Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, hari ini kita akan merenungkan salah satu bagian Alkitab yang sangat kaya akan makna dan relevansi bagi kehidupan iman kita, yaitu Injil Yohanes pasal 1, ayat 29 hingga 42. Ayat-ayat ini membawa kita pada momen-momen krusial di awal pelayanan Yesus, menampilkan kesaksian Yohanes Pembaptis yang penuh kuasa, panggilan pertama murid-murid, dan penemuan identitas baru dalam Kristus. Bagian ini bukan hanya sekadar narasi sejarah, melainkan sebuah undangan abadi bagi kita untuk melihat Yesus, datang kepada-Nya, dan membawa orang lain kepada-Nya. Mari kita buka hati dan pikiran kita, memohon pimpinan Roh Kudus agar kita dapat menangkap kebenaran-kebenaran ilahi yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita melalui firman-Nya.
Dalam khotbah ini, kita akan memecah perikop ini menjadi tiga bagian utama, yaitu:
- Kesaksian Yohanes Pembaptis: "Lihatlah Anak Domba Allah!" (Ayat 29-34)
- Panggilan Pertama Murid-murid: "Apa yang kamu cari?" dan "Marilah dan lihatlah!" (Ayat 35-39)
- Penemuan dan Penyaksian: "Kami telah menemukan Mesias!" (Ayat 40-42)
Setiap bagian akan membawa kita lebih dalam untuk memahami siapakah Yesus itu, apa makna panggilan-Nya, dan bagaimana kita, sebagai orang percaya, dipanggil untuk merespons dan hidup dalam kebenaran tersebut.
I. Kesaksian Yohanes Pembaptis: "Lihatlah Anak Domba Allah!" (Yohanes 1:29-34)
Perikop kita diawali dengan sebuah deklarasi yang menggemparkan dan mengubah jalannya sejarah. Yohanes Pembaptis, seorang nabi yang dinanti-nantikan Israel, tampil di padang gurun dengan pesan pertobatan. Orang banyak berbondong-bondong datang kepadanya, bertanya-tanya apakah dia adalah Mesias yang dijanjikan. Namun, Yohanes dengan kerendahan hati yang luar biasa, selalu menunjuk kepada Pribadi yang lebih besar dari dirinya. Dan pada suatu hari, ketika Yesus datang kepadanya, Yohanes membuat pernyataan paling penting dalam pelayanannya:
Yohanes 1:29 "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia."
Yohanes 1:30 "Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Sesudah aku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku."
Yohanes 1:31 "Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."
Yohanes 1:32 "Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya."
Yohanes 1:33 "Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus."
Yohanes 1:34 "Dan aku telah melihat-Nya dan aku memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."
A. Identitas Yesus: Anak Domba Allah (Ay. 29)
Pernyataan "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia!" adalah sebuah pernyataan teologis yang sangat kaya dan sarat makna bagi para pendengar Yahudi Yohanes. Konsep "domba" memiliki resonansi yang mendalam dalam Perjanjian Lama. Ada beberapa interpretasi yang bisa kita tarik:
- Domba Paskah: Ini adalah referensi yang paling jelas. Dalam Keluaran 12, darah domba Paskah yang dioleskan pada tiang pintu menyelamatkan Israel dari murka Allah atas dosa. Yesus adalah penggenapan Paskah yang sejati, Darah-Nya menjadi tanda keselamatan bagi semua yang percaya. Dia adalah Domba Paskah terakhir dan sempurna yang dikorbankan sekali untuk selamanya.
- Domba Korban Penghapus Dosa: Dalam sistem korban Perjanjian Lama (Imamat), domba sering digunakan sebagai persembahan untuk menghapus dosa. Namun, korban-korban itu harus diulang terus-menerus. Yesus, sebagai Anak Domba Allah, adalah korban sempurna yang menghapus dosa bukan hanya untuk sementara, tetapi untuk selama-lamanya.
- Domba yang Dibawa ke Pembantaian (Yesaya 53): Nabi Yesaya berbicara tentang Hamba Tuhan yang menderita, yang seperti "anak domba yang dibawa ke pembantaian" (Yesaya 53:7), memikul dosa banyak orang. Yohanes secara profetis mengidentifikasi Yesus sebagai penggenapan nubuatan ini. Dia adalah Hamba yang Menderita yang secara sukarela menyerahkan diri-Nya untuk menebus dosa umat manusia.
Frasa "yang menghapus dosa dunia" memperluas cakupan penebusan Yesus. Ini bukan hanya untuk Israel, melainkan untuk seluruh umat manusia. Ini adalah kabar baik universal! Dosa, yang merupakan penghalang terbesar antara manusia dan Allah, kini dapat dihapus tuntas melalui karya Anak Domba Allah ini. Keberdosaan bukan lagi vonis mati yang final, melainkan kondisi yang dapat dibersihkan oleh kuasa ilahi Kristus.
B. Yesus adalah Pra-Ada dan Yang Lebih Mulia (Ay. 30)
Yohanes mengakui superioritas Yesus dengan mengatakan, "Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Sesudah aku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Meskipun Yesus datang setelah Yohanes secara kronologis dalam pelayanan publik, Yohanes menegaskan bahwa Yesus secara ontologis, secara keberadaan, mendahuluinya. Ini adalah sebuah pernyataan penting tentang keilahian Yesus. Dia bukan sekadar manusia biasa, Dia adalah Firman yang kekal, yang telah ada bersama Allah sejak semula (Yohanes 1:1).
Kerendahan hati Yohanes menjadi teladan bagi kita. Ia tidak mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri, tetapi dengan setia menunjuk kepada Kristus. Ini adalah esensi pelayanan Kristen: bukan meninggikan diri kita, tetapi meninggikan Yesus.
C. Identifikasi Yesus melalui Roh Kudus (Ay. 31-34)
Yohanes juga mengakui bahwa ia sendiri pada awalnya tidak mengenal Yesus sebagai Mesias dalam arti yang penuh. Allah telah memberinya tanda: "Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus." Yohanes bersaksi bahwa ia melihat Roh Kudus turun seperti merpati dan tinggal di atas Yesus ketika Yesus dibaptis. Ini adalah konfirmasi ilahi yang tak terbantahkan.
Peran Yesus sebagai "yang akan membaptis dengan Roh Kudus" sangat kontras dengan pembaptisan air yang dilakukan Yohanes. Pembaptisan Yohanes adalah pembaptisan pertobatan yang bersifat simbolis. Pembaptisan Yesus dengan Roh Kudus adalah pembaptisan yang memberikan kehidupan baru, kuasa ilahi, dan kediaman Roh Kudus di dalam diri orang percaya. Ini adalah anugerah transformasi yang menjadi ciri khas Perjanjian Baru.
Kesaksian Yohanes yang berakhir dengan "Ia inilah Anak Allah" merangkum semua yang telah ia katakan. Yesus bukan hanya Anak Domba, Dia juga Anak Allah yang ilahi, yang datang untuk menyelamatkan dan menguduskan umat-Nya. Kesaksian Yohanes ini merupakan fondasi bagi siapapun yang ingin memahami Yesus. Ia adalah saksi yang dipercaya, diutus Allah, dan melihat tanda-tanda yang jelas tentang identitas Yesus.
Implikasi bagi Kita:
Bagian pertama ini mengajarkan kita pentingnya kesaksian yang jelas tentang Yesus. Yohanes tidak ragu-ragu. Ia mengidentifikasi Yesus dengan nama yang penuh makna: Anak Domba Allah. Apakah kita memiliki keberanian yang sama untuk menyatakan Yesus sebagai Juruselamat yang menghapus dosa dunia? Apakah hidup kita mencerminkan kerendahan hati Yohanes, yang selalu menunjuk kepada Kristus dan bukan kepada diri sendiri? Lebih dari itu, apakah kita menyadari kedalaman makna dari Yesus sebagai Anak Domba Allah yang telah menghapus dosa kita? Apakah kita hidup dalam kebebasan dari rasa bersalah dan malu karena dosa, karena kita telah ditebus oleh Darah-Nya yang mahal?
Mari kita renungkan sejenak: Apakah kita memahami sepenuhnya keagungan anugerah yang telah diberikan kepada kita melalui pengorbanan Yesus? Apakah kita telah menerima baptisan Roh Kudus, yang memberikan kuasa dan penghiburan bagi kita untuk menjalani kehidupan Kristen? Kesaksian Yohanes bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan panggilan bagi kita untuk melihat, mengakui, dan bersaksi tentang Yesus dalam hidup kita.
Doa:
Tuhan Yesus, kami bersyukur atas kesaksian Yohanes Pembaptis yang jelas dan tak tergoyahkan. Tolonglah kami untuk juga melihat Engkau sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Biarlah Roh Kudus-Mu membaptis hati kami, memberi kami kuasa untuk hidup kudus dan menjadi saksi-Mu yang setia. Amin.
II. Panggilan Pertama Murid-murid: "Apa yang kamu cari?" dan "Marilah dan lihatlah!" (Yohanes 1:35-39)
Setelah kesaksian Yohanes Pembaptis yang begitu kuat, kita beralih ke bagian berikutnya yang menunjukkan bagaimana kesaksian itu mulai berbuah. Yohanes tidak hanya bersaksi kepada kerumunan, tetapi juga kepada murid-muridnya sendiri, yang pada gilirannya akan menjadi murid Yesus.
Yohanes 1:35 "Pada keesokan harinya Yohanes berdiri pula dengan dua orang muridnya."
Yohanes 1:36 "Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!""
Yohanes 1:37 "Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikuti Yesus."
Yohanes 1:38 "Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apa yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?""
Yohanes 1:39 "Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan lihatlah!" Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat."
A. Kesaksian yang Mendorong Tindakan (Ay. 35-37)
Sekali lagi, Yohanes melihat Yesus dan sekali lagi ia mengucapkan seruan yang sama: "Lihatlah Anak Domba Allah!" Kali ini, dampaknya langsung terlihat. Dua dari murid-muridnya, salah satunya kemudian diidentifikasi sebagai Andreas (ay. 40), segera meninggalkan Yohanes dan mulai mengikuti Yesus. Ini menunjukkan kekuatan kesaksian yang otentik dan tidak mementingkan diri sendiri. Yohanes tahu bahwa tujuannya bukan untuk membangun pengikut bagi dirinya sendiri, melainkan untuk mengarahkan orang kepada Kristus.
Ini adalah pelajaran penting bagi setiap orang percaya. Kita dipanggil untuk menjadi pembuat jalan bagi Kristus, bukan untuk diri kita sendiri. Ketika kita dengan setia menunjuk orang kepada Yesus, Roh Kudus akan bekerja dalam hati mereka untuk memimpin mereka pada keputusan untuk mengikuti-Nya.
B. Pertanyaan yang Menusuk Hati: "Apa yang kamu cari?" (Ay. 38)
Yesus menyadari bahwa Ia diikuti. Ia berbalik dan mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat personal dan mendalam: "Apa yang kamu cari?" Pertanyaan ini lebih dari sekadar rasa ingin tahu. Ini adalah pertanyaan yang menantang motif dan keinginan terdalam dari hati mereka. Mengapa mereka mengikuti-Nya? Apakah mereka mencari seorang guru baru? Seorang pemimpin politik? Sebuah tanda dan mukjizat? Atau sesuatu yang lebih mendalam, sesuatu yang hanya dapat ditemukan dalam diri-Nya?
Ini adalah pertanyaan yang sama yang Yesus ajukan kepada kita hari ini: "Apa yang kamu cari dalam hidup ini?" Apakah kita mencari kekayaan, kehormatan, kesenangan, atau keamanan duniawi? Atau apakah kita mencari tujuan sejati, makna, pengampunan, dan kehidupan kekal yang hanya dapat ditemukan di dalam Kristus?
Respon murid-murid adalah "Rabi, di manakah Engkau tinggal?" Ini adalah pertanyaan yang tampaknya sederhana, tetapi bisa diartikan sebagai keinginan untuk mengenal Dia lebih dekat, untuk menghabiskan waktu bersama-Nya, untuk menjadi bagian dari lingkungan-Nya. Mereka tidak hanya ingin mendengar tentang Dia, tetapi ingin mengalami-Nya secara pribadi.
C. Undangan yang Ramah: "Marilah dan lihatlah!" (Ay. 39)
Yesus tidak memberikan jawaban teologis yang kompleks. Ia tidak meminta mereka untuk membuat sumpah atau komitmen besar. Sebaliknya, Ia memberikan undangan yang sederhana namun mendalam: "Marilah dan lihatlah!" Ini adalah undangan untuk mengalami kebenaran secara langsung, bukan hanya mendengarnya. Ini adalah undangan untuk menjalin hubungan pribadi, untuk hidup bersama Dia, untuk melihat siapa Dia sebenarnya. Ada kedalaman personal yang luar biasa dalam undangan ini.
Murid-murid itu datang dan menghabiskan sisa hari itu bersama Yesus, dimulai sekitar pukul empat sore. Waktu yang mereka habiskan bersama Yesus, mendengarkan-Nya, dan menyaksikan-Nya secara pribadi, pasti sangat transformatif. Ini adalah pengalaman intim yang membentuk fondasi iman mereka.
Panggilan "Marilah dan lihatlah!" adalah panggilan yang terus bergema sepanjang zaman. Yesus mengundang kita untuk tidak hanya percaya secara intelektual, tetapi untuk datang dan mengalami kebenaran-Nya secara pribadi. Ini berarti menyediakan waktu untuk-Nya, merenungkan firman-Nya, berdoa, dan hidup dalam persekutuan dengan komunitas orang percaya.
Implikasi bagi Kita:
Bagian ini menantang kita untuk merefleksikan motif kita dalam mengikuti Kristus. Apa yang sebenarnya kita cari? Apakah kita mencari keuntungan pribadi, kenyamanan, atau pengakuan dari orang lain? Atau apakah kita mencari Yesus sendiri, mengenal-Nya lebih dalam, dan hidup bagi kemuliaan-Nya? Panggilan Yesus adalah panggilan untuk hubungan yang otentik dan intim, bukan hanya sebuah agama atau daftar aturan. Ia ingin kita "datang dan melihat" siapa Dia sesungguhnya, bukan hanya melalui pendengaran, tetapi melalui pengalaman pribadi dengan-Nya.
Seberapa sering kita menyisihkan waktu untuk "tinggal bersama-sama dengan Dia"? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, mudah sekali kita terseret oleh berbagai tuntutan dan distraksi, sehingga lupa untuk berdiam diri dan mendengarkan suara-Nya. Kisah ini mengingatkan kita akan prioritas utama: menghabiskan waktu bersama Yesus adalah kunci untuk pertumbuhan rohani dan memahami tujuan hidup kita. Ini juga menegaskan pentingnya kesaksian yang tulus. Sama seperti Yohanes Pembaptis mengarahkan murid-muridnya kepada Yesus, kita pun dipanggil untuk mengarahkan orang-orang di sekitar kita kepada Kristus, tidak dengan paksaan, tetapi dengan undangan yang tulus untuk "datang dan melihat."
Mungkin ada di antara kita yang merasa sedang mencari sesuatu. Kita mencari makna hidup, kedamaian, sukacita, atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendalam. Yesus tidak pernah menolak mereka yang mencari-Nya dengan hati yang tulus. Undangan-Nya "Marilah dan lihatlah!" tetap terbuka. Ini bukan undangan untuk orang yang sempurna, melainkan untuk siapa saja yang lapar dan haus akan kebenaran dan hidup.
Doa:
Bapa Surgawi, terima kasih atas undangan-Mu yang ramah untuk datang dan melihat Yesus. Tolonglah kami untuk jujur dengan diri sendiri tentang apa yang kami cari dalam hidup ini. Biarlah hati kami senantiasa mencari Engkau dan hanya Engkau saja. Beri kami kerinduan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama Yesus, agar kami dapat mengenal-Nya secara pribadi dan semakin diubahkan oleh kehadiran-Nya. Amin.
III. Penemuan dan Penyaksian: "Kami telah menemukan Mesias!" (Yohanes 1:40-42)
Pengalaman pribadi dengan Yesus selalu menghasilkan dampak yang mendalam. Para murid yang baru saja menghabiskan waktu bersama Yesus tidak bisa diam. Kegembiraan penemuan mereka mendorong mereka untuk berbagi kabar baik ini dengan orang lain, terutama dengan keluarga mereka.
Yohanes 1:40 "Salah seorang dari kedua orang yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus."
Yohanes 1:41 "Ia mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).""
Yohanes 1:42 "Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).""
A. Semangat Penemuan (Ay. 40-41)
Injil Yohanes dengan sengaja menyebutkan nama Andreas, saudara Simon Petrus. Ini adalah detail penting karena Andreas menjadi contoh pertama dari seorang murid yang, setelah mengalami Yesus secara pribadi, segera membawa orang lain kepada-Nya. Pernyataan Andreas kepada saudaranya, Simon, sungguh luar biasa: "Kami telah menemukan Mesias!" Kata "Mesias" adalah transliterasi dari bahasa Ibrani yang berarti "yang diurapi," dan dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai "Kristus." Ini adalah gelar yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel selama berabad-abad, merujuk kepada Raja penyelamat yang dijanjikan Allah.
Bayangkan sukacita dan kegembiraan yang meluap dari Andreas. Setelah sekian lama menanti dan mencari, kini penantian itu berakhir. Mereka telah menemukan Dia yang nubuatan-nubutan kuno telah ramalkan. Penemuan ini bukan hanya sekadar pencarian informasi, melainkan perjumpaan dengan pribadi yang mengubah segalanya. Semangat Andreas yang tak terbendung untuk membagikan penemuan terbesar dalam hidupnya adalah teladan bagi setiap orang percaya.
B. Membawa Orang Lain kepada Yesus (Ay. 42a)
Respon Andreas selanjutnya sangatlah vital: "Ia membawanya kepada Yesus." Ini adalah inti dari panggilan kita sebagai orang percaya. Setelah kita sendiri menemukan Yesus, langkah alami berikutnya adalah membagikan penemuan itu dan membawa orang lain untuk mengalami Dia juga. Andreas tidak mencoba menjelaskan segalanya kepada Simon; ia tahu bahwa pengalaman pribadi dengan Yesus jauh lebih berharga daripada seribu kata penjelasannya. Ia hanya menjadi jembatan.
Tindakan Andreas ini mengajarkan kita tentang pentingnya evangelisme pribadi. Kita tidak perlu menjadi teolog ulung atau pengkhotbah terkenal untuk membawa seseorang kepada Yesus. Cukuplah kita membagikan apa yang telah kita alami dan kemudian membawa mereka langsung kepada Sumbernya, Yesus Kristus. Terkadang, tindakan sederhana untuk memperkenalkan seseorang kepada Yesus adalah hal paling kuat yang bisa kita lakukan. Kita adalah saksi, dan tugas kita adalah menjadi penunjuk jalan.
C. Identitas Baru dalam Kristus (Ay. 42b)
Ketika Simon datang kepada Yesus, Yesus memandang dia dan mengucapkan sesuatu yang sangat profetis: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." "Kefas" dalam bahasa Aram dan "Petrus" dalam bahasa Yunani keduanya berarti "batu karang." Ini adalah momen yang mendalam di mana Yesus melihat potensi dalam diri Simon, bukan hanya siapa dia saat itu, tetapi siapa dia akan menjadi dalam rencana Allah.
Perubahan nama dalam Alkitab seringkali menandai perubahan identitas, tujuan, atau takdir ilahi (contoh: Abram menjadi Abraham, Yakub menjadi Israel). Yesus memberikan identitas baru kepada Simon, menubuatkan peran penting yang akan dimainkannya dalam pembangunan gereja. Simon, yang kemudian dikenal sebagai Petrus, akan menjadi batu karang yang kokoh, meskipun ia memiliki kelemahan dan kegagalan manusiawi.
Ini adalah pengingat yang kuat bahwa ketika kita datang kepada Yesus, Ia tidak hanya menerima kita apa adanya, tetapi juga memulai pekerjaan transformasi dalam diri kita. Ia melihat potensi kita, rencana-Nya bagi kita, dan Ia memberikan kita identitas baru dalam Dia. Kita bukan lagi hamba dosa, melainkan anak-anak Allah yang dikasihi, dengan tujuan ilahi yang jelas. Identitas kita tidak lagi ditentukan oleh masa lalu atau kelemahan kita, melainkan oleh siapa Yesus dalam hidup kita dan apa yang Ia nyatakan tentang kita.
Implikasi bagi Kita:
Bagian terakhir ini mendorong kita untuk menjadi saksi yang aktif. Setelah mengalami Yesus, apakah kita memiliki semangat yang sama dengan Andreas untuk segera berbagi kabar baik ini dengan orang-orang di sekitar kita? Apakah kita berani membawa mereka, baik secara fisik maupun spiritual, kepada Yesus? Ini bukan hanya tanggung jawab para pendeta atau penginjil, melainkan panggilan bagi setiap orang percaya.
Selain itu, bagian ini berbicara tentang identitas kita dalam Kristus. Apakah kita benar-benar memahami bahwa di dalam Yesus, kita menerima identitas baru? Kita mungkin merasa lemah, tidak mampu, atau penuh dengan kekurangan, seperti Simon yang mungkin belum sepenuhnya memahami potensi "batu karang" dalam dirinya. Namun, Yesus melihat lebih dari itu. Dia melihat potensi ilahi dalam diri kita, kemampuan yang akan Ia kembangkan melalui Roh Kudus. Mari kita merangkul identitas baru yang telah diberikan Kristus kepada kita, hidup sesuai dengan tujuan ilahi-Nya, dan membiarkan-Nya membentuk kita menjadi pribadi yang mulia bagi nama-Nya.
Setiap dari kita memiliki Andreas dalam hidup kita, seseorang yang memperkenalkan kita kepada Kristus. Dan setiap dari kita juga dipanggil untuk menjadi Andreas bagi orang lain. Siapa yang sedang Allah letakkan dalam hati Anda untuk Anda dekati dan Anda bawa kepada Yesus? Jangan menunda! Ceritakan tentang Mesias yang Anda temukan, dan undang mereka untuk datang dan melihat sendiri. Percayalah bahwa Yesus akan melakukan pekerjaan-Nya dalam hidup mereka, sama seperti Ia melakukannya pada Simon, dan mengubah mereka menjadi pribadi yang Ia kehendaki.
Doa:
Ya Tuhan, terima kasih karena telah memberi kami identitas baru di dalam Kristus. Kobarkanlah dalam hati kami semangat Andreas untuk membawa orang lain kepada-Mu. Beri kami keberanian untuk bersaksi tentang Mesias yang telah kami temukan, dan biarkan kami menjadi alat di tangan-Mu untuk membawa banyak jiwa kepada pengenalan akan Engkau. Ubahlah kami setiap hari agar hidup kami mencerminkan identitas yang telah Engkau berikan. Amin.
Kesimpulan: Undangan dan Panggilan Abadi
Saudara-saudari terkasih, perikop Yohanes 1:29-42 ini adalah sebuah narasi yang sangat padat dengan kebenaran-kebenaran fundamental tentang Yesus dan panggilan kita. Kita telah melihat tiga poin utama:
- Kesaksian Yohanes Pembaptis: Yesus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Dia adalah penggenapan segala nubuatan, Sang Juruselamat ilahi yang datang untuk menebus kita dari kuasa dosa dan kematian. Kesaksian ini adalah fondasi dari iman Kristen kita, sebuah deklarasi agung tentang identitas dan misi Yesus.
- Panggilan Pertama Murid-murid: Yesus bertanya, "Apa yang kamu cari?" dan mengundang, "Marilah dan lihatlah!" Ini adalah panggilan personal untuk memeriksa motif hati kita dan untuk mengalami hubungan intim dengan Kristus. Iman bukanlah sekadar keyakinan pasif, melainkan sebuah respons aktif untuk datang, melihat, dan berdiam diri bersama Yesus. Ini adalah perjalanan penemuan pribadi yang berkelanjutan.
- Penemuan dan Penyaksian: Andreas menemukan Mesias dan membawa saudaranya, Simon, kepada Yesus, yang kemudian diberi nama baru. Pengalaman pribadi dengan Yesus mengarah pada sukacita yang tak terbendung dan keinginan untuk membagikan kabar baik itu kepada orang lain. Lebih dari itu, di dalam Kristus, kita menerima identitas dan tujuan baru yang mengubah hidup kita secara fundamental.
Pesan dari Yohanes 1:29-42 adalah pesan yang relevan dan mendesak bagi kita hari ini. Pertama, kita harus terus-menerus menatap kepada Yesus, Anak Domba Allah. Dalam dunia yang penuh dengan kekacauan, ketidakpastian, dan dosa, hanya Dia sajalah yang dapat memberikan pengharapan, pengampunan, dan damai sejahtera sejati. Mari kita tidak mengalihkan pandangan kita dari salib-Nya, tempat di mana dosa-dosa kita dihapuskan.
Kedua, kita harus menanggapi undangan-Nya, "Marilah dan lihatlah!" Apakah kita meluangkan waktu untuk bersekutu dengan-Nya? Apakah kita secara aktif mencari Dia dalam doa, pembacaan Firman, dan persekutuan? Jangan biarkan kesibukan dunia ini merampas kesempatan kita untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta dan Penebus kita. Kehidupan yang sibuk tanpa Yesus adalah kehidupan yang miskin secara rohani. Undangan ini adalah untuk setiap pribadi, setiap saat. Tidak ada syarat-syarat yang rumit, hanya sebuah ajakan untuk datang dengan hati yang terbuka dan bersedia untuk melihat.
Ketiga, setelah kita datang dan melihat, kita dipanggil untuk menjadi saksi. Seperti Andreas yang tidak bisa menahan sukacitanya, kita pun harus membawa orang lain kepada Yesus. Ada begitu banyak orang di sekitar kita yang sedang mencari sesuatu, entah mereka menyadarinya atau tidak. Mereka mencari makna, tujuan, kedamaian, dan harapan. Kita memiliki jawaban itu dalam Yesus Kristus. Mari kita berani untuk berbagi iman kita, untuk menjadi jembatan yang menghubungkan orang-orang yang tersesat kepada Terang Dunia. Ini mungkin dimulai dengan sebuah percakapan sederhana, sebuah tindakan kebaikan, atau sekadar hidup yang mencerminkan kasih Kristus.
Dan jangan lupakan identitas baru yang telah Yesus berikan kepada kita. Kita bukan lagi hamba dosa, bukan lagi produk dari masa lalu kita yang kelam, melainkan anak-anak Allah yang dikasihi, dengan tujuan yang mulia. Yesus melihat kita bukan hanya dari siapa kita sekarang, melainkan dari siapa kita akan menjadi melalui kuasa Roh Kudus-Nya. Mari kita hidup dalam identitas baru ini, merangkul panggilan-Nya, dan membiarkan-Nya membentuk kita menjadi pribadi yang semakin serupa dengan Kristus.
Khotbah ini menegaskan bahwa iman Kristen bukanlah tentang menjadi pasif, melainkan tentang menjadi responsif. Responsif terhadap kesaksian, responsif terhadap panggilan, dan responsif terhadap dorongan untuk berbagi. Injil Yohanes dimulai dengan perkenalan Yesus yang paling agung, dan kemudian dengan cepat menunjukkan bagaimana kehidupan-kehidupan diubahkan melalui perjumpaan dengan Dia. Ini adalah pola yang berulang hingga hari ini. Setiap kali seseorang mendengar tentang Yesus, datang kepada-Nya, dan kemudian membawa orang lain, rantai kasih dan penebusan terus berlanjut.
Sebagai penutup, mari kita hening sejenak dan biarkan Roh Kudus berbicara kepada hati kita. Apakah ada bagian dari khotbah ini yang secara khusus menyentuh Anda? Apakah ada tindakan yang Tuhan ingin Anda ambil hari ini? Mungkin itu adalah untuk memperbarui komitmen Anda untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan Yesus. Mungkin itu adalah untuk memberanikan diri berbagi iman Anda dengan seseorang yang ada di hati Anda. Atau mungkin itu adalah untuk merangkul identitas Anda sebagai anak Allah yang berharga, yang telah ditebus dan diubahkan oleh Anak Domba Allah.
Mari kita bersama-sama berdoa:
Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur karena Engkau adalah Anak Domba Allah yang sejati, yang telah menghapus dosa dunia. Terima kasih atas panggilan-Mu yang lembut namun penuh kuasa untuk datang dan melihat Engkau. Kami mohon, tolonglah kami untuk menjadi saksi-Mu yang berani dan setia, membawa orang lain kepada-Mu dengan sukacita dan kasih. Ubahkanlah kami semakin serupa dengan-Mu setiap hari, agar hidup kami memuliakan nama-Mu. Kami menyerahkan diri dan hidup kami kembali ke dalam tangan-Mu yang penuh kasih. Amin.