Khotbah GMIM: Wanita dan Ibu dalam Iman & Pelayanan

Shalom, jemaat Tuhan yang terkasih, khususnya para wanita dan kaum ibu yang senantiasa diberkati. Adalah sebuah kehormatan bagi kita untuk bersama-sama merenungkan firman Tuhan yang akan menguatkan, menginspirasi, dan meneguhkan panggilan mulia kita sebagai wanita dan ibu dalam keluarga, gereja, dan masyarakat. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) senantiasa menempatkan peran wanita sebagai pilar penting dalam pertumbuhan iman dan pelayanan. Melalui khotbah ini, mari kita gali lebih dalam bagaimana Tuhan melihat dan memakai kita, kaum ibu, sebagai alat-Nya yang berharga.

Perjalanan iman seorang wanita adalah sebuah tapestry indah yang ditenun oleh tangan Tuhan sendiri. Sejak awal penciptaan, Tuhan telah mengaruniakan keunikan dan kekuatan tersendiri bagi wanita. Bukan sekadar pelengkap, melainkan penolong yang sepadan, yang memiliki kapasitas untuk melahirkan kehidupan, memelihara, mengasihi, dan menjadi agen perubahan yang transformatif. Dalam konteks GMIM, kita menyaksikan bagaimana semangat pelayanan dan dedikasi kaum ibu telah menjadi tulang punggung yang tak tergantikan dalam berbagai aspek kehidupan gereja. Mulai dari pelayanan diakonia, kategorial, pendidikan, hingga persekutuan doa, suara dan tangan kaum ibu senantiasa ada untuk melayani.

Salib bersinar dengan lingkaran cahaya, simbol iman dan harapan, relevan untuk khotbah GMIM.

I. Wanita dalam Perspektif Alkitab: Teladan Kekuatan dan Pelayanan

Mari kita menengok lembaran-lembaran Alkitab, di sana kita akan menemukan banyak sekali kisah inspiratif tentang wanita-wanita yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Mereka bukanlah figur yang pasif, melainkan pribadi-pribadi yang aktif, berani, beriman, dan penuh hikmat. Kisah-kisah ini menegaskan bahwa panggilan Tuhan tidak terbatas pada jenis kelamin atau status sosial, melainkan pada hati yang taat dan bersedia dipakai-Nya.

A. Hawa: Ibu dari Segala yang Hidup

Meskipun kisah Hawa sering dikaitkan dengan kejatuhan dosa, kita tidak boleh melupakan bahwa ia adalah "ibu dari segala yang hidup" (Kejadian 3:20). Ia adalah ciptaan Tuhan yang unik, penolong yang sepadan, diciptakan dengan martabat yang sama. Dari Hawa, kita belajar tentang pentingnya ketaatan dan bahaya godaan, tetapi juga tentang potensi regenerasi dan harapan yang selalu ada dalam kasih karunia Tuhan. Setiap wanita, setiap ibu, membawa dalam dirinya potensi untuk melahirkan dan memelihara kehidupan, baik secara fisik maupun spiritual.

B. Sara: Ibu Bangsa-Bangsa

Sara, istri Abraham, adalah contoh iman yang luar biasa. Meski awalnya ragu karena usianya yang lanjut, ia akhirnya percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan apa yang mustahil. Dari seorang wanita yang mandul, ia menjadi ibu dari Ishak, dan melalui dia, Tuhan membangun sebuah bangsa yang besar. Kisah Sara mengajarkan kita bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, dan bahkan dalam kelemahan manusia, kuasa Tuhan dapat dinyatakan. Para ibu GMIM, mari kita miliki iman seperti Sara, percaya bahwa Tuhan dapat melakukan hal-hal besar melalui kita, bahkan ketika kita merasa tidak mampu.

C. Miryam: Pemimpin dan Pujian

Miryam, saudari Musa dan Harun, adalah seorang nabiah dan pemimpin di antara kaum wanita Israel. Ia memimpin kaum wanita dalam pujian dan tari-tarian setelah penyeberangan Laut Merah (Keluaran 15:20-21). Ini menunjukkan bahwa wanita memiliki peran penting dalam kepemimpinan spiritual dan perayaan iman dalam sebuah komunitas. Kaum ibu memiliki karunia untuk memimpin dalam pujian, doa, dan menginspirasi orang lain untuk bersemangat dalam iman.

D. Debora: Hakim dan Nabi Wanita

Debora adalah salah satu figur wanita paling menonjol dalam Perjanjian Lama. Ia adalah seorang hakim dan nabiah yang memimpin bangsa Israel pada masanya (Hakim-hakim 4-5). Ia tidak hanya memberikan penghakiman yang bijaksana tetapi juga memimpin pasukan Israel menuju kemenangan. Kisah Debora adalah bukti nyata bahwa Tuhan dapat mengangkat wanita untuk posisi kepemimpinan yang strategis, bahkan di tengah masyarakat yang didominasi laki-laki. Para wanita GMIM dipanggil untuk tidak takut menggunakan karunia kepemimpinan dan hikmat yang Tuhan berikan, baik di gereja maupun di tengah masyarakat.

E. Rut: Kesetiaan dan Ketulusan

Rut adalah seorang Moab yang menunjukkan kesetiaan luar biasa kepada mertuanya, Naomi, dan kepada Tuhan Israel. Ia menjadi bagian dari garis keturunan Yesus Kristus. Kisah Rut mengajarkan kita tentang kesetiaan, kerendahan hati, dan kasih tanpa pamrih. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum ibu adalah pilar kesetiaan dalam keluarga dan gereja, yang dengan tulus melayani dan mengasihi tanpa mengharapkan balasan.

F. Ester: Keberanian untuk Tujuan Ilahi

Ratu Ester adalah contoh keberanian dan pengorbanan. Ia mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan bangsanya dari kehancuran. Kisahnya adalah pengingat bahwa kita mungkin ditempatkan di posisi tertentu "untuk waktu seperti ini" (Ester 4:14). Para wanita GMIM memiliki kesempatan unik untuk menjadi agen perubahan di lingkungan mereka, menggunakan pengaruh mereka untuk kebaikan dan kemuliaan Tuhan.

G. Maria, Ibu Yesus: Kerendahan Hati dan Ketaatan

Maria adalah teladan kerendahan hati dan ketaatan yang sempurna. Ia menerima panggilan ilahi untuk menjadi ibu Yesus dengan berkata, "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Lukas 1:38). Sikapnya mengajarkan kita tentang pentingnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, bahkan ketika jalan itu penuh dengan misteri dan tantangan. Ia adalah ibu yang memelihara, yang mengasihi, dan yang mendampingi Yesus hingga akhir hayat-Nya. Para ibu dipanggil untuk meneladani kesabaran, kasih, dan ketabahan Maria.

H. Marta dan Maria: Keseimbangan Pelayanan dan Persekutuan

Kisah Marta dan Maria (Lukas 10:38-42) memberikan pelajaran penting tentang keseimbangan hidup. Marta sibuk melayani, sedangkan Maria memilih untuk duduk di kaki Yesus dan mendengarkan firman-Nya. Yesus menegaskan bahwa bagian yang dipilih Maria adalah "bagian yang terbaik." Ini bukan berarti pelayanan fisik tidak penting, tetapi menekankan bahwa prioritas utama adalah memiliki persekutuan yang intim dengan Tuhan. Kaum ibu seringkali memiliki banyak tanggung jawab, tetapi jangan sampai kesibukan pelayanan membuat kita melupakan untuk duduk di kaki Tuhan dan mengisi bejana rohani kita.

I. Wanita Samaria: Saksi Injil yang Pertama

Melalui perjumpaan-Nya dengan Yesus di sumur Yakub, wanita Samaria ini mengalami transformasi hidup yang luar biasa. Ia kemudian menjadi saksi yang efektif di kotanya, membawa banyak orang untuk percaya kepada Yesus (Yohanes 4). Kisahnya menunjukkan bahwa latar belakang atau masa lalu tidak menghalangi Tuhan untuk memakai seseorang menjadi pemberita Injil yang powerful. Setiap wanita, setiap ibu, memiliki kisah kesaksian yang unik yang dapat membawa orang lain kepada Kristus.

J. Priskila: Mitra Pelayanan yang Setia

Priskila, bersama suaminya Akwila, adalah mitra pelayanan Rasul Paulus yang setia. Mereka tidak hanya menyediakan tempat tinggal dan dukungan, tetapi juga berani mempertaruhkan nyawa mereka demi Paulus (Roma 16:3-4) dan bahkan mengajarkan jalan Tuhan dengan lebih teliti kepada Apolos (Kisah Para Rasul 18:26). Priskila adalah contoh wanita yang aktif dalam pelayanan pengajaran dan pembinaan, menunjukkan bahwa kaum ibu dapat memiliki peran signifikan dalam mendidik dan memperlengkapi sesama.

Siluet seorang wanita dengan hiasan kepala, melambangkan kaum ibu dan kekuatan feminin dalam pelayanan GMIM.

II. Peran Unik Wanita dan Ibu dalam Keluarga Kristen

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dan gereja, dan di sinilah peran wanita dan ibu menjadi sangat krusial. Seorang ibu adalah jantung rumah tangga, pemberi kehangatan, pembentuk karakter, dan fondasi iman bagi anak-anaknya. Dalam GMIM, kita meyakini bahwa keluarga yang kuat adalah cerminan dari gereja yang kuat.

A. Pilar Kasih dan Kehangatan

Seorang ibu seringkali menjadi sumber kasih dan kehangatan yang tak terbatas dalam keluarga. Kasih seorang ibu adalah gambaran kasih Allah yang tak berkesudahan. Dengan sentuhan lembut, kata-kata yang menenangkan, dan pelukan hangat, seorang ibu menciptakan atmosfer kasih yang membuat setiap anggota keluarga merasa dihargai dan dicintai. Ini adalah pelayanan yang tak terlihat, namun memiliki dampak kekal dalam membentuk jiwa anak-anak dan keutuhan rumah tangga. Kasih ini bukan hanya emosi, tetapi juga tindakan nyata dalam memberi makan, merawat, dan melindungi.

B. Pendidik dan Pembentuk Karakter Pertama

Ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sejak dalam kandungan hingga dewasa, seorang ibu menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan terutama iman. Anak-anak belajar tentang Tuhan melalui perkataan, tindakan, dan doa ibu mereka. Melalui cerita-cerita Alkitab, nyanyian rohani, dan teladan hidup, ibu mengajarkan anak-anaknya tentang kasih, pengampunan, kejujuran, dan ketaatan. Ini adalah tanggung jawab yang besar, tetapi juga sebuah anugerah untuk membentuk generasi penerus yang takut akan Tuhan.

"Ajarlah anak-anakmu tentang jalan yang benar, maka sampai tua pun mereka tidak akan menyimpang dari padanya." (Amsal 22:6)

Ini adalah panggilan bagi setiap ibu untuk menjadi guru yang sabar, bijaksana, dan penuh kasih. Setiap khotbah yang didengarkan, setiap pengajaran di Sekolah Minggu, akan semakin menguatkan jika didukung oleh pendidikan iman yang kuat di rumah.

C. Pendoa Syafaat yang Tak Kenal Lelah

Seorang ibu seringkali adalah pendoa syafaat utama bagi keluarganya. Ia mendoakan suami, anak-anak, bahkan cucu-cucunya dengan doa-doa yang tulus dan tak pernah padam. Doa seorang ibu memiliki kuasa besar di hadapan Tuhan. Ia menjadi perisai rohani yang melindungi keluarganya dari serangan iblis dan menuntun mereka pada kehendak Tuhan. Dalam setiap tantangan, kecemasan, atau kegembiraan, doa ibu adalah jangkar yang menenangkan. Kaum ibu GMIM dipanggil untuk terus mempersembahkan doa-doa bagi keutuhan keluarga dan masa depan generasi penerus.

D. Pengelola Rumah Tangga yang Bijaksana

Dalam Amsal 31, kita melihat gambaran wanita bijaksana yang mengelola rumah tangganya dengan penuh hikmat. Ia bekerja keras, mengatur keuangan, merawat anggota keluarga, dan bahkan memiliki jiwa wirausaha. Ini menunjukkan bahwa peran ibu tidak hanya terbatas pada kasih sayang, tetapi juga pada manajemen praktis rumah tangga. Seorang ibu yang bijaksana menciptakan lingkungan yang teratur, bersih, dan nyaman, sehingga rumah menjadi tempat yang damai untuk bertumbuh dan bersekutu. Ini adalah pelayanan yang menuntut kekuatan, kesabaran, dan kreativitas.

III. Pelayanan Kaum Ibu dalam Jemaat GMIM

Di dalam Gereja Masehi Injili di Minahasa, peran wanita dan kaum ibu sangatlah vital. Mereka adalah jantung pelayanan, menggerakkan berbagai kegiatan dan program yang mendukung pertumbuhan rohani jemaat. Kontribusi mereka tidak hanya diakui, tetapi juga sangat dihargai sebagai bagian integral dari panggilan gereja. Setiap khotbah yang menginspirasi kaum ibu selalu menekankan betapa besarnya dampak pelayanan mereka.

A. Komisi Pelayanan Wanita/Kaum Ibu (KPW/KPI) GMIM

KPW/KPI adalah wadah resmi bagi kaum ibu di GMIM untuk bersatu, bertumbuh, dan melayani. Melalui komisi ini, berbagai program dibentuk untuk memberdayakan wanita, mulai dari pembinaan rohani, pelatihan keterampilan, hingga kegiatan sosial dan diakonia. Ini adalah tempat di mana kaum ibu dapat saling menguatkan, berbagi pengalaman, dan bersama-sama merancang program pelayanan yang relevan dengan kebutuhan jemaat. Komisi ini seringkali menjadi motor penggerak berbagai kegiatan gereja, menunjukkan koordinasi dan kekuatan kaum ibu yang terorganisir.

B. Pelayanan Diakonia dan Sosial

Wanita dan kaum ibu memiliki hati yang peka terhadap penderitaan sesama. Mereka seringkali menjadi yang terdepan dalam pelayanan diakonia, mengunjungi orang sakit, menghibur yang berduka, membantu yang miskin, dan menjenguk janda serta yatim piatu. Pelayanan diakonia ini adalah perwujudan nyata dari kasih Kristus yang diajarkan dalam Injil. Mereka membawa harapan, penghiburan, dan bantuan praktis kepada mereka yang membutuhkan. Kunjungan-kunjungan mereka bukan hanya sekadar formalitas, melainkan sentuhan kasih yang menunjukkan bahwa gereja peduli.

C. Pelayanan Kategorial Lainnya

Selain KPW/KPI, kaum ibu juga aktif dalam pelayanan kategorial lainnya di GMIM:

D. Memberi Diri dalam Pelayanan Gereja

Selain wadah-wadah formal, banyak ibu yang secara personal memberikan diri dalam berbagai pelayanan gereja: membersihkan gereja, menyiapkan perjamuan kudus, menjadi kolektan, atau bahkan membantu dalam administrasi gereja. Pelayanan-pelayanan ini mungkin terlihat kecil, tetapi sangat penting untuk kelancaran jalannya ibadah dan kegiatan gereja. Mereka adalah tangan-tangan yang bekerja di balik layar, memastikan semuanya berjalan dengan baik. Setiap khotbah menekankan bahwa setiap bentuk pelayanan, besar maupun kecil, dihargai oleh Tuhan.

Buku terbuka yang melambangkan Alkitab, simbol hikmat dan kebenaran firman Tuhan yang membimbing kaum ibu GMIM.

IV. Tantangan Modern bagi Wanita dan Ibu GMIM

Di era modern ini, kaum wanita dan ibu menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Tekanan dari berbagai arah bisa membuat mereka merasa terbebani dan kehilangan arah. Namun, dalam setiap tantangan, ada peluang untuk bertumbuh dan bersinar lebih terang. Sebuah khotbah yang relevan harus membahas tantangan-tantangan ini dan menawarkan solusi berbasis iman.

A. Keseimbangan Antara Karier, Keluarga, dan Pelayanan

Banyak wanita modern yang juga berkarier di luar rumah. Ini membawa tantangan besar dalam menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dengan tanggung jawab sebagai istri, ibu, dan pelayan gereja. Rasa bersalah karena merasa tidak cukup di salah satu area seringkali muncul. Bagaimana seorang ibu bisa menjadi profesional yang kompeten, ibu yang penuh kasih, dan pelayan gereja yang setia secara bersamaan? Di sinilah hikmat Tuhan sangat dibutuhkan untuk menetapkan prioritas, mengelola waktu, dan mendelegasikan tugas jika memungkinkan.

B. Tekanan Sosial dan Media Sosial

Standar kecantikan, kesuksesan, dan gaya hidup yang digembar-gemborkan media sosial dapat menciptakan tekanan yang tidak realistis bagi kaum wanita. Perbandingan diri dengan orang lain seringkali berujung pada rasa tidak puas, rendah diri, atau bahkan kecemburuan. Kaum ibu perlu diingatkan bahwa nilai diri mereka tidak ditentukan oleh tren dunia, melainkan oleh siapa mereka di dalam Kristus. Filter dan citra palsu di media sosial seringkali menutupi realitas perjuangan yang sesungguhnya. Fokus pada identitas ilahi adalah kunci.

C. Tantangan dalam Mendidik Anak di Era Digital

Orang tua dihadapkan pada tugas yang semakin sulit dalam mendidik anak di tengah banjir informasi dan teknologi digital. Bahaya pornografi, cyberbullying, kecanduan gadget, dan nilai-nilai sekuler yang bertentangan dengan iman adalah ancaman nyata. Kaum ibu perlu dibekali dengan hikmat untuk membimbing anak-anak mereka menavigasi dunia digital dengan bijak, menanamkan filter rohani, dan menjaga komunikasi yang terbuka.

D. Kelelahan dan Beban Mental

Beban ganda atau bahkan triple tanggung jawab dapat menyebabkan kelelahan fisik, emosional, dan mental. Stres, kecemasan, dan depresi bukanlah hal yang asing. Penting bagi kaum ibu untuk menyadari pentingnya merawat diri sendiri, menemukan waktu untuk beristirahat, dan mencari dukungan dari pasangan, keluarga, atau saudara seiman. Tuhan peduli dengan kesejahteraan kita secara holistik. Mencari pertolongan profesional jika diperlukan bukanlah tanda kelemahan, melainkan keberanian.

V. Pemberdayaan dan Pertumbuhan Rohani bagi Wanita dan Ibu GMIM

Menghadapi berbagai tantangan, kaum wanita dan ibu perlu terus diperlengkapi dan diberdayakan secara rohani. Pertumbuhan iman adalah kunci untuk dapat berdiri teguh dan bersinar bagi Kristus. Setiap khotbah harus menjadi pemicu bagi pertumbuhan rohani yang berkelanjutan.

A. Kedalaman dalam Firman Tuhan

Membaca, merenungkan, dan mempelajari firman Tuhan secara teratur adalah fondasi pertumbuhan rohani. Melalui Alkitab, kita mengenal Tuhan lebih dalam, memahami kehendak-Nya, dan menerima hikmat untuk menghadapi setiap situasi. Komisi Wanita/Kaum Ibu dapat mengadakan kelas-kelas pendalaman Alkitab atau kelompok studi Alkitab untuk saling menguatkan dan memperkaya pemahaman. Ini adalah sumber kekuatan yang tak terbatas.

B. Kehidupan Doa yang Konsisten

Doa adalah napas rohani. Melalui doa, kita berkomunikasi dengan Bapa sorgawi, mencurahkan isi hati, memohon pertolongan, dan bersyukur atas segala berkat-Nya. Kehidupan doa yang konsisten akan membangun hubungan intim dengan Tuhan dan memberikan kekuatan di tengah kelemahan. Kaum ibu dapat membentuk kelompok doa kecil untuk saling mendoakan dan menopang. Ingatlah, bahwa doa seorang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16).

C. Persekutuan yang Menguatkan

Tidak ada seorang pun yang dapat berjalan sendiri dalam iman. Persekutuan dengan saudara seiman sangat penting untuk saling menguatkan, memberi semangat, dan menasihati. Melalui persekutuan di gereja, kelompok kecil, atau di Komisi Wanita/Kaum Ibu, kita merasa menjadi bagian dari keluarga besar Tuhan, di mana kita dapat berbagi beban dan sukacita. Isolasi hanya akan membuat kita rentan. Carilah persekutuan yang sehat dan membangun.

D. Mengembangkan Karunia dan Talenta

Setiap wanita dan ibu dianugerahi karunia dan talenta yang unik oleh Tuhan. Entah itu karunia mengajar, melayani, memberi, memimpin, musik, kerajinan tangan, atau keramahtamahan, semuanya dapat digunakan untuk kemuliaan Tuhan dan pembangunan gereja. Jangan pernah meremehkan karunia yang Anda miliki. Identifikasi karunia Anda, kembangkan, dan gunakanlah dalam pelayanan di keluarga, di GMIM, dan di tengah masyarakat. Ini adalah cara kita menjadi garam dan terang dunia.

E. Mentoring dan Disiplin Rohani

Mencari seorang mentor rohani, yaitu wanita yang lebih senior dan matang dalam iman, dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang berharga. Demikian pula, kaum ibu dapat menjadi mentor bagi wanita yang lebih muda, berbagi pengalaman dan hikmat. Selain itu, disiplin rohani seperti puasa, meditasi firman, atau pelayanan sukarela dapat memperdalam perjalanan iman dan karakter Kristen.

Simbol tangan berdoa atau pelayanan, melambangkan doa dan kesediaan kaum ibu GMIM untuk melayani.

VI. Visi dan Panggilan Khusus bagi Wanita dan Ibu GMIM

Sebagai bagian integral dari Gereja Masehi Injili di Minahasa, para wanita dan ibu memiliki visi dan panggilan khusus yang harus terus dihidupi dan dikembangkan. Panggilan ini melampaui rutinitas harian dan menyentuh inti dari misi gereja di dunia. Setiap khotbah adalah kesempatan untuk menegaskan kembali visi mulia ini.

A. Menjadi Teladan Iman yang Hidup

Visi utama bagi setiap wanita dan ibu GMIM adalah menjadi teladan iman yang hidup. Bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan seluruh gaya hidup yang mencerminkan Kristus. Artinya, dalam setiap tindakan, perkataan, dan keputusan, kita berusaha untuk memuliakan Tuhan. Anak-anak, suami, tetangga, dan rekan kerja harus bisa melihat Kristus bersinar melalui hidup kita. Teladan ini sangat kuat dan seringkali lebih efektif daripada ribuan kata-kata.

B. Membangun Generasi Penerus yang Kuat dalam Iman

Panggilan yang tak kalah penting adalah membangun generasi penerus yang kuat dalam iman. Kaum ibu adalah arsitek jiwa anak-anak. Melalui pendidikan iman di rumah, doa, dan teladan hidup, mereka meletakkan fondasi yang kokoh bagi anak-anak untuk bertumbuh sebagai pengikut Kristus yang setia. Ini adalah investasi jangka panjang yang memiliki dampak kekal, bukan hanya untuk keluarga tetapi juga untuk gereja dan bangsa. Masa depan GMIM ada di tangan generasi yang dididik oleh para ibu.

C. Menjadi Agen Perdamaian dan Rekonsiliasi

Dalam dunia yang seringkali penuh konflik dan perpecahan, wanita dan ibu memiliki potensi unik untuk menjadi agen perdamaian dan rekonsiliasi. Dengan sifat yang penuh kasih, lembut, dan bijaksana, mereka dapat menenangkan perselisihan, membangun jembatan komunikasi, dan mempromosikan persatuan di keluarga, di gereja, dan di masyarakat. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9). Ini adalah panggilan mulia yang sangat relevan di Minahasa yang majemuk.

D. Memberi Pengaruh Positif di Lingkungan

Setiap wanita dan ibu dipanggil untuk memberi pengaruh positif di lingkungan mereka, entah itu di tempat kerja, di komunitas, atau di media sosial. Dengan integritas, kebaikan hati, dan hikmat ilahi, mereka dapat menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar mereka. Ini tidak selalu berarti melakukan hal-hal besar, tetapi seringkali melalui tindakan-tindakan kecil yang konsisten dan penuh kasih yang dapat mengubah hati dan pikiran.

E. Terus Bertumbuh dalam Pengetahuan dan Hikmat

Dunia terus berubah, dan tantangan baru akan terus bermunculan. Oleh karena itu, penting bagi kaum wanita dan ibu untuk tidak berhenti belajar dan bertumbuh dalam pengetahuan dan hikmat. Bukan hanya pengetahuan duniawi, tetapi juga hikmat ilahi yang bersumber dari firman Tuhan. Dengan pikiran yang terbuka dan hati yang mau diajar, kita dapat terus relevan dan efektif dalam pelayanan kita. Ini juga termasuk belajar dari pengalaman orang lain dan mengikuti pembinaan yang diselenggarakan oleh GMIM.

VII. Menghidupi Panggilan dengan Anugerah Tuhan

Menyadari betapa luas dan beratnya panggilan sebagai wanita dan ibu Kristen, mungkin ada di antara kita yang merasa gentar atau tidak mampu. Namun, satu hal yang pasti: kita tidak dipanggil untuk berjalan sendirian atau dengan kekuatan kita sendiri. Tuhan yang memanggil, Dia juga yang akan memperlengkapi dan memampukan kita dengan anugerah-Nya. Setiap khotbah yang menguatkan kaum ibu selalu menunjuk pada sumber kekuatan sejati: Tuhan Yesus Kristus.

A. Bersandar Sepenuhnya pada Tuhan

Kekuatan sejati kita datang dari Tuhan. Ketika kita merasa lemah, bingung, atau kewalahan, saat itulah kita harus bersandar sepenuhnya kepada-Nya. Serahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan, karena Dia memelihara kita (1 Petrus 5:7). Ingatlah janji-Nya, "Kuatkanlah hatimu, jangan takut, sesungguhnya Allahmu akan datang dengan pembalasan; dengan ganjaran Allah itu sendiri Ia akan datang menyelamatkan kamu!" (Yesaya 35:4). Berdoa, percaya, dan biarkan Tuhan yang bekerja dalam hidup kita.

B. Mengakui dan Mengembangkan Kekuatan Diri

Tuhan telah menciptakan setiap wanita dengan kekuatan dan keunikan tersendiri. Mungkin itu adalah kesabaran, empati, kreativitas, kemampuan berorganisasi, atau kemampuan menenangkan. Akui kekuatan-kekuatan ini sebagai anugerah dari Tuhan, dan kembangkanlah untuk kemuliaan-Nya. Jangan membandingkan diri dengan orang lain, melainkan fokus pada potensi yang Tuhan sudah tanamkan dalam diri Anda. Setiap wanita adalah mahakarya Tuhan.

C. Mencari Dukungan dari Komunitas Iman

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, persekutuan sangat penting. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari suami, keluarga, teman-teman terdekat, atau sesama kaum ibu di GMIM. Berbagi beban dapat meringankan, dan nasihat dari saudara seiman dapat memberikan pencerahan. Kita adalah tubuh Kristus, yang saling menopang dan menguatkan satu sama lain. Terkadang, hanya dengan berbagi cerita dan didengarkan, kita bisa merasa lebih kuat.

D. Mempraktikkan Kasih dan Pengampunan

Kasih dan pengampunan adalah inti dari ajaran Kristus. Sebagai wanita dan ibu, kita dipanggil untuk mempraktikkan kasih tanpa syarat kepada keluarga kita, bahkan ketika itu sulit. Demikian pula, pengampunan—baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain—membebaskan kita dari kepahitan dan memungkinkan kita untuk bergerak maju. Rumah tangga yang dipenuhi kasih dan pengampunan adalah surga kecil di bumi.

E. Memelihara Sukacita dalam Tuhan

Meskipun tantangan hidup mungkin berat, sukacita dalam Tuhan adalah kekuatan kita (Nehemia 8:10). Pilihlah untuk bersukacita dalam segala keadaan, bukan karena keadaan itu baik, tetapi karena Tuhan itu baik. Sukacita yang bersumber dari Tuhan memberikan energi dan perspektif yang positif untuk menghadapi setiap hari. Pujian dan ucapan syukur adalah cara ampuh untuk memelihara sukacita ini. Apapun yang terjadi, ingatlah berkat dan anugerah Tuhan yang selalu baru setiap pagi.

Sebagai penutup dari khotbah ini, mari kita renungkan kembali betapa berharganya setiap wanita dan ibu di mata Tuhan dan di dalam pelayanan GMIM. Panggilan Anda adalah mulia, dampak Anda tak terhingga. Jangan pernah meremehkan apa yang dapat Tuhan lakukan melalui Anda.

Kiranya khotbah ini menjadi inspirasi dan kekuatan bagi setiap wanita dan kaum ibu GMIM untuk terus bertumbuh dalam iman, melayani dengan sepenuh hati, dan menjadi berkat bagi keluarga, gereja, serta masyarakat. Jadilah pilar-pilar iman yang kokoh, mercusuar kasih yang tak pernah padam, dan pelayan-pelayan setia yang senantiasa memuliakan nama Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Artikel ini disajikan untuk pemberdayaan rohani dan informasi.