Khotbah Yohanes 12:20-36: Jalan Salib Menuju Kemuliaan dan Panggilan Terang
Pendahuluan: Menjelang Puncak Pelayanan Kristus
Pasal 12 dari Injil Yohanes adalah sebuah momen krusial dalam narasi kehidupan Yesus. Ini adalah titik balik, di mana pelayanan publik Yesus yang penuh mukjizat dan pengajaran yang terang-terangan akan segera berakhir, dan perhatian bergeser menuju penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Ini adalah masa menjelang Paskah terakhir-Nya, sebuah periode yang dipenuhi dengan ketegangan, anticipasi, dan pengajaran yang mendalam tentang tujuan misi-Nya yang sesungguhnya.
Dalam konteks inilah kita menemukan perikop Yohanes 12:20-36, sebuah bagian yang kaya akan makna teologis, profetik, dan aplikatif. Ayat-ayat ini tidak hanya mengungkapkan hati dan pikiran Yesus saat Ia menghadapi salib, tetapi juga memberikan cetak biru bagi setiap pengikut-Nya tentang arti sejati dari kehidupan, pengorbanan, dan kemuliaan. Melalui perikop ini, kita akan melihat bagaimana Yesus merespons kerinduan bangsa-bangsa, menjelaskan paradoks kemuliaan melalui kematian, menghadapi pergumulan pribadi-Nya, mengumumkan kemenangan-Nya atas kegelapan, dan memanggil setiap orang untuk berjalan dalam terang-Nya.
Mari kita selami lebih dalam setiap bagian dari perikop yang luar biasa ini, membiarkan Roh Kudus membuka mata hati kita untuk memahami kebenaran-kebenaran yang mendalam dan relevan bagi hidup kita saat ini.
20 Di antara mereka yang datang untuk beribadah pada hari raya itu, ada beberapa orang Yunani.
21 Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin melihat Yesus."
22 Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.
23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; dan barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
27 Sekarang hati-Ku gelisah; apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.
28 Bapa, permuliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari langit: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"
29 Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara kepada-Nya."
30 Jawab Yesus: "Suara itu datang bukan karena Aku, melainkan karena kamu.
31 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dicampakkan.
32 Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
33 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
34 Lalu orang banyak itu menyahut: "Kami tahu dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya. Bagaimana mungkin Engkau berkata, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"
35 Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang itu ada di antara kamu. Berjalanlah selama kamu ada terang itu, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.
36 Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang." Sesudah berkata demikian Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.
I. Kerinduan Bangsa-Bangsa Menemukan Kristus (Ay. 20-22)
Kisah dimulai dengan kedatangan beberapa orang Yunani yang ingin "melihat Yesus." Ini bukan sekadar ingin melihat dari dekat atau sekadar rasa ingin tahu. Kata "melihat" (Yunani: idein) sering kali memiliki makna yang lebih dalam dalam Injil Yohanes, yaitu ingin memahami, mengalami, atau bahkan bersekutu. Mereka datang ke Yerusalem untuk beribadah pada hari raya Paskah, menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang taat beragama, mungkin proselit (non-Yahudi yang telah memeluk Yudaisme) atau "penyembah Allah" (non-Yahudi yang menyembah Allah Israel tanpa sepenuhnya masuk Yudaisme). Kedatangan mereka menandakan sesuatu yang sangat signifikan:
A. Tanda-Tanda Penuaian Universal
Kehadiran orang-orang Yunani ini adalah sebuah tanda profetik. Selama pelayanan-Nya, Yesus terutama fokus pada "domba-domba yang hilang dari Israel." Namun, jauh di lubuk hati-Nya, Ia tahu bahwa misi-Nya lebih luas dari sekadar bangsa Israel. Kerinduan bangsa-bangsa ini adalah semacam "buah sulung" dari penuaian global yang akan datang. Ini mengisyaratkan bahwa salib Kristus tidak hanya untuk menebus umat Yahudi, tetapi untuk menarik seluruh umat manusia, dari setiap suku dan bangsa, kepada diri-Nya.
- Relevansi Profetik: Ini menggenapi nubuat Perjanjian Lama tentang bangsa-bangsa yang akan datang ke Yerusalem untuk menyembah Tuhan (Yesaya 2:2-4; Zakharia 8:20-23).
- Jembatan Budaya: Orang-orang Yunani ini mungkin merupakan jembatan antara budaya Yahudi dan dunia Helenistik yang lebih luas, menunjukkan bahwa Injil tidak terbatas pada satu budaya saja.
B. Peran Perantara Filipus dan Andreas
Orang-orang Yunani ini datang kepada Filipus, seorang murid yang memiliki nama Yunani dan mungkin memiliki latar belakang yang membuatnya lebih mudah didekati oleh mereka. Filipus, dengan kebijaksanaannya, kemudian membawa permintaan ini kepada Andreas, yang juga memiliki nama Yunani. Bersama-sama, mereka membawa permintaan itu kepada Yesus. Ini menunjukkan:
- Kebutuhan akan Jembatan: Dalam pelayanan, seringkali dibutuhkan orang-orang yang dapat menjembatani kesenjangan budaya atau sosial untuk membawa orang lain kepada Kristus.
- Kerendahan Hati dan Kolaborasi: Filipus tidak langsung membawa mereka kepada Yesus, melainkan mencari bantuan dari Andreas. Ini pelajaran tentang pentingnya kolaborasi dan kerendahan hati dalam pelayanan, mengakui bahwa kita tidak harus melakukan semuanya sendiri.
Kerinduan orang-orang Yunani ini tidak dijawab dengan pertemuan pribadi oleh Yesus, melainkan dengan sebuah pernyataan yang mendalam tentang kemuliaan-Nya melalui salib. Ini adalah respons yang mengejutkan, namun sangat esensial.
II. Jalan Salib Menuju Kemuliaan: Paradoks Biji Gandum (Ay. 23-26)
Yesus tidak langsung menanggapi keinginan orang Yunani tersebut untuk bertemu secara personal. Sebaliknya, Ia menyatakan sebuah kebenaran universal dan profetik yang mendahului pertemuan personal apapun: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan." (ay. 23).
A. "Saatnya Telah Tiba": Titik Klimaks Ilahi
Frasa "saatnya telah tiba" adalah kunci dalam Injil Yohanes. Sebelumnya, Yesus sering mengatakan bahwa "saat-Ku belum tiba" (Yohanes 2:4; 7:6, 30; 8:20). Kini, semuanya berubah. Paskah sudah dekat, dan inilah puncak rencana penyelamatan Allah. "Dimuliakan" di sini bukanlah dalam pengertian kejayaan duniawi, melainkan kemuliaan melalui penderitaan dan kematian di kayu salib. Inilah paradoks sentral Injil: kemuliaan ditemukan dalam kehinaan, kehidupan ditemukan dalam kematian, kemenangan ditemukan dalam pengorbanan.
- Bukan Kemuliaan Politik: Banyak orang Yahudi mengharapkan Mesias yang akan memimpin revolusi politik dan mendirikan kerajaan duniawi yang mulia. Tetapi Yesus berbicara tentang kemuliaan yang berbeda—kemuliaan yang terwujud dalam ketaatan mutlak kepada kehendak Bapa, bahkan sampai mati.
- Kemuliaan Ilahi: Salib adalah tempat di mana kasih Allah dinyatakan secara sempurna, keadilan-Nya dipenuhi, dan kuasa-Nya atas dosa dan kematian ditunjukkan. Inilah kemuliaan yang sesungguhnya.
B. Paradoks Biji Gandum: Kematian yang Membawa Kehidupan (Ay. 24)
Untuk menjelaskan kemuliaan melalui kematian, Yesus menggunakan ilustrasi biji gandum yang sangat mendalam:
Ini adalah inti dari ajaran Yesus tentang pengorbanan dan buah-buahnya. Sebuah biji gandum, jika tetap disimpan, akan tetap menjadi satu biji gandum yang steril. Namun, jika ia ditanam—jatuh ke dalam tanah, mati pada bentuk aslinya—ia akan meledak menjadi kehidupan baru, menghasilkan batang, daun, dan akhirnya banyak biji gandum lainnya. Ini adalah prinsip universal dalam alam, dan Yesus mengangkatnya menjadi prinsip spiritual yang agung.
- Kematian Kristus: Biji gandum yang mati adalah Yesus sendiri. Kematian-Nya di kayu salib adalah tindakan pengorbanan terbesar yang memungkinkan kehidupan kekal bagi milyaran orang. Tanpa kematian-Nya, Ia akan tetap menjadi seorang guru besar, seorang nabi, seorang penyembuh, tetapi tidak akan menjadi Juruselamat dunia.
- Kematian pada Diri Sendiri: Prinsip ini juga berlaku bagi pengikut Kristus. Kita dipanggil untuk "mati pada diri sendiri" (mati pada ego, keinginan daging, ambisi duniawi) agar hidup Kristus dapat mengalir melalui kita dan menghasilkan buah rohani. Ini adalah proses penyangkalan diri, penyerahan, dan ketaatan.
- Buah yang Melimpah: Hasil dari kematian yang rela adalah kehidupan yang berlimpah dan buah yang banyak. Melalui kematian Yesus, lahirlah Gereja, keselamatan bagi bangsa-bangsa, dan janji hidup kekal. Melalui kematian kita pada diri sendiri, kita mengalami pertumbuhan rohani, mempengaruhi orang lain bagi Kristus, dan membawa kemuliaan bagi Allah.
Ilustrasi biji gandum yang ditanam dan tumbuh, melambangkan kematian dan kehidupan baru dalam Kristus.
C. Kehilangan Hidup untuk Memperoleh Hidup Kekal (Ay. 25)
Mengikuti prinsip biji gandum, Yesus kemudian menyatakan sebuah kebenaran yang radikal tentang kehidupan dan kematian rohani:
Ayat ini sering disebut sebagai paradoks keselamatan. "Nyawa" (Yunani: psyche) di sini bisa berarti kehidupan fisik, tetapi lebih sering merujuk pada diri sendiri, ego, keinginan-keinginan pribadi, atau keberadaan yang berpusat pada diri sendiri. Yesus mengajarkan bahwa jika kita menjadikan hidup ini sebagai tujuan akhir, mencengkeramnya dengan erat, dan hidup hanya untuk diri sendiri, kita akan kehilangan makna sejati dan hidup kekal. Namun, jika kita "membenci" atau "tidak mencintai" (dalam konteks ini, lebih tepatnya "menyangkal" atau "melepaskan") nyawa kita di dunia ini demi Kristus, kita akan memperoleh hidup yang sejati dan kekal.
- Prioritas yang Berbeda: Ini adalah panggilan untuk menata ulang prioritas hidup kita. Apakah kita hidup untuk kesenangan sesaat, kekayaan duniawi, atau pujian manusia? Atau apakah kita hidup untuk kemuliaan Allah dan Injil?
- Hidup yang Berpusat pada Kristus: Melepaskan nyawa kita berarti menyerahkan kontrol kepada Kristus, membiarkan kehendak-Nya yang memimpin, dan mendapati identitas kita di dalam Dia. Ini bukan berarti membenci diri sendiri secara harfiah, melainkan menempatkan Kristus di atas segalanya.
- Janji Hidup Kekal: Imbalan dari pengorbanan ini bukanlah kehampaan, melainkan kepenuhan hidup—hidup kekal yang dimulai sekarang dan berlanjut selamanya dalam persekutuan dengan Allah.
D. Mengikut dan Melayani Kristus: Jalan Kemuliaan dari Bapa (Ay. 26)
Ayat ini memperjelas implikasi praktis dari prinsip biji gandum dan kehilangan nyawa:
Panggilan untuk melayani dan mengikut Kristus adalah panggilan untuk menjadi seperti Dia. Mengikut Dia berarti meneladani hidup-Nya, khususnya dalam hal ketaatan, kerendahan hati, dan pengorbanan. "Di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada" memiliki makna ganda:
- Dalam Penderitaan: Mengikut Yesus berarti bersedia berjalan di jalan penderitaan dan pengorbanan, seperti yang dilakukan-Nya. Jika Yesus menempuh jalan salib, maka pengikut-Nya juga harus bersedia memikul salib mereka sendiri.
- Dalam Kemuliaan: Tetapi juga berarti bahwa mereka yang mengikut Dia dalam penderitaan akan bersama-Nya dalam kemuliaan. Di mana Kristus kini duduk di sebelah kanan Bapa, di situlah pelayan-Nya pada akhirnya akan berada.
Janji yang luar biasa adalah: "Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." Ini bukan kehormatan dari manusia, yang seringkali fana dan dangkal, melainkan kehormatan dari Allah Bapa sendiri. Kehormatan ilahi ini jauh melampaui segala pujian atau penghargaan duniawi. Ini adalah jaminan bahwa pengorbanan dan pelayanan yang setia tidak akan sia-sia di mata Allah. Bapa akan menghargai mereka yang mengasihi dan melayani Anak-Nya.
Jadi, bagian ini menggarisbawahi bahwa kemuliaan Kristus datang melalui salib, dan kemuliaan bagi pengikut-Nya juga datang melalui jalan yang sama: melalui kematian pada diri sendiri, pelayanan yang setia, dan ketaatan yang radikal.
III. Penderitaan Sang Juruselamat dan Respon Ilahi (Ay. 27-30)
Setelah menyatakan kebenaran tentang kemuliaan melalui salib, Yesus kemudian mengungkapkan pergumulan batin-Nya sendiri. Ini adalah salah satu momen paling manusiawi dan sekaligus paling ilahi dalam Injil.
A. Pergumulan Hati Yesus: Manusiawi dan Ilahi (Ay. 27)
Kata "gelisah" (Yunani: tetaraktai) menunjukkan ketakutan, kecemasan, dan kesusahan yang mendalam. Ini bukan hanya ketakutan akan rasa sakit fisik, tetapi lebih kepada beban dosa dunia yang akan Ia tanggung dan keterpisahan sementara dari Bapa yang akan Ia alami di salib. Yesus, sebagai manusia sejati, merasakan kesusahan yang luar biasa saat menghadapi cawan penderitaan. Ini mirip dengan pergumulan-Nya di taman Getsemani kelak (Matius 26:36-46).
Pertanyaan retoris "Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?" menunjukkan bahwa Yesus sepenuhnya sadar akan kengerian yang menanti-Nya. Namun, Ia dengan cepat menolak gagasan untuk mundur dari misi-Nya. Dengan tegas Ia berkata, "Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini." Ini adalah pernyataan ketaatan mutlak dan determinasi yang teguh. Yesus memahami bahwa penderitaan dan kematian-Nya adalah esensi dari tujuan kedatangan-Nya ke dunia. Ini adalah kehendak Bapa, dan Ia datang untuk menggenapinya.
- Empati Ilahi: Pergumulan Yesus ini menunjukkan bahwa Ia dapat berempati dengan kelemahan dan ketakutan manusia. Ia tidak asing dengan penderitaan.
- Ketaatan Sempurna: Di tengah kegelisahan, ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa tetap utuh. Ini adalah model bagi kita untuk menghadapi kesulitan dengan iman dan ketaatan, meskipun hati kita mungkin gelisah.
B. Doa Permohonan dan Suara Ilahi (Ay. 28-30)
Sebagai respons atas pergumulan-Nya, Yesus berdoa:
Doa Yesus bukan untuk diselamatkan dari penderitaan, melainkan untuk memuliakan nama Bapa. Fokus-Nya selalu pada Bapa. Ia mencari kehendak Bapa, bukan kenyamanan diri-Nya. Dan Bapa merespons dengan cara yang menakjubkan—suara dari langit. Ini adalah salah satu dari tiga kali Allah Bapa berbicara langsung dari surga dalam Injil (lainnya di pembaptisan Yesus dan transfigurasi). Suara itu menegaskan:
- Penegasan Misi: Allah Bapa menegaskan bahwa Ia telah memuliakan nama-Nya melalui kehidupan dan pelayanan Yesus, dan akan memuliakannya lagi melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Ini adalah penegasan ilahi atas jalan yang Yesus tempuh.
- Dukungan Ilahi: Di tengah kegelisahan yang manusiawi, Yesus menerima dukungan dan konfirmasi ilahi langsung dari Bapa.
Respons orang banyak terhadap suara ini bervariasi:
30 Jawab Yesus: "Suara itu datang bukan karena Aku, melainkan karena kamu.
Beberapa mengira itu hanya guntur, yang lain mengira malaikat berbicara. Ini menunjukkan keterbatasan pemahaman manusia terhadap manifestasi ilahi. Namun, Yesus menjelaskan bahwa suara itu bukan untuk meneguhkan diri-Nya (Ia sudah tahu misi-Nya), melainkan "karena kamu." Suara itu berfungsi sebagai kesaksian bagi orang banyak, membuktikan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan bahwa misi-Nya didukung oleh Bapa. Ini adalah konfirmasi publik yang dimaksudkan untuk memperkuat iman atau membawa pertobatan bagi mereka yang mendengarnya.
Bagian ini menegaskan kemanusiaan Yesus dalam pergumulan dan keilahian-Nya dalam ketaatan yang sempurna kepada Bapa. Sekaligus, Allah Bapa memberikan kesaksian langsung yang mengukuhkan misi Yesus di hadapan banyak orang.
IV. Kemenangan Salib: Mengalahkan Kegelapan dan Menarik Semua Orang (Ay. 31-33)
Setelah pengesahan ilahi, Yesus melanjutkan dengan menyatakan konsekuensi kosmis dari peristiwa yang akan datang—penghakiman atas dunia dan penarikan semua orang kepada-Nya melalui salib.
A. Penghakiman Dunia dan Kejatuhan Penguasa Kegelapan (Ay. 31)
Pernyataan ini sangat kuat dan memiliki implikasi teologis yang mendalam. "Sekarang" (Yunani: nyn) menunjukkan urgensi dan realitas yang segera. Meskipun salib belum terjadi, dalam pandangan ilahi, dampaknya sudah pasti dan sedang berlangsung. Salib adalah titik balik kosmis, bukan hanya sejarah.
- Penghakiman Dunia: Salib Kristus adalah standar di mana dunia dihakimi. Dunia yang menolak kasih Allah yang dinyatakan di salib akan menghadapi penghakiman. Ini bukan penghakiman destruktif semata, tetapi juga pemisahan antara kebenaran dan kebohongan, terang dan gelap.
- Penguasa Dunia Ini Dicampakkan: "Penguasa dunia ini" adalah gelar untuk Iblis, Satan (Yohanes 14:30; 16:11). Salib Kristus adalah kekalahan telak bagi Iblis dan kerajaan kegelapannya. Meskipun Iblis masih memiliki pengaruh di dunia, kuasanya telah dipatahkan secara definitif di kayu salib. Kematian dan kebangkitan Yesus membatalkan kekuatan dosa dan maut yang digunakan Iblis untuk memperbudak manusia (Ibrani 2:14-15).
- Kemenangan Rohani: Kemenangan Kristus atas Iblis bukan melalui kekuatan militer atau politik, melainkan melalui pengorbanan diri yang tak terbatas, menunjukkan kasih dan keadilan Allah yang tertinggi.
B. "Ditinggikan dari Bumi": Menarik Semua Orang Melalui Salib (Ay. 32-33)
33 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Frasa "ditinggikan dari bumi" adalah eufemisme untuk penyaliban, sebuah hukuman yang kejam di mana seseorang digantung tinggi di kayu salib. Dalam Injil Yohanes, frasa ini muncul tiga kali (3:14; 8:28; 12:32) dan selalu merujuk pada salib, namun dengan makna ganda: baik sebagai metode kematian Yesus (diangkat secara fisik) maupun sebagai pengangkatan atau peninggian-Nya secara ilahi dalam kemuliaan.
- Metode Kematian: Ayat 33 dengan jelas menyatakan bahwa "Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati." Jadi, secara harfiah, itu berarti digantung di salib.
- Peninggian/Pengangkatan: Namun, salib juga merupakan momen peninggian Yesus dalam arti kemuliaan. Di salib, Kristus ditinggikan sebagai Raja, Imam, dan Kurban. Ini adalah "tahta" di mana Ia menyatakan kasih dan kuasa-Nya.
Dan melalui peninggian inilah Yesus akan "menarik semua orang datang kepada-Ku." Kata "semua orang" (Yunani: pantas) di sini tidak berarti setiap individu secara universal akan diselamatkan, melainkan mencakup orang-orang dari setiap bangsa, suku, dan bahasa—bukan hanya bangsa Israel. Ini adalah konfirmasi terhadap keinginan orang-orang Yunani di awal perikop. Salib Kristus memiliki daya tarik universal.
- Daya Tarik Salib: Kekuatan yang menarik ini bukanlah karena paksaan, melainkan karena kasih yang tak terbatas yang dinyatakan di salib. Kasih Allah yang rela berkorban untuk menebus umat manusia adalah magnet yang menarik hati yang keras sekalipun.
- Inklusivitas Injil: Pesan Injil tidak hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang, status, atau kebangsaan. Ini adalah Injil yang inklusif dan universal.
- Memulai Penuaian: Kematian Yesus di salib adalah awal dari penuaian besar bagi Kerajaan Allah, menjangkau seluruh penjuru bumi.
Dengan demikian, bagian ini menggarisbawahi bahwa salib, yang tampak sebagai simbol kekalahan dan kehinaan, sebenarnya adalah tempat kemenangan ilahi atas dosa dan Iblis, serta daya tarik yang tak tertandingi bagi seluruh umat manusia.
V. Tantangan Memahami Terang dan Berjalan di Dalamnya (Ay. 34-36)
Meskipun Yesus telah berbicara tentang kemuliaan, biji gandum, dan ditinggikan, orang banyak tetap bingung. Respons mereka menyoroti kesenjangan antara harapan Mesianik mereka dan realitas misi Yesus.
A. Kebingungan Orang Banyak: Mesias yang Tinggal Selama-lamanya (Ay. 34)
Orang banyak memiliki pemahaman umum dari Perjanjian Lama dan tradisi Yahudi bahwa Mesias akan menjadi raja yang kekal, yang kerajaannya tidak akan berkesudahan (Yesaya 9:6-7; Daniel 7:13-14). Konsep Mesias yang "ditinggikan" melalui kematian, apalagi kematian yang memalukan seperti penyaliban, sama sekali bertentangan dengan ekspektasi mereka.
- Harapan yang Salah: Mereka berharap Mesias yang berkuasa secara politis dan tak terkalahkan. Mereka tidak memahami bahwa kemuliaan Mesias justru akan dinyatakan melalui penderitaan dan pengorbanan-Nya.
- Pertanyaan tentang Identitas: Pertanyaan mereka, "Siapakah Anak Manusia itu?", menunjukkan kebingungan tentang identitas Yesus dan bagaimana Ia bisa sesuai dengan nubuatan Mesias yang mereka pahami.
Kesenjangan ini adalah inti dari penolakan banyak orang Yahudi terhadap Yesus. Mereka tidak dapat mendamaikan nubuatan tentang Mesias yang menderita (Yesaya 53) dengan nubuatan tentang Mesias yang berkuasa.
B. Panggilan untuk Berjalan dalam Terang: Urgensi Pilihan (Ay. 35-36a)
Alih-alih langsung menjawab pertanyaan tentang identitas-Nya atau Mesias yang kekal, Yesus mengalihkan fokus kembali kepada pesan yang lebih penting dan mendesak:
36a Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang."
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai "terang" dunia (Yohanes 8:12; 9:5). Ia adalah kebenaran, petunjuk, dan kehidupan. Namun, terang ini tidak akan selalu ada dalam bentuk fisik-Nya di antara mereka. Waktu pelayanan-Nya yang terang-terangan sudah singkat.
- Keterbatasan Waktu: "Hanya sedikit waktu lagi terang itu ada di antara kamu." Ini adalah peringatan keras bahwa kesempatan untuk merespons Yesus tidak akan berlangsung selamanya. Waktu untuk percaya, untuk mengikuti, dan untuk menerima terang itu akan segera berakhir. Ini merujuk pada kematian-Nya yang akan datang, di mana secara fisik Ia tidak lagi bersama mereka untuk mengajar dan melakukan mukjizat.
- Konsekuensi Kegelapan: Jika seseorang tidak berjalan dalam terang, kegelapan akan menguasainya. Orang yang berjalan dalam kegelapan tidak tahu ke mana ia pergi—ia tersesat, tanpa arah, dan menuju kehancuran. Kegelapan di sini melambangkan ketidaktahuan rohani, dosa, dan penolakan terhadap Allah.
- Panggilan untuk Percaya dan Bertindak: Yesus memanggil mereka untuk "berjalanlah selama kamu ada terang itu" dan "percayalah kepada terang itu." Ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk membuat keputusan di hadapan terang yang masih ada. Iman bukan hanya pengakuan intelektual, tetapi tindakan yang diwujudkan dalam cara hidup.
C. Menjadi Anak-anak Terang (Ay. 36a)
Tujuan dari berjalan dan percaya kepada terang adalah "supaya kamu menjadi anak-anak terang."
- Identitas Baru: Menjadi anak-anak terang berarti memiliki identitas baru, di mana hidup kita merefleksikan karakter terang itu sendiri: kebenaran, kekudusan, kasih, dan integritas. Kita menjadi saksi terang di dunia yang gelap.
- Bagian dari Keluarga Allah: Ini juga menyiratkan bahwa kita menjadi bagian dari keluarga Allah, yang membedakan kita dari "anak-anak kegelapan" (Efesus 5:8).
Ayat-ayat ini adalah peringatan yang relevan bagi setiap generasi. Kesempatan untuk merespons Injil dan menerima Kristus sebagai terang hidup kita tidak selalu ada. Ada urgensi untuk membuat keputusan sekarang, sebelum kesempatan itu berlalu dan kegelapan menguasai. Yesus, sebagai terang dunia, menawarkan jalan keluar dari kegelapan dosa dan kebingungan, menuju kehidupan yang penuh tujuan dan kemuliaan ilahi.
D. Yesus Pergi Bersembunyi: Simbol Penolakan dan Penarikan Diri (Ay. 36b)
Ayat terakhir ini adalah klimaks yang menyedihkan dari pelayanan publik Yesus. Kepergian-Nya untuk bersembunyi menandai berakhirnya pengajaran-Nya secara terbuka di hadapan orang banyak. Ini adalah tanda bahwa meskipun Ia telah menyatakan terang dan kebenaran dengan jelas, banyak yang tetap menolak untuk percaya atau memahami. Penarikan diri-Nya adalah konsekuensi dari ketidakpercayaan mereka, dan juga persiapan untuk peristiwa-peristiwa dramatis yang akan segera terjadi, yaitu penangkapan, persidangan, dan penyaliban-Nya.
- Konsekuensi Penolakan: Ketika terang ditolak, terang itu dapat ditarik. Ini adalah pelajaran yang mengharukan tentang betapa seriusnya penolakan terhadap tawaran keselamatan Allah.
- Mulai Fase Berikutnya: Penarikan diri ini juga menunjukkan bahwa Yesus sedang beralih ke fase terakhir misi-Nya, di mana Ia akan fokus pada murid-murid-Nya dan mempersiapkan diri untuk puncak pengorbanan-Nya.
Dengan demikian, perikop ini berakhir dengan nada yang mengingatkan kita akan keseriusan keputusan manusia dalam merespons Terang Dunia.
VI. Implikasi dan Aplikasi bagi Kehidupan Kita
Perikop Yohanes 12:20-36 bukan sekadar catatan historis tentang peristiwa di Yerusalem ribuan tahun lalu. Ini adalah firman Tuhan yang hidup dan berkuasa, dengan implikasi mendalam bagi setiap orang percaya hari ini. Mari kita tarik beberapa aplikasi kunci:
A. Panggilan untuk Pengorbanan Diri (Biji Gandum)
Prinsip biji gandum adalah inti dari kehidupan Kristen. Kita dipanggil untuk mati pada diri sendiri setiap hari:
- Melepaskan Keinginan Daging: Menyerahkan ambisi pribadi yang egois, keinginan dosa, dan kesenangan sesaat demi mengikuti kehendak Kristus.
- Melayani Orang Lain: Fokus bukan pada apa yang bisa kita dapatkan, melainkan pada bagaimana kita bisa melayani orang lain dengan kasih dan kerendahan hati.
- Menanggung Penderitaan demi Injil: Bersedia menghadapi tantangan, kritik, atau bahkan penolakan ketika kita hidup dan bersaksi bagi Kristus.
Pengorbanan ini bukanlah kehampaan, melainkan pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih kaya, lebih bermakna, dan berbuah. Seperti biji gandum yang menghasilkan banyak buah, kematian pada diri sendiri akan menghasilkan kehidupan rohani yang berkelimpahan dalam kita dan melalui kita.
B. Daya Tarik Salib yang Universal
Yesus berkata, "Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini mengingatkan kita bahwa:
- Salib adalah Pusat Pemberitaan: Fokus utama dari Injil adalah salib Kristus, di mana kasih Allah dinyatakan secara sempurna, dosa diampuni, dan kehidupan kekal ditawarkan. Kita tidak perlu mencari trik atau metode lain untuk menarik orang kepada Kristus; salib itu sendiri memiliki daya tarik yang kuat.
- Misi untuk Semua Bangsa: Seperti orang Yunani yang datang mencari Yesus, ada banyak orang dari berbagai latar belakang, budaya, dan negara yang haus akan kebenaran dan kehidupan. Kita dipanggil untuk menjadi perpanjangan tangan Allah untuk membawa mereka kepada Kristus, seperti Filipus dan Andreas.
- Kesaksian Hidup: Cara kita menjalani hidup sebagai pengikut Kristus, yang rela berkorban dan mengasihi, menjadi kesaksian yang kuat yang menarik orang lain kepada-Nya.
C. Urgensi Berjalan dalam Terang
Peringatan Yesus tentang "sedikit waktu lagi terang itu ada" adalah panggilan untuk segera merespons:
- Jangan Menunda Iman: Jika kita belum menaruh iman kita kepada Kristus, tidak ada waktu yang lebih baik daripada sekarang. Masa depan tidak ada yang tahu, dan kesempatan untuk berbalik kepada terang mungkin tidak selalu ada.
- Hidup dalam Ketaatan: Bagi orang percaya, berjalan dalam terang berarti hidup sesuai dengan ajaran Kristus, menaati firman-Nya, dan membiarkan Roh Kudus memimpin setiap langkah kita. Ini adalah hidup yang transparan, tanpa rahasia kegelapan.
- Menjadi Anak-anak Terang: Kita dipanggil untuk merefleksikan terang Kristus di dunia yang gelap. Melalui perkataan, perbuatan, dan karakter kita, orang lain harus bisa melihat terang Kristus dan tertarik kepada-Nya. Ini adalah panggilan untuk menjadi garam dan terang dunia.
D. Kemenangan atas Kegelapan
Kita belajar dari perikop ini bahwa salib adalah kemenangan atas "penguasa dunia ini." Ini memberikan kita harapan dan keberanian:
- Tidak Perlu Takut kepada Iblis: Kuasa Iblis telah dipatahkan oleh Kristus. Meskipun ia masih aktif, ia adalah musuh yang telah dikalahkan. Kita memiliki kuasa di dalam nama Yesus untuk menolak godaan dan berdiri teguh melawan tipu dayanya.
- Hidup dalam Kebebasan: Kristus telah membebaskan kita dari perbudakan dosa dan ketakutan akan kematian. Kita dapat hidup dalam kebebasan yang diberikan oleh salib.
E. Penghargaan dari Bapa
Janji bahwa "Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa" adalah motivasi yang kuat:
- Melayani dengan Motivasi yang Benar: Kita melayani bukan untuk pujian manusia atau keuntungan duniawi, tetapi karena kasih kita kepada Kristus dan keinginan kita untuk memuliakan Bapa.
- Jaminan Penghargaan Kekal: Setiap pengorbanan, setiap tindakan pelayanan yang tulus, setiap usaha untuk mengikut Kristus, tidak akan pernah luput dari perhatian Bapa. Ada janji penghargaan kekal yang menanti mereka yang setia.
VII. Penutup: Terus Berjalan dalam Terang Menuju Kemuliaan
Perikop Yohanes 12:20-36 adalah sebuah simfoni teologis yang merangkum inti misi Yesus: kemuliaan melalui penderitaan, kehidupan melalui kematian. Dari kerinduan bangsa-bangsa hingga panggilan untuk menjadi anak-anak terang, setiap ayat mengundang kita untuk merenungkan kedalaman kasih Allah dan konsekuensi dari respons kita terhadap kasih itu.
Kita telah melihat Yesus, Sang Anak Manusia, menghadapi saat yang paling genting dalam misi-Nya. Dengan hati yang gelisah namun ketaatan yang sempurna, Ia memeluk takdir-Nya di salib, mengetahui bahwa itulah jalan satu-satunya menuju kemuliaan Bapa dan keselamatan bagi umat manusia. Ia adalah biji gandum yang jatuh ke dalam tanah, mati, dan menghasilkan panen kehidupan yang tak terhitung jumlahnya.
Bagi kita hari ini, pesan ini adalah panggilan yang jelas dan mendesak. Apakah kita bersedia menjadi seperti biji gandum, mati pada diri sendiri agar Kristus dapat hidup melalui kita dan menghasilkan buah bagi Kerajaan-Nya? Apakah kita siap untuk mengambil salib kita setiap hari, mengikuti jejak-Nya dalam pengorbanan dan pelayanan?
Yang terpenting, apakah kita berjalan dalam terang yang telah Dia berikan? Terang Kristus masih bersinar terang, namun kita tidak tahu berapa lama kesempatan itu akan ada bagi kita secara pribadi atau secara kolektif. Marilah kita mengambil keputusan untuk percaya kepada Terang itu, untuk hidup sebagai anak-anak terang, dan untuk membiarkan terang-Nya memandu setiap langkah kita.
Dengan melakukan itu, kita tidak hanya akan menemukan hidup yang sejati dan kekal, tetapi juga menjadi saluran bagi terang-Nya untuk menjangkau dunia yang masih bergumul dalam kegelapan. Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk hidup seturut dengan panggilan mulia ini, membawa kemuliaan bagi Allah Bapa melalui Anak-Nya, Yesus Kristus, Sang Terang Dunia.