Bacaan Injil Harian: Renungan Mendalam untuk 22 Mei 2022

Pada tanggal 22 Mei 2022, Gereja merayakan Minggu Paskah Keenam dalam Tahun C liturgi. Fokus bacaan Injil pada hari tersebut membawa kita ke dalam inti ajaran Yesus yang disampaikan pada saat-saat terakhir-Nya bersama para murid sebelum penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Bacaan ini, yang diambil dari Injil Yohanes 14:23-29, merupakan bagian dari "Diskursus Perpisahan" Yesus, di mana Ia memberikan penghiburan, janji, dan pengajaran esensial kepada para murid-Nya yang sedang gelisah dan bingung.

Bagian ini sangat kaya akan teologi dan implikasi praktis bagi kehidupan iman kita. Ia berbicara tentang kasih yang sejati, ketaatan yang tulus, janji kedatangan Roh Kudus sebagai Penolong, damai sejahtera yang berbeda dari dunia, serta pengharapan akan kedatangan Yesus kembali. Mari kita selami setiap kata dan frasa dalam bacaan ini untuk menemukan harta rohani yang tersembunyi di dalamnya.

Simbol Damai dan Roh Kudus Gambar seekor merpati putih yang melayang di atas, dikelilingi oleh cahaya keemasan, melambangkan Roh Kudus dan damai sejahtera yang diberikan Kristus.

Merpati sebagai simbol Roh Kudus, membawa damai sejahtera dan pencerahan.

Bacaan Injil Yohanes 14:23-29

23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;

26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu; bukan seperti yang diberikan dunia kepadamu Aku memberikannya kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.

28 Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.

29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum terjadi, supaya apabila terjadi, kamu percaya."

Kasih, Ketaatan, dan Hadirat Ilahi (Yohanes 14:23-24)

Ayat-ayat pembuka ini langsung menyentuh inti hubungan kita dengan Yesus: kasih dan ketaatan. Yesus menyatakan, "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku." Ini bukan sekadar sentimen emosional, melainkan kasih yang termanifestasi dalam tindakan, dalam kepatuhan terhadap ajaran-Nya. Kasih sejati kepada Kristus tidak bisa dipisahkan dari ketaatan. Ketaatan ini bukan beban atau kewajiban yang memberatkan, melainkan respons alami dari hati yang telah disentuh oleh kasih-Nya.

Lebih dari itu, ketaatan ini membuka pintu bagi hadirat ilahi yang lebih dalam. Yesus melanjutkan, "dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia." Ini adalah janji yang luar biasa! Allah Bapa dan Yesus sendiri (melalui Roh Kudus) akan datang dan berdiam dalam diri orang yang mengasihi dan menaati-Nya. Ini adalah puncak persekutuan ilahi, suatu keintiman yang melampaui segala pemahaman manusia.

Makna Mendalam dari "Diam Bersama-sama dengan Dia"

Frasa "diam bersama-sama dengan dia" mengacu pada konsep koinonia atau persekutuan mendalam. Ini bukan sekadar kunjungan sesaat, melainkan suatu kehadiran permanen yang mengubah seluruh eksistensi kita. Kehadiran Tritunggal Mahakudus—Bapa, Putra, dan Roh Kudus—dalam hidup seorang percaya berarti:

Persekutuan ini adalah hak istimewa yang hanya dapat dialami oleh mereka yang memilih untuk merespons kasih ilahi dengan kasih dan ketaatan yang sama tulusnya.

Korelasi Antara Kasih dan Ketaatan

Ayat 24 memperkuat gagasan ini dengan kontras yang jelas: "Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku." Ini menegaskan bahwa ketaatan bukanlah prasyarat untuk kasih, melainkan manifestasi darinya. Jika kita benar-benar mengasihi Yesus, secara alami kita akan ingin menyenangkan Dia dan mengikuti ajaran-Nya. Sebaliknya, ketidakpatuhan menunjukkan kurangnya kasih yang mendalam. Yesus tidak mengajarkan legalisme, di mana ketaatan adalah tujuan akhir. Sebaliknya, ketaatan adalah buah dari kasih, sebuah jalan untuk memperdalam hubungan kasih itu sendiri.

Kemudian, Yesus menjelaskan bahwa firman yang Ia sampaikan bukanlah berasal dari diri-Nya sendiri, melainkan dari Bapa yang mengutus-Nya. Hal ini menggarisbawahi otoritas ilahi dari ajaran Yesus dan kesatuan-Nya dengan Bapa. Firman Kristus adalah firman Allah, dan menaati-Nya berarti menaati kehendak Allah sendiri.

Peran Roh Kudus sebagai Penghibur dan Pengajar (Yohanes 14:25-26)

Menyadari bahwa para murid akan segera ditinggalkan dalam arti fisik, Yesus memberikan janji yang paling menghibur: kedatangan Roh Kudus. Ia berkata, "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."

"Penghibur" dalam bahasa Yunani adalah Parakletos, yang berarti "seorang yang dipanggil untuk mendampingi", penolong, advokat, penasihat, atau pembela. Ini adalah janji bahwa para murid (dan semua orang percaya selanjutnya) tidak akan ditinggalkan sendirian. Yesus akan pergi, tetapi akan ada kehadiran ilahi lain yang akan melanjutkan pekerjaan-Nya di dalam dan melalui mereka.

Fungsi Roh Kudus yang Multi-Aspek

Roh Kudus memiliki dua fungsi utama yang disebutkan dalam ayat ini:

  1. Mengajarkan segala sesuatu: Ini berarti Roh Kudus akan membimbing kita ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran ilahi. Ajaran Yesus mungkin tampak rumit atau sulit dimengerti pada saat itu, tetapi Roh Kudus akan membuka pikiran dan hati kita untuk menerima dan memahami misteri-misteri Allah.
  2. Mengingatkan akan semua yang telah dikatakan Yesus: Para murid mungkin telah mendengar ajaran Yesus, tetapi dalam situasi krisis atau kebutuhan, Roh Kudus akan mengingatkan mereka akan firman-firman-Nya yang relevan. Ini memastikan bahwa ajaran Yesus tidak akan terlupakan atau terdistorsi, melainkan akan terus hidup dan berdaya dalam hati para pengikut-Nya.
Kedua fungsi ini sangat penting bagi pertumbuhan rohani kita. Roh Kudus bukan hanya guru yang pasif, melainkan penggerak aktif yang membawa firman Kristus menjadi hidup dalam pengalaman kita sehari-hari.

Roh Kudus sebagai Penghubung antara Kristus dan Orang Percaya

Kehadiran Roh Kudus adalah cara Kristus tetap tinggal bersama umat-Nya setelah kenaikan-Nya. Melalui Roh Kudus, kita merasakan kehadiran Yesus, mendengar suara-Nya, dan dipimpin oleh kehendak-Nya. Roh Kudus menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan Bapa dan Putra, memastikan bahwa hubungan yang telah dimulai oleh Yesus tidak terputus. Ini adalah realisasi dari janji "Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia" yang disebutkan sebelumnya.

Janji tentang Roh Kudus juga mengantisipasi peristiwa Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan secara melimpah kepada para murid, memberdayakan mereka untuk menjadi saksi-saksi Kristus hingga ke ujung bumi. Tanpa Roh Kudus, para murid akan tetap menjadi kelompok kecil yang takut dan bingung. Dengan Roh Kudus, mereka diubahkan menjadi para pemberita Injil yang berani dan efektif.

Damai Sejahtera Kristus yang Melampaui Dunia (Yohanes 14:27)

Dalam bagian ini, Yesus memberikan salah satu janji-Nya yang paling terkenal dan menenangkan: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu; bukan seperti yang diberikan dunia kepadamu Aku memberikannya kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu."

Ini adalah pengakuan Yesus atas kegelisahan dan ketakutan yang dialami para murid-Nya. Mereka akan segera menghadapi kehilangan fisik dari Guru mereka, dan masa depan tampak tidak pasti. Dalam konteks ini, janji damai sejahtera adalah sebuah anugerah yang sangat dibutuhkan.

Perbedaan Damai Sejahtera Kristus dan Damai Dunia

Hal yang paling mencolok dari janji ini adalah penegasan, "bukan seperti yang diberikan dunia kepadamu Aku memberikannya kepadamu." Apa perbedaan antara damai sejahtera Kristus dan damai yang ditawarkan dunia?

Damai sejahtera Kristus adalah hasil dari hubungan yang benar dengan Allah, yang membawa ketenangan jiwa dan keyakinan akan pemeliharaan-Nya. Damai ini memungkinkan kita untuk menghadapi tantangan dengan ketenangan, karena kita tahu bahwa Allah berdaulat dan memegang kendali atas segala sesuatu.

Mengatasi Kegelisahan dan Ketakutan

Perintah "Janganlah gelisah dan gentar hatimu" adalah panggilan untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada Yesus. Kegelisahan dan ketakutan adalah respons alami manusia terhadap ketidakpastian, tetapi Yesus menawarkan alternatif: damai-Nya. Ini bukan berarti kita tidak akan pernah merasakan kekhawatiran, melainkan bahwa kita memiliki sumber damai yang dapat mengatasi kekhawatiran tersebut. Dengan bersandar pada janji Kristus, kita dapat memilih untuk tidak membiarkan hati kita dikuasai oleh kegelisahan dan ketakutan.

Damai sejahtera ini adalah buah Roh Kudus (Galatia 5:22). Artinya, ketika Roh Kudus berdiam di dalam kita, Ia akan menumbuhkan damai ini dalam hati kita, memungkinkan kita untuk hidup dalam ketenangan dan keyakinan, bahkan ketika dunia di sekitar kita bergejolak.

Kepergian dan Kedatangan Kembali: Pengharapan akan Sukacita (Yohanes 14:28-29)

Yesus melanjutkan, "Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu." Ini merujuk pada kepergian-Nya melalui kematian dan kenaikan, serta janji kedatangan-Nya kembali, baik melalui Roh Kudus maupun pada akhir zaman.

Dalam konteks Diskursus Perpisahan, kepergian Yesus adalah sumber kesedihan bagi para murid. Namun, Yesus mengubah perspektif mereka: "Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku."

Sukacita di Balik Kepergian

Mengapa para murid harus bersukacita atas kepergian Yesus?

  1. Kemuliaan Bapa: Kepergian Yesus kepada Bapa berarti Dia kembali ke tempat kemuliaan dan otoritas-Nya yang penuh. Ini adalah penyelesaian misi-Nya di bumi dan permulaan fase baru dalam rencana keselamatan.
  2. Pengutusan Roh Kudus: Kepergian-Nya adalah prasyarat bagi kedatangan Roh Kudus. Tanpa Dia pergi, Penghibur tidak akan datang (Yohanes 16:7). Roh Kudus akan memungkinkan hadirat Yesus yang lebih luas dan intim dalam setiap orang percaya.
  3. Tempat bagi Mereka: Yesus sebelumnya telah berjanji untuk menyediakan tempat bagi para murid di rumah Bapa (Yohanes 14:2-3). Kepergian-Nya adalah untuk memenuhi janji itu.
Sukacita ini adalah sukacita ilahi, yang melampaui kesedihan manusiawi karena perpisahan. Ini adalah sukacita yang lahir dari pemahaman akan rencana Allah yang lebih besar dan kasih-Nya yang sempurna.

"Bapa Lebih Besar dari pada Aku": Sebuah Penjelasan Teologis

Pernyataan "sebab Bapa lebih besar dari pada Aku" seringkali menjadi titik diskusi teologis. Penting untuk memahami bahwa ini tidak berarti Yesus lebih rendah dalam hal esensi atau keilahian. Sebaliknya, dalam konteks inkarnasi dan misi-Nya di bumi, Yesus mengambil posisi ketaatan dan bergantung pada Bapa. Sebagai Anak yang diutus, Ia berada dalam peran fungsional yang "lebih rendah" daripada Bapa yang mengutus dan dari mana Ia berasal. Dalam keilahian, Yesus dan Bapa adalah setara. Dalam misi penebusan, Yesus tunduk pada kehendak Bapa. Pernyataan ini menegaskan kesatuan tujuan dan ketaatan Yesus yang sempurna kepada kehendak Bapa.

Tujuan Ramalan: Membangun Iman

Ayat 29 menegaskan tujuan Yesus menyampaikan hal-hal ini sebelumnya: "Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum terjadi, supaya apabila terjadi, kamu percaya." Yesus tidak hanya memberitahu masa depan, tetapi juga memperlengkapi para murid untuk menghadapinya dengan iman. Ketika peristiwa-peristiwa ini terjadi – kepergian-Nya, kedatangan Roh Kudus, dan bahkan penganiayaan yang akan mereka alami – para murid akan mengingat firman-Nya dan iman mereka akan diteguhkan. Ini adalah bukti bahwa Yesus mengetahui segala sesuatu dan bahwa rencana Allah akan digenapi dengan sempurna.

Implikasi Praktis Bacaan Injil Ini dalam Kehidupan Kita

Bacaan Injil dari Yohanes 14:23-29 ini bukan hanya narasi sejarah, melainkan juga peta jalan rohani bagi kita semua. Ayat-ayat ini memberikan fondasi yang kuat untuk memahami bagaimana kita dapat hidup dalam persekutuan yang mendalam dengan Allah dan mengalami damai sejahtera-Nya di tengah dunia yang bergejolak.

1. Kasih yang Termotivasi oleh Ketaatan

Pelajaran pertama yang paling penting adalah bahwa kasih kepada Yesus bukanlah perasaan yang pasif, melainkan sebuah pilihan aktif untuk menaati firman-Nya. Ini berarti kita harus secara sadar menginternalisasi ajaran-ajaran-Nya, bukan hanya sebagai pengetahuan, tetapi sebagai prinsip panduan hidup. Ketika kita menaati firman-Nya, kita tidak hanya menyatakan kasih kita, tetapi juga membuka diri untuk menerima kasih Bapa dan Putra secara lebih penuh.

Bagaimana kita menaati firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari? Ini mencakup:

Ketaatan ini bukanlah upaya untuk "mendapatkan" kasih Allah, melainkan respons alami dari hati yang telah menerima kasih-Nya secara cuma-cuma.

2. Bergantung Penuh pada Roh Kudus

Dalam dunia yang kompleks dan penuh tantangan, kita membutuhkan bimbingan ilahi lebih dari sebelumnya. Janji Yesus tentang Roh Kudus sebagai Penghibur, Pengajar, dan Pengingat adalah anugerah yang tak ternilai. Kita tidak ditinggalkan sendirian untuk menafsirkan kebenaran atau menghadapi kesulitan hidup.

Bagaimana kita dapat lebih bergantung pada Roh Kudus?

Ketergantungan pada Roh Kudus adalah kunci untuk hidup rohani yang dinamis dan berdaya.

3. Menemukan Damai Sejahtera Kristus di Tengah Badai

Perintah "Janganlah gelisah dan gentar hatimu" adalah tantangan yang relevan di setiap era, terutama di zaman kita yang penuh dengan ketidakpastian, konflik, dan kekhawatiran. Damai sejahtera yang ditawarkan Yesus adalah sesuatu yang melampaui pemahaman duniawi.

Bagaimana kita bisa mengalami damai sejahtera Kristus?

Damai sejahtera ini adalah jangkar bagi jiwa kita, menahan kita di tengah badai kehidupan dan memberi kita kekuatan untuk terus maju.

4. Hidup dengan Pengharapan akan Kedatangan Kembali

Janji Yesus, "Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu," memberikan kita pengharapan yang hidup. Kepergian-Nya bukanlah akhir, melainkan permulaan dari sesuatu yang baru dan lebih besar. Pengharapan akan kedatangan-Nya kembali harus memotivasi cara kita hidup saat ini.

Apa artinya hidup dengan pengharapan ini?

Pengharapan ini memberikan makna pada perjuangan kita dan menguatkan kita untuk bertahan dalam penderitaan, karena kita tahu bahwa kemuliaan yang menanti jauh lebih besar.

Konteks Historis dan Teologis Injil Yohanes 14

Untuk memahami kedalaman Yohanes 14:23-29, penting untuk menempatkannya dalam konteks Injil Yohanes secara keseluruhan dan juga dalam situasi historis penulisan Injil tersebut. Injil Yohanes ditulis dengan tujuan yang jelas: "Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:31).

Bab 14 adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai "Diskursus Perpisahan" (Yohanes 13-17), pidato terakhir Yesus kepada para murid-Nya di Ruang Atas sebelum Ia pergi ke Getsemani. Pada saat itu, para murid sedang diliputi oleh kebingungan, kesedihan, dan rasa takut. Yesus baru saja berbicara tentang pengkhianatan Yudas dan kepergian-Nya yang akan datang, yang membuat mereka sangat gelisah. Dalam suasana inilah Yesus memberikan ajaran-ajaran yang paling menghibur dan esensial ini.

Kesatuan Bapa dan Anak

Seluruh Injil Yohanes menekankan kesatuan Yesus dengan Bapa. Dalam Yohanes 14, Yesus berulang kali menyatakan bahwa Ia ada di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Dia. Ayat 24 ("firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku") dan ayat 28 ("Bapa lebih besar dari pada Aku") harus dibaca dalam terang kesatuan ini. Yesus tidak menegaskan inferioritas esensial, melainkan kerendahan hati-Nya dalam misi penebusan, di mana Ia mengambil peran sebagai Anak yang diutus untuk melakukan kehendak Bapa.

Pernyataan ini juga berfungsi untuk meyakinkan para murid bahwa ajaran Yesus memiliki otoritas ilahi yang tertinggi. Ini bukan sekadar pandangan seorang rabi, melainkan firman Allah yang hidup yang datang langsung dari takhta surga. Dengan demikian, ketaatan pada firman Yesus berarti ketaatan pada kehendak Allah sendiri.

Perkembangan Ajaran Roh Kudus

Yohanes adalah Injil yang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus, terutama dalam konteks peran-Nya sebagai "Parakletos" (Penghibur/Penolong). Ajaran ini sangat penting bagi komunitas Kristen awal yang menghadapi penganiayaan dan tantangan. Mereka perlu diyakinkan bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa hadirat ilahi akan terus membimbing dan menguatkan mereka setelah kepergian Yesus secara fisik.

Janji tentang Roh Kudus di Yohanes 14 bukan hanya untuk para murid pertama, tetapi untuk setiap generasi orang percaya. Ini adalah janji bahwa hadirat Kristus, melalui Roh Kudus, akan selalu menyertai gereja-Nya, membimbingnya ke dalam kebenaran, dan memberdayakannya untuk misi. Pemahaman ini sangat vital bagi kekristenan, karena Roh Kudus adalah agen yang mengaplikasikan karya Kristus dalam kehidupan orang percaya dan dalam dunia.

Damai Sejahtera dalam Konteks Awal Kristen

Komunitas Kristen perdana seringkali hidup dalam ketidakamanan dan penolakan. Mereka dianiaya oleh otoritas Yahudi dan kemudian oleh Kekaisaran Romawi. Dalam konteks ini, janji damai sejahtera Kristus memiliki resonansi yang sangat kuat. Ini adalah damai yang memungkinkan mereka untuk tetap teguh dalam iman mereka, bahkan ketika menghadapi ancaman kematian. Ini adalah damai yang memungkinkan Stefanus untuk melihat surga terbuka saat ia dirajam, dan Paulus untuk bersukacita dalam penjara.

Janji ini mengingatkan kita bahwa kedamaian sejati tidak ditemukan dalam ketiadaan masalah, tetapi dalam kehadiran Allah di tengah masalah. Itu adalah ketenangan batin yang memungkinkan kita untuk tetap berdiri teguh ketika segala sesuatu di sekitar kita runtuh.

Refleksi Akhir: Membangun Hidup yang Berpusat pada Kristus

Bacaan Injil dari Yohanes 14:23-29 adalah sebuah undangan untuk hidup yang berpusat pada Kristus, di mana kasih, ketaatan, dan hadirat ilahi menjadi pilar-pilar utama. Ini adalah panggilan untuk menjalin hubungan yang intim dengan Pencipta kita, yang tidak hanya memberikan kita kehidupan, tetapi juga makna, tujuan, dan damai sejahtera yang kekal.

Setiap kali kita merenungkan bagian Injil ini, kita diingatkan akan:

  1. Prioritas Kasih: Bahwa kasih kepada Yesus adalah yang utama, dan kasih itu termanifestasi dalam ketaatan. Ini bukan ketaatan buta, melainkan ketaatan yang lahir dari cinta dan kepercayaan.
  2. Anugerah Roh Kudus: Bahwa kita tidak pernah ditinggalkan sendirian. Roh Kudus adalah Penolong yang setia, yang mengajar, mengingatkan, dan menguatkan kita setiap saat.
  3. Keunikan Damai Kristus: Bahwa damai sejahtera yang diberikan Yesus jauh berbeda dan lebih unggul dari damai yang ditawarkan dunia. Ini adalah damai yang menenangkan jiwa di tengah badai kehidupan.
  4. Pengharapan yang Pasti: Bahwa kepergian Yesus adalah untuk kebaikan kita dan janji kedatangan-Nya kembali adalah dasar pengharapan kita.
Ketika kita menginternalisasi kebenaran-kebenaran ini, hidup kita akan diubahkan. Kita akan menjadi pribadi yang lebih berani, lebih tenang, dan lebih penuh kasih. Kita akan mampu menjadi terang di tengah kegelapan, pembawa damai di tengah konflik, dan saksi-saksi hidup akan kuasa Kristus yang membangkitkan.

Marilah kita setiap hari berusaha untuk mengasihi Yesus dengan segenap hati, menaati firman-Nya dengan sukacita, membuka diri sepenuhnya kepada bimbingan Roh Kudus, dan hidup dalam damai sejahtera yang hanya dapat diberikan oleh Kristus. Dengan demikian, kita akan mengalami janji-Nya yang luar biasa: bahwa Bapa dan Putra akan datang dan berdiam bersama kita, menjadikan hati kita Bait Allah yang hidup.

Semoga renungan ini membawa pencerahan dan penguatan iman bagi setiap pembaca.