Renungan Mendalam: Kristus sebagai Dasar dan Ujian Api Pekerjaan Kita (1 Korintus 3:10-23)

Kristus adalah Dasar yang Tak Tergantikan

Surat Paulus kepada jemaat di Korintus adalah sebuah dokumen yang kaya akan pengajaran, teguran, dan dorongan. Jemaat di Korintus adalah jemaat yang karismatik, tetapi juga bermasalah. Mereka terpecah belah, sombong, terlibat dalam perzinahan, dan mengalami kesalahpahaman tentang banyak ajaran Kristen. Dalam pasal 3, Paulus secara khusus membahas tentang perpecahan dan sikap sombong yang muncul karena kesetiaan buta kepada pemimpin tertentu.

Namun, di tengah-tengah teguran mengenai perpecahan ini, Paulus mengalihkan fokus ke prinsip yang lebih fundamental: Kristus sebagai dasar gereja dan kehidupan setiap orang percaya. Bagian ini, dari ayat 10 hingga 23, adalah sebuah perumpamaan arsitektur yang kuat, memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kita membangun di atas dasar Kristus, kualitas pekerjaan kita, dan bagaimana pekerjaan itu akan diuji.

Latar Belakang dan Konteks 1 Korintus 3

Sebelum kita menyelami setiap ayat, penting untuk memahami konteksnya. Jemaat Korintus memiliki masalah dengan "persaingan rohani." Beberapa orang berkata, "Aku dari golongan Paulus," yang lain, "Aku dari golongan Apolos," atau "Aku dari golongan Kefas (Petrus)," bahkan ada yang berkata, "Aku dari golongan Kristus" dengan nada superioritas. Paulus menegaskan bahwa baik dia maupun Apolos hanyalah pelayan-pelayan yang dipakai Tuhan.

Paulus membandingkan dirinya dan Apolos sebagai pekerja di ladang Tuhan dan bangunan Tuhan. Ia menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan. Dari gambaran "bangunan Tuhan" inilah Paulus melanjutkan perumpamaan arsitektur yang akan kita bahas. Tujuan utamanya adalah untuk memulihkan kesatuan jemaat dan mengarahkan pandangan mereka kembali kepada Kristus, bukan kepada manusia.

Kristus sebagai Dasar yang Tak Tergantikan (Ayat 10-11)

1 Korintus 3:10

Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun di atasnya. Tetapi setiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia membangun di atasnya.

1 Korintus 3:11

Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Paulus sebagai Ahli Bangunan yang Cakap

Paulus memulai dengan rendah hati, mengakui bahwa karunia untuk meletakkan dasar itu berasal dari kasih karunia Allah. Ia menyebut dirinya sebagai "ahli bangunan yang cakap" (Yunani: sophos architekton), sebuah metafora yang sangat tepat. Paulus adalah rasul yang diutus untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain, dan dalam konteks Korintus, ia adalah orang pertama yang membawa Injil dan mendirikan jemaat di sana. Tugasnya adalah meletakkan dasar Injil yang sejati.

Penting untuk dicatat bahwa "cakap" di sini bukan berarti Paulus membanggakan diri, melainkan mengakui bahwa ia telah melakukan pekerjaannya sesuai dengan kehendak dan pimpinan Allah. Ia telah meletakkan dasar yang benar, yaitu Injil Yesus Kristus.

Tidak Ada Dasar Lain Selain Yesus Kristus

Ayat 11 adalah jantung dari bagian ini dan merupakan pernyataan teologis yang sangat mendalam: "Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." Ini adalah kebenaran yang mutlak dan tak tergoyahkan. Dalam setiap aspek kehidupan Kristen — baik itu iman pribadi, jemaat, pelayanan, maupun teologi — Kristus harus menjadi satu-satunya dasar.

Paulus mengingatkan para pembangun lain (para pemimpin gereja, penginjil, guru, dan setiap orang percaya) bahwa mereka harus berhati-hati dalam cara mereka membangun di atas dasar ini. Dasar sudah kokoh dan tak tergantikan, tetapi kualitas bangunan di atasnya sangat bervariasi.

Bahan Bangunan yang Berbeda dan Ujian Api (Ayat 12-13)

1 Korintus 3:12

Entah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata yang berharga, atau dengan kayu, rumput kering dan jerami,

1 Korintus 3:13

sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang itu akan diuji oleh api itu.

Ujian Api akan Menyatakan Kualitas Pekerjaan

Dua Kategori Bahan Bangunan

Setelah meletakkan dasar Kristus, setiap orang Kristen dipanggil untuk membangun di atas dasar itu. Pembangunan ini mengacu pada kehidupan iman, pelayanan, karakter, dan kontribusi kita terhadap gereja dan Kerajaan Allah. Paulus membagi bahan bangunan menjadi dua kategori utama:

1. Emas, Perak, Batu Permata yang Berharga

Bahan-bahan ini memiliki nilai intrinsik yang tinggi, tahan api, dan melambangkan kualitas pekerjaan yang bersifat kekal dan ilahi. Apa yang dilambangkan oleh bahan-bahan ini?

2. Kayu, Rumput Kering, dan Jerami

Bahan-bahan ini murah, mudah didapat, tetapi sangat mudah terbakar dan tidak memiliki nilai kekal. Mereka melambangkan pekerjaan yang pada akhirnya akan musnah. Apa yang dilambangkan oleh bahan-bahan ini?

Hari Tuhan dan Ujian Api

Paulus dengan jelas menyatakan bahwa "sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak." Ada hari yang akan datang, yang Paulus sebut "Hari Tuhan," di mana semua pekerjaan kita akan diuji. Ujian ini digambarkan sebagai "api."

Penting untuk memahami bahwa api di sini bukanlah api penghakiman bagi orang yang tidak percaya, yang akan menghasilkan hukuman kekal. Sebaliknya, api ini adalah api pengujian dan pemurnian bagi orang percaya, yang telah memiliki dasar Kristus. Ini adalah api yang akan menyingkapkan kualitas, bukan api yang akan menghancurkan jiwa.

Api ini akan membakar habis kayu, rumput kering, dan jerami, karena tidak tahan terhadap panasnya. Sementara itu, emas, perak, dan batu permata akan tetap utuh, bahkan mungkin menjadi lebih cemerlang setelah melewati api.

Hari Tuhan ini sering diidentifikasikan dengan takhta pengadilan Kristus (Yunani: Bema Seat) yang disebutkan dalam 2 Korintus 5:10, di mana setiap orang percaya akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Kristus. Ini bukan penghakiman untuk keselamatan (karena keselamatan sudah terjamin oleh dasar Kristus), melainkan penghakiman atas kualitas pelayanan dan hidup kita di dalam Kristus.

Upah atau Kerugian (Ayat 14-15)

1 Korintus 3:14

Jika pekerjaan yang dibangun seseorang itu tahan uji, ia akan menerima upah.

1 Korintus 3:15

Jika pekerjaannya terbakar habis, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, namun seperti dari api.

Menerima Upah

Bagi mereka yang pekerjaannya bertahan dari api (yaitu, mereka membangun dengan emas, perak, batu permata), ada janji "upah." Upah ini bukanlah keselamatan itu sendiri, melainkan penghargaan atau mahkota yang diberikan Tuhan kepada mereka yang telah melayani-Nya dengan setia dan murni. Alkitab menyebutkan berbagai jenis mahkota: mahkota kehidupan (Yakobus 1:12), mahkota kemuliaan (1 Petrus 5:4), mahkota kebenaran (2 Timotius 4:8). Ini adalah hadiah yang diberikan untuk kesetiaan, pengorbanan, dan pekerjaan yang dilakukan bagi Tuhan.

Upah ini bukan tentang kebanggaan diri, tetapi tentang sukacita besar di hadapan Tuhan, karena mengetahui bahwa hidup dan pelayanan kita telah menyenangkan hati-Nya. Ini adalah pengakuan ilahi atas investasi rohani yang kita tanamkan di bumi.

Menderita Kerugian, tetapi Tetap Selamat

Ini adalah bagian yang sangat penting dan sering disalahpahami. Jika pekerjaan seseorang terbakar habis (yaitu, ia membangun dengan kayu, rumput kering, atau jerami), ia akan "menderita kerugian." Kerugian apa? Bukan kerugian keselamatan! Ayat ini dengan jelas menyatakan, "tetapi ia sendiri akan diselamatkan, namun seperti dari api."

Kerugian yang dimaksud adalah kehilangan upah, penghargaan, atau pahala yang seharusnya bisa diterima. Meskipun orang tersebut adalah orang percaya sejati yang diselamatkan oleh anugerah melalui dasar Kristus, seluruh "bangunan" pelayanannya mungkin musnah. Ini seperti seseorang yang rumahnya terbakar habis, ia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi kehilangan semua hartanya.

Pikiran ini seharusnya menjadi peringatan serius bagi setiap orang percaya. Kita diselamatkan untuk melayani Tuhan, bukan untuk hidup sesuka hati. Meskipun keselamatan adalah anugerah dan tidak dapat hilang karena pekerjaan kita, kualitas hidup dan pelayanan kita memiliki konsekuensi kekal dalam bentuk upah atau kerugian.

Implikasinya adalah bahwa kita harus hidup dengan kesadaran akan kekekalan. Setiap tindakan, setiap motivasi, setiap kata yang kita ucapkan sebagai orang percaya memiliki nilai di mata Tuhan, yang suatu hari akan diuji.

Jemaat sebagai Bait Allah (Ayat 16-17)

1 Korintus 3:16

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?

1 Korintus 3:17

Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Jemaat adalah Bait Allah yang Kudus

Kamu adalah Bait Allah

Setelah berbicara tentang pembangunan individu, Paulus beralih ke dimensi komunal. Ia mengingatkan jemaat Korintus, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" Kata "kamu" di sini dalam bahasa Yunani adalah jamak (hymeis), merujuk pada jemaat secara kolektif, bukan hanya individu. Jadi, gereja secara keseluruhan adalah Bait Allah.

Di Perjanjian Lama, Bait Allah adalah tempat kudus di mana kehadiran Allah berdiam. Namun, setelah kedatangan Kristus dan pencurahan Roh Kudus, Allah memilih untuk berdiam tidak dalam bangunan fisik, melainkan dalam umat-Nya. Ini adalah kebenaran yang luar biasa! Setiap jemaat lokal, yang terdiri dari orang-orang percaya yang telah ditebus, adalah tempat tinggal Roh Allah.

Implikasi dari kebenaran ini sangat besar:

Peringatan Serius: Jangan Membinasakan Bait Allah

Ayat 17 memberikan peringatan yang sangat serius: "Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia." Frasa "membinasakan bait Allah" dapat merujuk pada tindakan atau ajaran yang merusak kesatuan, kekudusan, dan integritas jemaat. Ini bisa berarti:

Hukuman yang disebutkan – "Allah akan membinasakan dia" – adalah hukuman ilahi yang serius. Ini bisa berarti kehilangan upah (seperti dalam ayat 15), tetapi dalam konteks yang lebih parah, bisa juga merujuk pada penghukuman yang lebih berat, tergantung pada sifat dan tingkat perusakan yang dilakukan. Ini adalah peringatan keras bahwa Allah sangat peduli terhadap gereja-Nya dan akan melindungi kekudusan-Nya.

Keseluruhan bagian ini menegaskan kembali bahwa jemaat bukan milik manusia, melainkan milik Allah. Karena itu, sikap sombong, perpecahan, dan perilaku yang merusak jemaat adalah serangan langsung terhadap Allah sendiri.

Hikmat Dunia vs. Hikmat Allah (Ayat 18-20)

1 Korintus 3:18

Janganlah ada di antara kamu yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia menjadi berhikmat.

1 Korintus 3:19

Karena hikmat dunia adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia menangkap orang-orang berhikmat dalam kelicikan mereka."

1 Korintus 3:20

Dan di tempat lain: "Tuhan mengetahui pikiran orang-orang berhikmat, bahwa semuanya sia-sia."

Hikmat Sejati Berasal dari Allah

Perangkap Hikmat Dunia

Paulus kembali menyentuh masalah inti di Korintus: kebanggaan pada hikmat manusia dan kefasihan berbicara. Jemaat Korintus sangat dipengaruhi oleh budaya Yunani yang menghargai retorika dan filosofi. Mereka mungkin memandang rendah Paulus yang tidak "berhikmat" secara duniawi seperti beberapa guru lain. Namun, Paulus membalikkan pandangan ini sepenuhnya.

Ia memperingatkan agar tidak "menipu diri sendiri." Mengapa? Karena banyak orang Kristen Korintus yang berpikir mereka berhikmat menurut standar dunia sebenarnya sedang menjauhkan diri dari hikmat Allah. Untuk menjadi berhikmat di mata Allah, seseorang harus bersedia "menjadi bodoh" di mata dunia.

Apa artinya "menjadi bodoh" di sini? Ini berarti melepaskan kebanggaan intelektual, merendahkan diri, dan mengakui bahwa jalan-jalan Allah seringkali bertentangan dengan logika atau tren populer dunia. Salib Kristus, misalnya, adalah "kebodohan" bagi orang-orang Yunani yang mencari hikmat (1 Korintus 1:23).

Hikmat Dunia Adalah Kebodohan bagi Allah

Paulus mengutip dari Kitab Ayub (5:13) dan Mazmur (94:11) untuk mendukung argumennya. Ia menyatakan dengan tegas bahwa "hikmat dunia adalah kebodohan bagi Allah." Hikmat dunia, dengan segala kecemerlangan dan kompleksitasnya, pada akhirnya tidak dapat mengenal Allah dan tidak dapat menuntun kepada keselamatan sejati.

Allah, dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, "menangkap orang-orang berhikmat dalam kelicikan mereka." Ini berarti bahwa upaya-upaya manusia untuk memahami Allah atau mencapai keselamatan melalui akal budi mereka sendiri pada akhirnya akan terjebak dalam jebakan mereka sendiri. Allah juga "mengetahui pikiran orang-orang berhikmat, bahwa semuanya sia-sia." Segala rencana, ambisi, dan spekulasi manusia yang tidak berakar pada Allah pada akhirnya akan menjadi hampa.

Peringatan ini sangat relevan bagi kita saat ini. Di zaman di mana informasi membanjiri kita dan standar dunia terus-menerus mencoba membentuk cara pandang kita, kita harus berhati-hati agar tidak terperangkap dalam "hikmat dunia" yang pada akhirnya adalah kebodohan di mata Allah. Sebaliknya, kita harus merangkul "kebodohan" Injil, yaitu kebenaran Kristus yang tampaknya tidak logis bagi dunia, tetapi merupakan kekuatan Allah untuk keselamatan.

Semua adalah Milikmu, Kamu Milik Kristus, Kristus Milik Allah (Ayat 21-23)

1 Korintus 3:21

Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan diri atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu:

1 Korintus 3:22

baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang. Semuanya adalah milikmu.

1 Korintus 3:23

Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.

Jangan Memegahkan Diri atas Manusia

Paulus menyimpulkan argumennya tentang perpecahan dan hikmat dengan sebuah pernyataan yang membalikkan semua kebanggaan manusia. Ia menegaskan, "Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan diri atas manusia." Mengapa? Karena semua orang percaya memiliki harta rohani yang begitu besar sehingga tidak ada gunanya membanggakan diri atas pemimpin manusia atau faksi tertentu.

Pernyataan ini adalah puncak dari argumen Paulus melawan perpecahan. Kebanggaan pada pemimpin tertentu (Paulus, Apolos, Kefas) adalah kebodohan, karena mereka hanyalah pelayan dan semua yang mereka miliki (karunia, pengajaran, pelayanan) pada akhirnya adalah untuk kebaikan jemaat. Bahkan para pemimpin ini tidak dapat mengklaim hak milik atas jemaat.

Segala Sesuatu adalah Milikmu

Paulus kemudian membuat daftar yang luar biasa: "baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang. Semuanya adalah milikmu." Ini adalah pernyataan tentang hak istimewa yang dimiliki orang percaya dalam Kristus.

Intinya adalah bahwa orang percaya memiliki segala sesuatu yang mereka butuhkan di dalam Kristus. Kita tidak kekurangan apa pun. Mengapa kita harus terpecah belah atau bersaing ketika kita sudah memiliki kelimpahan rohani?

Kamu Milik Kristus dan Kristus Milik Allah

Pernyataan terakhir ini adalah puncak hierarki kepemilikan dan otoritas: "Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah."

Struktur "Segala sesuatu milikmu, kamu milik Kristus, Kristus milik Allah" adalah sebuah rantai kemuliaan yang mengalir dari Allah kepada Kristus, melalui Kristus kepada kita, dan dari kita ke segala sesuatu di alam semesta. Ini adalah perspektif yang luar biasa yang menghilangkan kebanggaan manusia, menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, dan mengarahkan semua kemuliaan kembali kepada Allah.

Implikasi Teologis dan Praktis

Bagian dari 1 Korintus 3:10-23 ini memiliki implikasi yang sangat luas bagi setiap orang percaya dan gereja secara keseluruhan:

1. Pentingnya Fondasi Kristus

Tidak ada yang lebih fundamental daripada menempatkan Yesus Kristus sebagai satu-satunya dasar. Ini berarti Injil Kristus harus menjadi inti dari segala sesuatu yang kita percayai, ajarkan, dan lakukan. Segala sesuatu yang tidak dibangun di atas Kristus adalah ilusi dan tidak akan bertahan.

2. Kualitas Pekerjaan Rohani Sangat Penting

Bukan hanya melakukan pelayanan, tetapi bagaimana kita melakukannya, dengan motivasi apa, dan dengan materi apa. Ini mendorong kita untuk introspeksi mendalam: Apakah pelayanan saya didorong oleh kasih Kristus atau oleh keinginan untuk dikenal? Apakah ajaran saya murni Alkitabiah atau tercampur dengan ide-ide duniawi? Apakah karakter saya mencerminkan Kristus saat saya melayani?

Ayat ini mengajarkan bahwa kuantitas pekerjaan bukanlah segalanya; kualitas dan kemurnian motif yang diuji oleh api akan menjadi penentu upah surgawi.

3. Realitas Ujian Api (Takhta Pengadilan Kristus)

Setiap orang percaya akan berdiri di hadapan Kristus untuk mempertanggungjawabkan hidup dan pelayanannya. Ini bukan tentang apakah kita akan diselamatkan (itu sudah dijamin oleh iman kepada Kristus), tetapi tentang penghargaan atas kesetiaan kita. Kesadaran akan hari ini seharusnya memotivasi kita untuk hidup dengan tujuan, integritas, dan pengabdian penuh kepada Tuhan.

Meskipun kita akan diselamatkan "seperti dari api," gagasan kehilangan upah seharusnya mendorong kita untuk tidak menyia-nyiakan hidup Kristen kita dengan "kayu, rumput kering, dan jerami" yang pada akhirnya akan musnah.

4. Kekudusan dan Kesatuan Jemaat

Sebagai Bait Allah, jemaat memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kekudusan dan kesatuannya. Perpecahan, gosip, kritik yang tidak membangun, dan toleransi terhadap dosa adalah tindakan yang "merusak Bait Allah" dan akan membawa konsekuensi serius. Setiap anggota jemaat harus berkontribusi untuk membangun jemaat dalam kasih dan kebenaran.

5. Menolak Hikmat Dunia

Gereja harus senantiasa waspada terhadap infiltrasi hikmat dunia yang bertentangan dengan Injil. Kita dipanggil untuk menjadi bodoh di mata dunia agar menjadi berhikmat di mata Allah. Ini berarti memprioritaskan kebenaran Firman Allah di atas filosofi populer, tren budaya, atau bahkan apa yang "terlihat sukses" dari sudut pandang manusia.

6. Perspektif yang Benar tentang Kepemilikan

Segala sesuatu adalah milik orang percaya karena kita adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah. Perspektif ini membebaskan kita dari kebanggaan manusia, iri hati, dan persaingan. Kita tidak perlu membanggakan diri atas pemimpin atau talenta tertentu, karena semua itu adalah anugerah Allah yang diberikan untuk kebaikan kita bersama.

Demikian pula, kita tidak perlu takut akan kehilangan dunia atau hidup, karena segala sesuatu sudah dijamin bagi kita dalam Kristus. Fokus kita harus pada Kristus, bukan pada apa yang bisa kita dapatkan dari manusia atau dunia.

7. Tanggung Jawab dalam Pelayanan

Paulus, Apolos, dan Kefas adalah contoh pelayan yang berbeda karunia tetapi satu tujuan. Mereka semua melayani untuk membangun jemaat di atas dasar Kristus. Setiap orang percaya juga dipanggil untuk melayani dengan karunia dan talenta yang berbeda, tetapi dengan hati yang sama: memuliakan Kristus dan membangun tubuh-Nya dengan materi yang tahan api.

Ini mencakup segala bentuk pelayanan, dari yang terlihat besar hingga yang kecil, dari yang diakui publik hingga yang tersembunyi. Yang penting adalah motivasinya dan kesesuaiannya dengan kehendak Allah.

Bagaimana Kita Membangun dengan "Emas, Perak, Batu Permata"?

Pertanyaan praktis yang muncul dari renungan ini adalah: Bagaimana kita memastikan bahwa kita membangun dengan bahan-bahan yang tahan api?

  1. Periksa Motivasi Anda: Setiap kali Anda melayani, bertanya pada diri sendiri: "Mengapa saya melakukan ini? Apakah untuk kemuliaan Allah, atau ada motif tersembunyi seperti pujian, pengakuan, atau keuntungan pribadi?" Tuhan melihat hati (1 Samuel 16:7).
  2. Pusatkan pada Kristus: Pastikan setiap pengajaran, pelayanan, dan keputusan berakar pada Yesus Kristus dan Injil-Nya. Jangan biarkan "hal-hal baik" menggantikan "hal yang terbaik," yaitu Kristus sendiri.
  3. Lakukan dengan Integritas dan Kasih: Kerjakan setiap tugas dengan kejujuran, ketulusan, dan kasih yang tulus untuk Tuhan dan sesama. Kasih adalah standar tertinggi dari semua hukum (Roma 13:10).
  4. Bersandar pada Roh Kudus: Jangan mengandalkan kekuatan, kepintaran, atau karisma Anda sendiri. Berserahlah pada pimpinan dan kuasa Roh Kudus dalam segala hal. Pelayanan yang digerakkan oleh Roh menghasilkan buah yang kekal.
  5. Bangun Karakter Kristus: Bahan bangunan yang berharga juga mencakup pertumbuhan karakter Anda sendiri. Kekudusan pribadi, kesabaran, kerendahan hati, dan kebaikan adalah bagian dari "bangunan" yang tahan api.
  6. Investasikan dalam yang Kekal: Fokuslah pada hal-hal yang memiliki dampak kekal – menjangkau jiwa, memuridkan orang, mengajar kebenaran, mendukung misi, dan membangun hubungan yang berpusat pada Kristus.
  7. Prioritaskan Kesatuan Gereja: Jauhi perpecahan dan gosip. Berusaha untuk membangun kesatuan dalam tubuh Kristus, menghargai karunia orang lain, dan melayani dengan semangat kerja sama.

Kesimpulan

Renungan dari 1 Korintus 3:10-23 adalah sebuah panggilan yang mendalam untuk setiap orang percaya dan gereja secara keseluruhan. Ini mengingatkan kita akan kebenaran fundamental: Kristus adalah satu-satunya dasar yang kokoh. Di atas dasar ini, kita dipanggil untuk membangun dengan hati-hati, menggunakan bahan-bahan yang tahan api – yaitu, pelayanan dan kehidupan yang dimotivasi oleh kasih murni, ketaatan pada Firman Allah, dan bersandar pada Roh Kudus.

Hari pengujian akan datang, ketika api Tuhan akan menyatakan kualitas pekerjaan kita. Bagi mereka yang membangun dengan bahan-bahan berharga, upah menanti. Bagi mereka yang membangun dengan bahan-bahan yang mudah terbakar, meskipun mereka akan diselamatkan, mereka akan menderita kerugian. Ini adalah peringatan serius untuk hidup dengan kesadaran kekal.

Lebih lanjut, kita belajar bahwa jemaat adalah Bait Allah yang kudus, tempat tinggal Roh Kudus. Oleh karena itu, kita harus menjaga kekudusan dan kesatuan gereja, menolak hikmat dunia yang menyesatkan, dan hidup dalam kesadaran bahwa segala sesuatu adalah milik kita dalam Kristus, dan kita adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah.

Mari kita semua merenungkan bagaimana kita sedang membangun. Apakah kita sedang membangun bangunan yang akan bertahan dari api, ataukah kita sedang menumpuk kayu, rumput kering, dan jerami yang akan musnah? Semoga hidup dan pelayanan kita menjadi sebuah bangunan yang indah dan kokoh, yang memuliakan Allah dan bertahan dalam ujian api.

Amin.