Pendahuluan: Di Ambang Penutup Wahyu
Kitab Wahyu, dengan segala misteri dan simbolismenya yang kaya, adalah permata terakhir dari kanon Alkitab. Ia membawa kita pada puncak sejarah keselamatan, menyingkap tabir masa depan, dan menegaskan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Namun, di tengah-tengah visi yang agung dan seringkali menakutkan tentang penghakiman dan kemenangan, terdapat pesan-pesan yang sangat pribadi dan menghibur, yang berbicara langsung kepada hati setiap orang percaya. Dua ayat yang akan menjadi fokus khotbah ini, Wahyu 22:12 dan 22:21, adalah seperti dua mercusuar yang menerangi jalan kita—satu menunjuk pada realitas kedatangan Kristus dan upah-Nya, dan yang lain mengakhiri seluruh narasi Alkitab dengan bisikan kasih karunia ilahi. Kedua ayat ini, meskipun tampak kontras pada pandangan pertama—satu berbicara tentang keadilan dan yang lain tentang anugerah—sebenarnya saling melengkapi, membentuk sebuah kesimpulan yang sempurna dan penuh harapan bagi perjalanan iman kita.
Kita akan menyelami kedalaman kedua ayat ini, memahami konteksnya dalam Kitab Wahyu, dan menarik aplikasi praktis untuk kehidupan kita saat ini. Bagaimana kita harus hidup di tengah penantian kedatangan Kristus yang segera? Apa makna "upah" yang dibawa-Nya, dan bagaimana hal itu berkaitan dengan "perbuatan" kita? Dan yang terpenting, bagaimana kasih karunia Tuhan Yesus yang menyertai kita sekalian menjadi fondasi dan penjamin dari segala harapan kita?
Gambar: Siluet salib terang di cakrawala dengan pancaran sinar, melambangkan kedatangan Kristus dan harapan.
Bagian Pertama: Wahyu 22:12 – Kedatangan, Upah, dan Keadilan Ilahi
"Lihatlah, Aku datang segera! Aku membawa upah-Ku untuk membalas setiap orang menurut perbuatannya."
Wahyu 22:12
1. "Lihatlah, Aku datang segera!" – Urgensi dan Harapan
Pernyataan ini adalah salah satu janji paling kuat dan berulang dalam Kitab Wahyu. Kata "segera" (bahasa Yunani: tachy) telah menjadi subjek diskusi yang intens sepanjang sejarah gereja. Apakah ini berarti dalam waktu dekat secara harfiah, atau mengacu pada kecepatan kedatangan-Nya ketika waktu itu tiba? Dalam konteks Alkitab, "segera" seringkali mengindikasikan kepastian dan urgensi, bukan selalu rentang waktu yang singkat menurut hitungan manusia. Bagi Tuhan, "satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari" (2 Petrus 3:8). Namun, makna utamanya adalah bahwa kita harus hidup dalam penantian yang konstan dan siap sedia, seolah-olah Kristus bisa datang kapan saja.
Janji kedatangan Kristus ini bukanlah ancaman bagi orang percaya, melainkan sumber harapan yang besar. Ini adalah puncak dari rencana keselamatan Tuhan, saat Ia akan mengakhiri penderitaan, menegakkan keadilan sepenuhnya, dan membawa umat-Nya ke dalam kemuliaan abadi. Penantian ini membentuk cara hidup kita. Ini memotivasi kita untuk hidup kudus, memberitakan Injil, dan melayani sesama dengan kasih. Dunia mungkin menertawakan penantian ini, tetapi bagi orang percaya, ini adalah jangkar jiwa yang pasti dan teguh.
A. Makna "Segera" dalam Konteks Apokaliptik
Dalam literatur apokaliptik, konsep waktu seringkali berbeda dari pemahaman kronologis kita. "Segera" di sini bisa diartikan sebagai "tiba-tiba" atau "tanpa peringatan lebih lanjut". Kedatangan Kristus akan menjadi peristiwa yang menentukan dan tak terhindarkan. Sejak saat Yohanes menerima penglihatan ini, setiap generasi orang percaya telah hidup di bawah bayang-bayang janji ini, mendorong mereka untuk tetap berjaga-jaga dan setia. Ini bukan hanya tentang penantian pasif, melainkan tentang penantian aktif, di mana setiap hari adalah kesempatan untuk mempersiapkan diri dan orang lain untuk perjumpaan dengan Raja yang akan datang.
B. Harapan di Tengah Kegelapan
Bagi jemaat mula-mula yang dianiaya, janji "Aku datang segera" adalah balsam bagi luka mereka dan kekuatan di tengah penderitaan. Ini menegaskan bahwa penderitaan mereka bukanlah akhir, melainkan prelude menuju kemenangan mutlak Kristus. Bagi kita saat ini, di tengah ketidakpastian dunia, janji ini tetap relevan. Ia mengingatkan kita bahwa ada tujuan ilahi yang lebih besar di balik setiap tantangan, dan bahwa Tuhan pada akhirnya akan membawa keadilan dan kedamaian yang sempurna.
2. "Aku membawa upah-Ku untuk membalas setiap orang menurut perbuatannya." – Keadilan dan Pertanggungjawaban
Ayat ini memperkenalkan konsep "upah" (bahasa Yunani: misthos) dan "perbuatan" (bahasa Yunani: ergon). Ini adalah pernyataan yang penting tentang keadilan ilahi. Kristus tidak hanya datang sebagai Hakim Agung, tetapi juga sebagai Pemberi Upah yang adil. Upah ini adalah balasan yang setara dengan perbuatan seseorang, baik itu baik maupun jahat. Penting untuk dicatat bahwa ini berbicara tentang penilaian atas perbuatan, yang berbeda dari keselamatan yang diterima melalui iman saja.
A. Upah Bukan untuk Keselamatan
Kita harus selalu ingat bahwa keselamatan adalah anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan karena perbuatan baik kita (Efesus 2:8-9). Upah yang dibicarakan di sini adalah tentang penghargaan atau konsekuensi atas kehidupan yang kita jalani setelah kita diselamatkan. Ini adalah tentang buah dari iman kita, tentang kesetiaan kita dalam melayani Tuhan, menggunakan karunia-karunia kita, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Alkitab penuh dengan referensi tentang upah bagi orang percaya yang setia: mahkota kehidupan, mahkota kebenaran, mahkota kemuliaan (Yakobus 1:12; 2 Timotius 4:8; 1 Petrus 5:4). Upah ini bukan tentang kebanggaan diri, melainkan tentang pengakuan dari Kristus atas kesetiaan dan pengorbanan yang kita lakukan demi nama-Nya. Ini mendorong kita untuk tidak hidup sia-sia, tetapi dengan tujuan dan makna yang kekal.
B. Makna "Menurut Perbuatannya"
"Perbuatannya" mencakup lebih dari sekadar tindakan fisik. Ini mencakup motif hati, sikap batin, kata-kata yang diucapkan, dan bahkan pikiran. Tuhan tidak hanya melihat apa yang kita lakukan, tetapi mengapa kita melakukannya. Dalam 1 Korintus 3:12-15, Paulus berbicara tentang pekerjaan yang dibangun di atas dasar Kristus, yang akan diuji oleh api. Pekerjaan yang dilakukan dengan motivasi yang murni dan bahan yang berkualitas (emas, perak, permata) akan bertahan dan menerima upah, sedangkan pekerjaan yang dilakukan dengan motivasi yang salah atau bahan yang rapuh (kayu, rumput kering, jerami) akan terbakar, meskipun orangnya sendiri diselamatkan.
Ini adalah seruan untuk introspeksi yang serius. Apakah kita melayani Tuhan dengan hati yang tulus, ataukah ada motivasi tersembunyi seperti pengakuan manusia, kekayaan, atau kekuasaan? Apakah kita menggunakan waktu, talenta, dan harta kita untuk kemuliaan-Nya atau untuk keuntungan pribadi? Setiap tindakan, setiap pilihan, setiap perkataan kita akan dipertimbangkan. Ini bukanlah penghakiman yang menakutkan bagi orang yang percaya, melainkan evaluasi yang adil oleh Dia yang mengenal kita sepenuhnya.
C. Keadilan Ilahi untuk Semua
Pernyataan "setiap orang" menggarisbawahi universalitas penghakiman ini. Tidak ada yang terkecuali. Setiap jiwa akan berdiri di hadapan Kristus. Bagi yang tidak percaya, ini berarti penghukuman atas dosa-dosa mereka dan penolakan terhadap anugerah Allah. Bagi yang percaya, ini berarti pertanggungjawaban atas bagaimana mereka menjalani hidup yang telah diselamatkan dan dipercayakan kepada mereka.
Konsep keadilan ilahi ini adalah fundamental dalam pemahaman kita tentang Tuhan. Ia adalah Allah yang kudus dan benar, yang tidak akan membiarkan kejahatan tanpa hukuman atau kesetiaan tanpa penghargaan. Ini memberikan kepastian bahwa pada akhirnya, semua ketidakadilan di dunia ini akan diluruskan, setiap tangisan akan didengar, dan setiap pengorbanan tidak akan sia-sia.
Implikasi Bagian Pertama untuk Kehidupan Kita:
- Hiduplah dalam Penantian Aktif: Jangan biarkan janji kedatangan Kristus menjadi sesuatu yang jauh atau abstrak. Hiduplah setiap hari dengan kesadaran bahwa Ia bisa datang kapan saja. Ini berarti menjaga hati kita tetap bersih, memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama, dan setia dalam panggilan kita.
- Periksalah Motif Hati Anda: Renungkan mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan dalam pelayanan, dalam pekerjaan, dalam hubungan. Apakah itu untuk kemuliaan Tuhan atau untuk diri sendiri? Mintalah Roh Kudus untuk membersihkan motivasi Anda dan menuntun Anda pada pelayanan yang tulus.
- Setia dalam Perkara Kecil: Upah tidak hanya diberikan untuk "perbuatan besar," tetapi juga untuk kesetiaan dalam hal-hal kecil sehari-hari. Sebuah kata dorongan, tindakan kebaikan yang tidak terlihat, doa yang sungguh-sungguh, pengorbanan kecil—semua ini memiliki nilai di mata Tuhan.
- Jangan Takut, Tetapi Bersemangat: Bagi orang percaya, penghakiman ini bukanlah untuk menakuti, melainkan untuk mendorong kita hidup dengan penuh semangat dan tujuan. Ini adalah kesempatan untuk melihat kerja keras dan kesetiaan kita diakui oleh Sang Raja sendiri.
Gambar: Dua tangan terbuka menerima cahaya terang, melambangkan anugerah dan rahmat ilahi.
Bagian Kedua: Wahyu 22:21 – Kasih Karunia Tuhan Yesus
"Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian. Amin."
Wahyu 22:21
1. Sebuah Penutup yang Agung dan Penuh Harapan
Setelah penglihatan tentang penghakiman, penderitaan, kemenangan atas kejahatan, dan janji kedatangan Kristus dengan upah-Nya, Kitab Wahyu—dan seluruh Alkitab—ditutup dengan sebuah berkat yang sederhana namun mendalam: "Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian. Amin." Ini adalah kata-kata terakhir yang diilhamkan dari seluruh kanon suci, sebuah kebenaran yang mengikat semua yang telah dibaca dan dialami dalam Alkitab. Ini adalah puncak teologis yang menegaskan bahwa di balik segala ancaman dan janji keadilan, ada kasih karunia Allah yang tak terbatas sebagai fondasi segala sesuatu.
Pikirkanlah tentang perjalanan yang telah kita lalui bersama Kitab Wahyu: Tujuh meterai, tujuh sangkakala, tujuh cawan murka, peperangan rohani, kejatuhan Babel, pengantin Kristus, Yerusalem Baru. Semua ini adalah gambaran yang sangat kompleks dan seringkali menakutkan. Namun, pada akhirnya, Kitab Suci tidak ditutup dengan sebuah peringatan keras tentang api neraka atau daftar panjang syarat-syarat yang harus dipenuhi. Sebaliknya, ia berakhir dengan sebuah penegasan lembut namun kuat tentang kasih karunia, yang menunjukkan sifat sejati Tuhan dan tujuan utama dari seluruh rencana-Nya.
A. Kontras yang Sempurna
Perhatikan kontras yang indah antara ayat 12 ("membalas setiap orang menurut perbuatannya") dan ayat 21 ("Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian"). Ayat 12 berbicara tentang keadilan dan pertanggungjawaban, sementara ayat 21 berbicara tentang anugerah yang tidak layak kita terima. Ini menunjukkan bahwa meskipun Tuhan adalah Hakim yang adil, Ia juga adalah Bapa yang penuh kasih, yang menyediakan jalan bagi kita untuk berdiri di hadapan-Nya, bukan berdasarkan kesempurnaan perbuatan kita, tetapi berdasarkan anugerah-Nya yang menyelamatkan. Tanpa kasih karunia, janji di ayat 12 akan menjadi kabar yang menakutkan bagi kita semua. Dengan kasih karunia, ayat 12 menjadi sebuah motivasi untuk hidup setia, karena kita tahu kita sudah diampuni dan diterima.
B. Ringkasan Injil
Frasa penutup ini, "Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian," adalah ringkasan sempurna dari Injil itu sendiri. Injil adalah kabar baik tentang kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. Melalui Yesus, kita menerima pengampunan dosa, hidup yang kekal, dan kemampuan untuk hidup kudus. Ini adalah hadiah cuma-cuma yang diberikan kepada mereka yang percaya, bukan sesuatu yang kita peroleh dengan usaha kita sendiri. Penutup ini mengingatkan kita bahwa dari awal sampai akhir, seluruh narasi Alkitab berakar pada kasih karunia Allah.
2. "Kasih karunia Tuhan Yesus" – Definisi dan Kedalaman
Kata "kasih karunia" (bahasa Yunani: charis) adalah salah satu konsep terpenting dalam teologi Kristen. Ini mengacu pada kebaikan, kemurahan, dan berkat Tuhan yang tidak layak kita terima, yang diberikan secara cuma-cuma, tanpa syarat, dan sepenuhnya berasal dari hati-Nya yang penuh kasih. Kasih karunia bukanlah sesuatu yang kita hasilkan atau peroleh; itu adalah pemberian dari atas.
A. Kasih Karunia sebagai Sumber Kehidupan
Kasih karunia Tuhan Yesus adalah sumber dari keselamatan kita (Efesus 2:8), kekuatan kita untuk melayani (1 Korintus 15:10), dan kemampuan kita untuk bertahan dalam pencobaan (2 Korintus 12:9). Tanpa kasih karunia, kita tidak akan memiliki harapan, tidak ada kekuatan, dan tidak ada kemampuan untuk mendekat kepada Allah yang kudus. Ia adalah oksigen rohani kita, yang memungkinkan kita untuk hidup, bernapas, dan bertumbuh dalam iman.
- Kasih Karunia yang Menyelamatkan: Ini adalah anugerah yang mengangkat kita dari kematian rohani menuju kehidupan, dari kegelapan menuju terang. Itu adalah pengampunan dosa kita melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.
- Kasih Karunia yang Menguduskan: Setelah diselamatkan, kasih karunia tidak berhenti bekerja. Ia memberdayakan kita untuk hidup kudus, untuk menolak keinginan daging dan untuk bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus.
- Kasih Karunia yang Mempertahankan: Di tengah badai kehidupan, kasih karunia Tuhanlah yang menopang kita, memberi kita kekuatan untuk tidak menyerah, dan keyakinan bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita.
B. Melampaui Pemahaman Manusia
Kedalaman kasih karunia ini melampaui pemahaman manusia. Bayangkan seorang hakim yang tidak hanya mengampuni seorang penjahat, tetapi juga mengadopsinya sebagai anak dan memberinya warisan. Itulah kira-kira gambaran tentang apa yang dilakukan Allah bagi kita melalui kasih karunia-Nya dalam Kristus. Ia tidak hanya mengampuni dosa-dosa kita, tetapi Ia juga menjadikan kita anak-anak-Nya, pewaris janji-janji-Nya, dan warga Kerajaan-Nya.
3. "Menyertai kamu sekalian. Amin." – Keberadaan dan Kepastian
Frasa "menyertai kamu sekalian" menegaskan bahwa kasih karunia Tuhan Yesus bukanlah privilese bagi beberapa orang pilihan saja, melainkan tersedia dan menyertai seluruh komunitas orang percaya—semua yang telah menaruh iman mereka kepada-Nya. Ini adalah berkat yang inklusif, merangkul setiap jemaat, setiap individu yang disebut dengan nama Kristus.
A. Karunia yang Universal bagi Orang Percaya
Ini adalah pengingat bahwa kita tidak sendirian dalam perjalanan iman kita. Kita adalah bagian dari tubuh Kristus, dan kasih karunia-Nya mengalir di antara kita sebagai komunitas. Berkat ini juga mendorong kita untuk saling mengasihi, saling mengampuni, dan saling melayani, karena kita semua adalah penerima kasih karunia yang sama.
Penyertaan kasih karunia ini tidak bergantung pada kinerja kita yang sempurna. Bahkan ketika kita jatuh dan gagal, kasih karunia-Nya tetap tersedia untuk mengangkat kita, mengampuni kita, dan memulihkan kita. Ini adalah janji tentang kehadiran Allah yang konstan dan tak tergoyahkan dalam hidup kita.
B. "Amin" – Penegasan dan Penutup yang Kuat
Kata "Amin" adalah penutup yang sempurna untuk seluruh Kitab Wahyu dan Alkitab. Berasal dari bahasa Ibrani, kata ini berarti "biarlah demikian," "sungguh," atau "setuju." Ini adalah sebuah penegasan yang penuh keyakinan dan kepastian. Dengan mengatakan "Amin," Yohanes (dan Roh Kudus melalui dia) menegaskan kebenaran dan keandalan dari janji kasih karunia ini.
- Ini adalah "Amin" untuk segala janji Allah.
- Ini adalah "Amin" untuk kemenangan Kristus.
- Ini adalah "Amin" untuk harapan kekal kita.
- Ini adalah "Amin" untuk kasih karunia yang tak berkesudahan yang menopang kita sampai Ia datang kembali.
Dengan "Amin" ini, Tuhan meyakinkan kita bahwa semua kebenaran yang telah diungkapkan dalam Kitab Suci adalah benar dan akan digenapi. Ini adalah fondasi yang kokoh untuk iman dan harapan kita.
Implikasi Bagian Kedua untuk Kehidupan Kita:
- Bersandar Sepenuhnya pada Kasih Karunia: Sadari bahwa segala yang Anda miliki dan harapkan, baik keselamatan maupun kekuatan untuk hidup, berasal dari kasih karunia Tuhan Yesus. Jangan berusaha mengandalkan kekuatan sendiri atau perbuatan baik Anda untuk mendapatkan perkenanan Allah.
- Jalani Hidup dengan Syukur: Jika kasih karunia adalah pemberian cuma-cuma, respons alami kita seharusnya adalah rasa syukur yang meluap-luap. Syukur ini akan memotivasi kita untuk melayani, memberi, dan mengasihi dengan sukacita.
- Perluas Kasih Karunia kepada Orang Lain: Karena kita telah menerima begitu banyak kasih karunia, kita dipanggil untuk memperluas kasih karunia yang sama kepada sesama. Ini berarti mengampuni orang yang menyakiti kita, menunjukkan belas kasihan kepada yang membutuhkan, dan berbagi Injil dengan dunia.
- Temukan Kedamaian dalam Penutup Ini: Di tengah kecemasan dan ketidakpastian, biarkan "Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian. Amin" menjadi sumber kedamaian dan ketenangan Anda. Ini adalah janji dari Allah yang setia bahwa Ia bersama Anda, menopang Anda, dan akan membawa Anda pulang.
Sintesis: Keadilan dan Anugerah yang Saling Melengkapi
Bagaimana mungkin Kitab Wahyu diakhiri dengan dua pernyataan yang seolah-olah bertolak belakang—satu tentang penghakiman berdasarkan perbuatan, dan yang lainnya tentang anugerah yang menyertai kita? Jawabannya terletak pada keindahan Injil itu sendiri. Kedua kebenaran ini tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi dan saling menjelaskan. Keadilan Allah menuntut pertanggungjawaban atas setiap perbuatan, tetapi kasih karunia-Nya menyediakan jalan bagi manusia berdosa untuk dapat bertahan dalam penghakiman itu.
Bagi orang percaya, kasih karunia bukanlah lisensi untuk berbuat dosa, melainkan kekuatan untuk hidup kudus. Karena kita telah menerima anugerah keselamatan secara cuma-cuma, kita termotivasi untuk hidup yang menyenangkan Tuhan, menghasilkan "perbuatan" yang layak untuk diupahi. Upah itu sendiri, pada dasarnya, adalah anugerah, karena kita tidak pernah bisa melakukan cukup banyak untuk "mendapatkan" kasih atau perkenanan Allah.
Kristus yang datang segera untuk membalas setiap orang menurut perbuatannya adalah Kristus yang sama yang kasih karunia-Nya menyertai kita sekalian. Ia adalah Hakim yang adil dan Juruselamat yang murah hati. Kita tidak berdiri di hadapan-Nya berdasarkan jasa-jasa kita sendiri, tetapi berdasarkan jasa-jasa Kristus yang telah dibungkus oleh anugerah-Nya. Perbuatan baik kita setelah diselamatkan adalah buah dari kasih karunia yang bekerja di dalam kita, bukan penyebab keselamatan kita.
1. Kasih Karunia sebagai Fondasi untuk Perbuatan yang Baik
Jika kita berusaha melakukan perbuatan baik dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan atau perkenanan Allah, itu adalah sia-sia. Namun, jika perbuatan baik kita mengalir dari hati yang telah diubahkan oleh kasih karunia, maka perbuatan itu menjadi wujud nyata dari iman kita. Kasih karunia memampukan kita untuk berbuat baik, bukan untuk diselamatkan, melainkan karena kita telah diselamatkan. Ini adalah kebenaran yang membebaskan dan memotivasi.
2. Pertanggungjawaban di Bawah Naungan Anugerah
Pernyataan tentang upah dan perbuatan seharusnya tidak membuat orang percaya takut, melainkan mendorong kita untuk hidup dengan keseriusan dan integritas. Kita tahu bahwa Tuhan melihat setiap detail hidup kita, dan Ia peduli. Namun, kita tahu bahwa ini bukan penghakiman yang mengutuk, melainkan penilaian yang adil dari Bapa yang mengasihi, yang akan menghargai setiap usaha yang tulus yang kita lakukan untuk Kerajaan-Nya, bahkan jika itu kecil dan tidak sempurna.
Penutup: Hidup dalam Penantian dan Anugerah
Kedua ayat ini, Wahyu 22:12 dan 22:21, memberikan kepada kita perspektif yang lengkap tentang akhir zaman dan kehidupan Kristen. Mereka memanggil kita untuk:
- Menanti dengan Berjaga-jaga: Kita harus hidup setiap hari dalam kesadaran akan kedatangan Kristus yang segera. Ini bukan hanya tentang persiapan di masa depan, tetapi tentang hidup yang setia dan berbuah di masa kini.
- Melayani dengan Integritas: Kita harus memeriksa hati dan motivasi kita dalam setiap perbuatan, melayani Tuhan dengan tulus dan dengan bahan yang akan bertahan dalam api penghakiman.
- Bersandar pada Kasih Karunia: Di atas segalanya, kita harus terus-menerus bersandar pada kasih karunia Tuhan Yesus. Ini adalah fondasi keselamatan kita, kekuatan kita, dan harapan kita. Tanpa kasih karunia, kita tidak akan pernah bisa memenuhi standar keadilan Allah.
- Membawa Berkat Anugerah: Karena kita telah menerima kasih karunia, kita juga dipanggil untuk menjadi saluran anugerah bagi orang lain, membagikan kabar baik Injil dan menunjukkan belas kasihan dalam dunia yang membutuhkan.
Marilah kita, sebagai orang percaya, hidup dengan sukacita dan damai sejahtera yang berasal dari keyakinan bahwa Kristus yang akan datang adalah Kristus yang sama yang kasih karunia-Nya menyertai kita sekalian. Amin.