Khotbah: Janji Harapan dan Nilai Ilahi dalam Yesaya 43:1-7

Menyelami Kasih Setia dan Tujuan Allah Bagi Hidup Kita

Pendahuluan: Cahaya di Tengah Kegelapan

Kitab Yesaya, khususnya pasal 40-55, sering disebut sebagai "Kitab Penghiburan". Bagian ini ditulis pada masa-masa paling kelam dalam sejarah Israel, yaitu periode pembuangan di Babel. Bangsa Israel telah kehilangan segalanya: tanah air mereka dirampas, Bait Suci dihancurkan, raja mereka ditawan, dan identitas mereka sebagai umat Allah yang kudus dipertanyakan. Mereka merasa ditinggalkan, dilupakan, dan tidak berharga di hadapan Allah. Dalam keputusasaan yang mendalam ini, suara Nabi Yesaya terdengar nyaring, membawa pesan pengharapan yang radikal, sebuah pengingat akan kasih setia Allah yang tak tergoyahkan, bahkan di tengah kehancuran.

Bayangkan keadaan mereka: jauh dari rumah, hidup di bawah kekuasaan bangsa asing, dikelilingi oleh budaya dan dewa-dewa yang berbeda. Mereka meragukan apakah Allah mereka, Yahweh, benar-benar berkuasa atau apakah Ia telah meninggalkan mereka selamanya. Di sinilah Yesaya 43:1-7 muncul sebagai mercusuar harapan, bukan hanya untuk Israel kuno, tetapi juga untuk kita hari ini yang mungkin menghadapi "pembuangan" pribadi dalam hidup kita – situasi yang membuat kita merasa tak berdaya, tidak berharga, dan sendirian. Ayat-ayat ini adalah deklarasi ilahi tentang identitas, nilai, dan tujuan kita yang mendalam dalam Allah.

Pesan inti dari Yesaya 43:1-7 adalah bahwa Allah kita adalah Allah yang hadir, yang menebus, yang menghargai, dan yang memulihkan. Dia tidak pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan ketika mereka melalui lembah bayang-bayang maut atau api pencobaan. Mari kita selami setiap ayatnya untuk memahami kekayaan janji-janji ini.

Tangan ilahi melindungi manusia Gambar tangan besar yang menangkup dan melindungi sosok manusia kecil di bawahnya, melambangkan perlindungan, penebusan, dan pemeliharaan Allah.
Tangan Ilahi melindungi dan menopang, melambangkan janji perlindungan dan pemeliharaan Allah.

Yesaya 43:1: "Jangan takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku memanggil engkau dengan namamu; engkau ini kepunyaan-Ku."

Pesan Anti-Ketakutan Ilahi

Ayat pertama ini adalah fondasi dari seluruh bagian. Dimulai dengan perintah yang paling mendasar namun seringkali paling sulit untuk dipatuhi: "Jangan takut." Mengapa Allah harus memerintahkan umat-Nya untuk tidak takut? Karena ketakutan adalah respons alami manusia terhadap ancaman, ketidakpastian, dan penderitaan. Bagi Israel di pembuangan, ketakutan adalah realitas sehari-hari – ketakutan akan penindasan, kelaparan, kehilangan identitas, dan yang paling parah, ketakutan bahwa Allah telah meninggalkan mereka.

Perintah "Jangan takut" di sini bukan sekadar nasihat, melainkan sebuah proklamasi yang didasarkan pada tiga kebenaran ilahi yang kokoh:

1. "Aku telah menebus engkau." (Basis Penebusan)

Kata "menebus" (גָּאַל - ga'al dalam bahasa Ibrani) memiliki makna yang kaya. Ini merujuk pada tindakan seorang kerabat yang bertanggung jawab (go'el) untuk membeli kembali, membebaskan, atau menyelamatkan anggota keluarga dari perbudakan, kemiskinan, atau bahaya. Ini adalah tindakan aktif dari pihak Allah untuk campur tangan dan menyelamatkan umat-Nya. Bagi Israel, ini mengingatkan mereka pada pembebasan dari perbudakan di Mesir, sebuah peristiwa penebusan yang menjadi identitas inti mereka.

2. "Aku memanggil engkau dengan namamu." (Basis Hubungan Pribadi)

Tindakan "memanggil dengan nama" di budaya Timur Dekat kuno adalah tanda keintiman, kepemilikan, dan otoritas. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya mengetahui umat-Nya secara massal, tetapi secara individu dan pribadi. Dia mengenal setiap orang dari kita dengan nama, dengan segala keunikan dan sejarah hidup kita.

3. "Engkau ini kepunyaan-Ku." (Basis Kepemilikan Ilahi)

Pernyataan ini adalah puncak dari dua janji sebelumnya. Karena Allah telah menebus dan mengenal kita secara pribadi, maka kita adalah milik-Nya. Ini adalah deklarasi kepemilikan yang mutlak. Namun, kepemilikan ilahi ini jauh dari perbudakan; sebaliknya, itu adalah sumber keamanan, identitas, dan tujuan terbesar kita.

Yesaya 43:2: "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau."

Kehadiran Allah di Tengah Badai

Ayat ini adalah gambaran yang sangat kuat tentang janji kehadiran Allah di tengah-tengah cobaan hidup. "Air" dan "api" adalah metafora universal untuk bahaya ekstrem, penderitaan yang melumpuhkan, dan situasi yang mengancam jiwa. Ini bukan janji bahwa Allah akan mencegah kita dari menghadapi kesulitan, melainkan janji bahwa Dia akan bersama kita di dalamnya.

1. "Apabila engkau menyeberang melalui air... atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan."

Air yang meluap dan sungai yang deras melambangkan:

Janji Allah bukanlah bahwa air itu tidak akan ada, tetapi bahwa kita "tidak akan dihanyutkan." Ini berbicara tentang perlindungan ilahi yang memastikan integritas kita tetap terjaga, bahwa kita tidak akan sepenuhnya dikalahkan atau hancur oleh kekuatan-kekuatan tersebut. Ini adalah janji untuk tetap berdiri teguh, bahkan ketika dunia di sekitar kita runtuh.

2. "Apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau."

Api adalah metafora yang sama kuatnya, melambangkan:

Sekali lagi, Allah tidak berjanji bahwa api itu tidak akan datang. Sebaliknya, Dia berjanji bahwa kita "tidak akan dihanguskan" dan "nyala api tidak akan membakar" kita. Ini mengingatkan kita pada kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego di dalam dapur api yang menyala-nyala (Daniel 3), di mana mereka berjalan di tengah api tanpa terbakar, bahkan bau asap pun tidak melekat pada pakaian mereka, dan Yang Keempat—Sosok seperti Anak Allah—menyertai mereka. Ini adalah bukti nyata dari janji Yesaya 43:2.

Inti Janji: "Aku akan menyertai engkau"

Di balik semua metafora yang kuat ini, inti dari janji ini adalah frasa sederhana namun mendalam: "Aku akan menyertai engkau." Kehadiran Allah bukanlah kehadiran yang pasif; itu adalah kehadiran yang aktif, yang menopang, yang melindungi, dan yang memimpin. Ini adalah jaminan bahwa kita tidak pernah sendirian dalam perjuangan kita.

Sosok berjalan melewati air dan api dengan perlindungan ilahi Gambar sosok manusia berjalan tenang melewati gelombang air yang tinggi di satu sisi dan kobaran api di sisi lain. Ada aura cahaya dari atas yang melindunginya, melambangkan kehadiran dan perlindungan Allah dalam cobaan.
Janji penyertaan ilahi: melewati air dan api tanpa dihancurkan, karena kehadiran Allah yang melindungi.

Yesaya 43:3: "Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Israel, Juruselamatmu; Aku memberikan Mesir sebagai tebusanmu, Etiopia dan Seba ganti engkau."

Identitas Allah dan Kedaulatan-Nya

Ayat ini memperkuat dasar dari janji-janji sebelumnya dengan menyatakan identitas dan kedaulatan Allah. Allah tidak hanya menjanjikan penghiburan dan perlindungan, tetapi Dia juga mengungkapkan siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan di masa lalu sebagai jaminan untuk masa depan. Deklarasi ini penting karena di tengah pembuangan, umat Israel mungkin meragukan kekuatan Allah mereka dibandingkan dengan dewa-dewa Babel yang perkasa.

1. "Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Israel, Juruselamatmu."

2. "Aku memberikan Mesir sebagai tebusanmu, Etiopia dan Seba ganti engkau."

Bagian ini sering menjadi bagian yang menantang untuk dipahami. Ini menunjuk pada tindakan kedaulatan Allah dalam sejarah untuk memulihkan umat-Nya. Dalam konteks historis, ini kemungkinan merujuk pada peristiwa-peristiwa di mana Allah mengizinkan bangsa-bangsa besar ini jatuh atau menyerahkan wilayah mereka sebagai imbalan untuk pembebasan Israel. Ada beberapa interpretasi mengenai ayat ini:

Ayat ini adalah pengingat yang kuat bahwa Allah Israel bukanlah dewa lokal yang lemah, melainkan Allah yang berdaulat atas seluruh bumi. Dia mampu menggerakkan gunung dan menenggelamkan kerajaan untuk menyelamatkan umat-Nya. Janji ini memberikan penghiburan bahwa bahkan dalam situasi yang paling mustahil sekalipun, Allah memiliki sumber daya dan kuasa untuk bertindak.

Yesaya 43:4: "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu."

Nilai dan Kasih Ilahi yang Tanpa Syarat

Ini adalah salah satu ayat yang paling mengharukan dan mendalam dalam seluruh Alkitab. Ini secara langsung mengatasi perasaan tidak berharga yang mungkin dialami umat Israel di pembuangan. Allah tidak hanya menyatakan kekuatan dan rencana-Nya, tetapi juga kasih dan penilaian-Nya terhadap umat-Nya.

1. "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia."

Kata "berharga" (יָקָר - yaqar) dan "mulia" (כָּבֵד - kaved, sering diterjemahkan sebagai "berat" atau "kemuliaan") adalah kata-kata yang kuat.

Ini adalah kebenaran yang revolusioner. Di dunia yang menghargai manusia berdasarkan kekuatan, kekayaan, atau status, Allah menyatakan bahwa nilai kita tidak berasal dari hal-hal eksternal ini, melainkan dari pandangan-Nya terhadap kita. Ini melawan narasi pembuangan yang mengatakan bahwa mereka tidak berguna atau ditinggalkan.

2. "Dan Aku mengasihi engkau."

Pernyataan sederhana namun sangat transformatif ini adalah alasan mendasar mengapa Israel berharga dan mulia. Kasih Allah bukanlah respons terhadap nilai bawaan mereka, melainkan sumber dari nilai itu sendiri. Karena Allah mengasihi, Dia menjadikan mereka berharga.

3. "Maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu."

Pernyataan ini mengulang dan memperkuat gagasan dari ayat 3, tetapi dengan penekanan pada kasih. Karena Israel sangat berharga dan dikasihi, Allah bersedia untuk mengorbankan—atau mengarahkan sejarah untuk mengorbankan—bangsa-bangsa lain demi keselamatan mereka. Ini adalah bukti ekstrem dari betapa berharganya Israel di mata-Nya.

Yesaya 43:5: "Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, Aku akan membawa anak-anakmu dari timur, dan mengumpulkan engkau dari barat."

Pernyataan Ulang Keyakinan dan Janji Pemulihan Global

Allah mengulang kembali perintah "Jangan takut," yang menunjukkan pentingnya mengatasi ketakutan sebagai respons terhadap janji-janji-Nya. Pengulangan ini bukan redundansi, melainkan penekanan ilahi untuk menenangkan jiwa yang gelisah dan meyakinkan hati yang ragu. Janji penyertaan Allah adalah dasar dari keberanian kita.

1. "Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau."

Pengulangan ini berfungsi sebagai:

2. "Aku akan membawa anak-anakmu dari timur, dan mengumpulkan engkau dari barat."

Bagian kedua dari ayat ini adalah janji pemulihan yang konkret dan luas. Bagi Israel yang terpencar di berbagai wilayah kekaisaran Babel dan di luar itu, janji untuk "membawa" dan "mengumpulkan" ini adalah suara kebebasan dan reuni.

Janji ini memberikan pengharapan bahwa bahkan ketika kita merasa terpencar, kehilangan arah, atau terasing dari komunitas, Allah memiliki rencana untuk mengumpulkan kita. Ini bisa berarti pemulihan hubungan keluarga, kembali ke gereja setelah masa kemunduran, atau menemukan kembali arah hidup kita setelah masa kebingungan.

Yesaya 43:6: "Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! Dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi."

Kedaulatan Allah atas Seluruh Ciptaan

Ayat ini memperluas janji pemulihan dari ayat 5, menunjukkan sejauh mana kedaulatan Allah dalam menggenapi janji-Nya. Dia tidak hanya akan mengumpulkan umat-Nya dari timur dan barat, tetapi Dia juga akan memerintahkan seluruh ciptaan, setiap arah mata angin, untuk bekerja sama dalam rencana pemulihan-Nya.

1. "Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! Dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan!"

Perintah ini adalah personifikasi dari arah mata angin, menunjukkan bahwa Allah memiliki otoritas mutlak atas setiap sudut bumi dan setiap bangsa.

2. "Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi."

Pernyataan ini menggarisbawahi beberapa poin penting:

Ayat ini memberikan pengharapan besar bagi mereka yang merasa terasing atau terpencar. Ini mengingatkan kita bahwa tidak peduli seberapa jauh kita telah tersesat atau seberapa terisolasi kita merasa, Allah memiliki kuasa untuk menemukan kita, memanggil kita pulang, dan mengintegrasikan kita kembali ke dalam keluarga-Nya.

Globe dengan sosok orang berkumpul menuju cahaya Gambar bumi/globe dengan beberapa sosok manusia yang berbeda etnis dan usia berjalan dari berbagai penjuru menuju satu titik pusat yang bercahaya, melambangkan janji pengumpulan umat Allah dari seluruh dunia untuk kemuliaan-Nya.
Pengumpulan dan tujuan: Umat Allah dipanggil pulang dari segala penjuru untuk memuliakan-Nya.

Yesaya 43:7: "semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku, yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan."

Tujuan Akhir: Kemuliaan Allah

Ayat terakhir ini adalah klimaks dari seluruh bagian, menjelaskan tujuan akhir dari semua tindakan Allah yang mulia: penebusan, penyertaan, dan pemulihan. Semua ini bermuara pada satu tujuan, yaitu kemuliaan Allah. Ini menegaskan bahwa hidup kita, sebagai umat-Nya, memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar kebahagiaan atau kenyamanan pribadi.

1. "Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku."

Ini merujuk kembali pada ayat 1 ("Aku memanggil engkau dengan namamu; engkau ini kepunyaan-Ku"). Ini menegaskan identitas kita yang melekat pada Allah. Disebutkan dengan nama-Nya berarti kita adalah duta-Nya, representasi-Nya di dunia, dan identitas kita terikat pada nama dan karakter-Nya.

2. "Yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku."

Inilah pernyataan tujuan utama kita. Kita diciptakan bukan untuk diri kita sendiri, tetapi untuk memuliakan Pencipta kita.

3. "Yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan."

Frasa ini menekankan intervensi kreatif dan formatif Allah yang terus-menerus dalam hidup kita.

Ketiga kata kerja ini ("ciptakan," "bentuk," "jadikan") secara bersama-sama melukiskan gambaran tentang Allah yang terlibat sepenuhnya dalam keberadaan kita, dari awal hingga akhir, dengan tujuan tunggal: agar kita memuliakan Dia. Ini memberikan makna dan tujuan yang mendalam bagi setiap aspek kehidupan kita.

Tema-Tema Utama dari Yesaya 43:1-7

Setelah menjelajahi setiap ayat, mari kita simpulkan beberapa tema utama yang muncul dari bagian yang kuat ini. Tema-tema ini tidak hanya relevan untuk Israel kuno tetapi juga berbicara dengan kuat kepada kita di zaman modern.

1. Kehadiran Allah yang Tak Tergoyahkan (Immanuel)

Pesan "Aku menyertai engkau" adalah benang merah yang mengikat seluruh bagian ini. Di tengah ketakutan (ayat 1, 5), di tengah bahaya air dan api (ayat 2), di tengah pembuangan dan keterpencilan (ayat 5, 6), Allah berjanji untuk hadir secara aktif. Ini bukan kehadiran yang pasif atau acuh tak acuh, melainkan kehadiran yang melindungi, menopang, dan memimpin. Kehadiran-Nya adalah jaminan utama bagi kedamaian dan keamanan kita.

2. Penebusan dan Kepemilikan Ilahi

Allah menyatakan, "Aku telah menebus engkau" dan "engkau ini kepunyaan-Ku." Ini adalah deklarasi kepemilikan yang didasarkan pada tindakan penebusan yang penuh kasih. Kita tidak lagi menjadi budak dosa, ketakutan, atau keadaan, melainkan milik Allah yang telah membayar harga tertinggi untuk kita. Kepemilikan ini adalah sumber identitas, keamanan, dan kebebasan kita yang sejati.

3. Nilai dan Martabat yang Diberikan Allah

Salah satu pesan paling kuat dalam Yesaya 43:4 adalah bahwa kita "berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau." Di dunia yang sering mengukur nilai berdasarkan prestasi, penampilan, atau kekayaan, Allah menyatakan bahwa nilai kita berasal dari kasih-Nya yang tak terbatas. Kita tidak perlu berusaha mendapatkan nilai kita; itu sudah diberikan oleh Allah melalui kasih-Nya.

4. Janji Pemulihan dan Pengumpulan

Yesaya 43 tidak hanya tentang penghiburan di tengah penderitaan, tetapi juga tentang janji pemulihan yang nyata. Allah berjanji untuk "membawa" dan "mengumpulkan" umat-Nya dari setiap penjuru bumi. Ini adalah janji bahwa Allah akan mengembalikan apa yang hilang, menyatukan apa yang terpecah, dan memulihkan apa yang rusak. Ini bisa berlaku untuk pemulihan fisik, spiritual, atau relasional.

5. Tujuan Akhir: Kemuliaan Allah

Semua janji dan tindakan Allah dalam Yesaya 43:1-7 bermuara pada satu tujuan: "yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku." Kita diciptakan, ditebus, dibentuk, dan dipelihara bukan untuk diri kita sendiri, tetapi agar melalui hidup kita, Allah dipermuliakan. Hidup yang berpusat pada kemuliaan Allah adalah hidup yang paling bermakna dan memuaskan.

Aplikasi Kontemporer: Bagaimana Yesaya 43 Berbicara kepada Kita Hari Ini?

Pesan Yesaya 43:1-7, meskipun awalnya ditujukan kepada bangsa Israel di pembuangan, memiliki resonansi yang kuat dan relevansi abadi bagi kita di abad ke-21. Kita mungkin tidak mengalami pembuangan Babel secara literal, tetapi kita sering menghadapi "pembuangan" modern dalam berbagai bentuk.

1. Mengatasi Ketakutan dan Kecemasan

Di dunia yang penuh ketidakpastian—pandemi, ketidakstabilan ekonomi, krisis iklim, konflik sosial—ketakutan dan kecemasan adalah perasaan yang akrab. Ayat 1 dan 5 secara berulang kali menyerukan "Jangan takut." Mengapa kita tidak perlu takut? Karena Allah telah menebus kita, mengenal kita secara pribadi, dan kita adalah milik-Nya. Ketika kecemasan menguasai, kita diingatkan untuk mengalihkan pandangan kita dari keadaan yang menakutkan kepada Allah yang berdaulat dan setia.

2. Menghadapi Cobaan dan Kesulitan Hidup

Hidup ini tidak pernah mulus. Kita akan "menyeberang melalui air" dan "berjalan melalui api"—berarti kita akan menghadapi penyakit, kehilangan, kegagalan, atau penderitaan. Janji Yesaya 43:2 bukanlah janji kebebasan dari cobaan, melainkan janji kehadiran dan perlindungan ilahi di tengah-tengahnya. Kita mungkin tidak dihindarkan dari badai, tetapi kita dijamin tidak akan tenggelam atau hangus.

3. Membangun Harga Diri yang Kokoh

Budaya modern seringkali menuntut kita untuk mencari nilai diri dari sumber eksternal: penampilan, pekerjaan, media sosial, kekayaan. Ini adalah landasan yang rapuh yang dapat runtuh kapan saja. Yesaya 43:4 menawarkan fondasi yang kokoh: kita berharga dan mulia karena Allah mengasihi kita. Nilai kita tidak tergantung pada apa yang kita lakukan atau miliki, melainkan pada siapa yang memiliki kita dan seberapa besar Dia mengasihi kita.

4. Harapan di Tengah Keterpencilan dan Kehilangan

Banyak orang saat ini merasa terpencar, entah karena jarak fisik dari keluarga dan teman, isolasi sosial, atau bahkan rasa kehilangan arah dalam hidup. Janji Allah untuk "membawa" dan "mengumpulkan" dari "ujung-ujung bumi" adalah janji pemulihan yang luar biasa. Allah mampu menyatukan kembali apa yang telah terpisah, baik itu hubungan, tujuan hidup, atau rasa memiliki komunitas.

5. Hidup untuk Tujuan yang Lebih Besar: Kemuliaan Allah

Pada akhirnya, hidup kita bukan tentang kita. Yesaya 43:7 mengingatkan kita bahwa kita diciptakan, dibentuk, dan dijadikan "untuk kemuliaan-Ku." Ini adalah pembebasan dari beban untuk terus-menerus mencari pemenuhan diri dan sukacita yang lebih besar dalam hidup yang berpusat pada Allah. Ketika kita memuliakan Allah—melalui cara kita hidup, berbicara, bekerja, dan mengasihi—kita memenuhi tujuan tertinggi keberadaan kita.

Kesimpulan: Jaminan Abadi dari Allah

Khotbah dari Yesaya 43:1-7 adalah sebuah surat cinta ilahi, penuh dengan jaminan yang mendalam bagi jiwa yang letih, takut, dan merasa tidak berharga. Ini adalah pesan yang menyatakan bahwa identitas kita tidak terletak pada apa yang kita lakukan atau apa yang orang lain pikirkan tentang kita, melainkan pada siapa kita di mata Allah. Kita adalah milik-Nya, ditebus oleh-Nya, dikenal dengan nama kita, dan dikasihi dengan kasih yang tak terbatas.

Di setiap lembah bayang-bayang maut, di setiap kobaran api pencobaan, janji-Nya bergema: "Aku akan menyertai engkau." Ini bukan janji untuk menghindari penderitaan, melainkan janji kehadiran yang menguatkan, yang membuat kita tidak akan dihanyutkan atau dihanguskan.

Melalui kebenaran ini, kita menemukan bahwa kita bukan hanya berharga, tetapi mulia. Nilai ini tidak kita peroleh, melainkan dianugerahkan oleh Allah karena kasih-Nya yang mendalam. Dan semua ini, setiap janji, setiap tindakan, setiap pemulihan, memiliki tujuan akhir yang mulia: agar kita, umat-Nya, hidup untuk memuliakan Dia, yang telah menciptakan, membentuk, dan menjadikan kita.

Oleh karena itu, marilah kita melepaskan ketakutan dan kecemasan yang mengikat kita. Marilah kita berdiri teguh dalam janji kehadiran-Nya. Marilah kita menerima nilai dan kasih yang telah Dia tawarkan kepada kita. Dan marilah kita hidup setiap hari dengan tujuan yang jelas, untuk memuliakan Allah dalam segala yang kita lakukan, mengetahui bahwa di dalam Dia, kita benar-benar berharga dan memiliki harapan abadi.

Kebenaran Yesaya 43:1-7 adalah fondasi yang kokoh bagi iman, pengharapan, dan kasih kita. Peganglah erat-erat kebenaran ini, karena di dalamnya terdapat kedamaian sejati dan tujuan hidup yang kekal.