setiap sentuhan "garam" yang kita berikan, memiliki dampak dalam rencana ilahi.
Kesimpulan: Hidup untuk Memuliakan Bapa
Pada akhirnya, tujuan utama dari menjadi garam dan terang dunia adalah untuk memuliakan Bapa di surga. Ketika orang lain melihat perbuatan baik kita, karakter kita yang berintegritas, kasih kita yang tulus, dan harapan yang kita miliki, hati mereka akan terangkat untuk mencari Allah yang menjadi sumber segala kebaikan tersebut.
Kita adalah surat-surat Kristus yang hidup, yang dibaca oleh semua orang. Kita adalah cermin yang memantulkan kemuliaan-Nya. Dunia yang haus dan tersesat membutuhkan garam untuk mengawetkan dari pembusukan dan terang untuk menuntun keluar dari kegelapan. Dan Tuhan telah memilih kita, orang-orang biasa yang tidak sempurna, untuk menjadi agen-agen-Nya yang luar biasa.
Panggilan ini adalah sebuah kehormatan, sebuah tanggung jawab, dan sebuah petualangan iman. Ini menantang kita untuk tidak puas dengan kehidupan yang biasa-biasa saja, tetapi untuk merindukan kehidupan yang memiliki dampak kekal. Ini adalah undangan untuk hidup sepenuhnya bagi Kristus, setiap hari, di setiap tempat, sehingga melalui kita, nama Tuhan dipermuliakan dan Kerajaan-Nya datang di bumi seperti di surga.
Marilah kita merenungkan kembali identitas dan panggilan kita sebagai garam dan terang dunia. Apakah kita sungguh-sungguh menggarami lingkungan kita dengan integritas dan kebenaran Kristus? Apakah kita sungguh-sungguh memancarkan terang-Nya, menuntun orang lain kepada pengharapan dan keselamatan yang hanya ada di dalam Dia? Biarlah hidup kita menjadi sebuah kesaksian yang nyata, sebuah nyanyian pujian yang tak bersuara, bagi keagungan Tuhan kita.
Amin.