Khotbah Kuasa Penginjilan: Membawa Kabar Baik
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, jemaat Tuhan yang saya hormati dan kasihi. Hari ini, hati saya tergerak untuk membawa kita semua merenungkan sebuah topik yang tidak hanya fundamental bagi iman Kristen kita, tetapi juga esensial bagi keberadaan gereja di dunia ini: yaitu Penginjilan. Kata ini mungkin terdengar familier, sering diucapkan, namun apakah kita benar-benar memahami kedalaman, urgensi, dan kuasa yang terkandung di dalamnya? Penginjilan bukanlah sekadar program gereja, bukan sekadar sebuah aktivitas tambahan dalam daftar kegiatan kita, melainkan adalah detak jantung iman kita, tujuan utama keberadaan gereja, dan mandat ilahi yang diberikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus sendiri.
Dalam dunia yang semakin kompleks, yang dipenuhi dengan berbagai ideologi, filosofi, dan pencarian makna yang seringkali menyesatkan, suara Injil menjadi semakin penting. Kita hidup di tengah masyarakat yang merindukan pengharapan, yang haus akan kebenaran, namun seringkali mencari di tempat yang salah. Oleh karena itu, panggilan untuk menginjil tidak pernah seurgent ini. Ini adalah panggilan untuk membawa terang ke dalam kegelapan, pengharapan bagi yang putus asa, dan kehidupan bagi yang mati secara rohani.
Khotbah hari ini akan membawa kita melalui perjalanan yang mendalam, dimulai dari dasar Alkitabiah mengapa penginjilan itu begitu penting, kemudian kita akan menyelami apa sebenarnya makna penginjilan, mengapa kita harus melakukannya, tantangan-tantangan yang mungkin kita hadapi, cara-cara efektif untuk melakukannya, serta kuasa Roh Kudus yang memungkinkan semua ini. Semoga, melalui renungan ini, kita semua diperlengkapi, dikuatkan, dan dibakar kembali dengan api penginjilan, sehingga kita menjadi alat di tangan Tuhan untuk membawa kabar baik kepada setiap jiwa yang belum mengenal kasih-Nya.
I. Dasar Alkitabiah Penginjilan: Mandat Ilahi yang Tak Tergantikan
Mari kita mulai dengan menancapkan kaki kita pada dasar yang kokoh, yaitu Firman Tuhan. Penginjilan bukanlah ide manusia, bukan tradisi gereja yang bisa diabaikan, melainkan adalah perintah langsung dari Raja semesta alam, Tuhan Yesus Kristus.
A. Amanat Agung (Matius 28:18-20)
Tidak ada bagian Firman Tuhan yang lebih gamblang menyatakan perintah penginjilan selain Amanat Agung ini. Matius 28:18-20 mencatat:
"Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.""
Perhatikan struktur kalimatnya. Yesus memulai dengan menyatakan otoritas-Nya yang mutlak: "Segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku." Ini bukan perintah dari seseorang yang lemah atau tanpa kekuatan, melainkan dari Dia yang memegang kendali atas seluruh alam semesta. Otoritas ini adalah fondasi dari perintah yang akan datang. Tanpa otoritas ini, amanat ini hanyalah saran belaka. Tetapi karena Dia adalah Raja di atas segala raja, perintah-Nya adalah mutlak dan mengikat.
Kemudian datanglah perintah itu: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku." Kata "pergilah" adalah tindakan aktif, menunjukkan bahwa kita tidak boleh pasif menunggu orang datang, melainkan harus bergerak keluar. "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku" adalah tujuan akhir dari perintah ini. Bukan sekadar membuat orang percaya, tetapi menjadikan mereka murid, yaitu pengikut Kristus yang setia, yang belajar dan melakukan ajaran-Nya. Ini melibatkan tidak hanya pemberitaan Injil, tetapi juga pembaptisan dan pengajaran, yang menunjukkan proses pemuridan yang holistik dan berkelanjutan.
Dan yang terakhir, janji penyertaan: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Janji ini adalah penopang bagi keberanian kita. Kita tidak diutus sendirian. Dia yang mengutus, Dia jugalah yang menyertai, memperlengkapi, dan memampukan kita. Janji penyertaan ini menghilangkan alasan kita untuk takut atau merasa tidak mampu. Kehadiran Kristus adalah jaminan keberhasilan dan penghibur dalam setiap kesulitan.
Amanat Agung ini bukan hanya untuk para rasul pertama. Ini adalah amanat bagi setiap generasi gereja, bagi setiap orang percaya hingga akhir zaman. Ini adalah tugas utama gereja, misi inti yang tidak boleh tergantikan oleh program atau kegiatan lain, sepenting apapun itu.
B. Kuasa Roh Kudus untuk Bersaksi (Kisah Para Rasul 1:8)
Tepat sebelum kenaikan-Nya ke surga, Yesus memberikan instruksi terakhir kepada murid-murid-Nya yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:8:
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Ayat ini adalah kunci penting yang melengkapi Amanat Agung. Yesus tidak hanya memerintahkan kita untuk menjadi saksi, tetapi Dia juga menjanjikan kuasa untuk melakukannya. Kuasa ini datang dari Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, penginjilan kita hanyalah upaya manusiawi yang sia-sia, penuh dengan retorika kosong dan bujukan kata-kata. Namun dengan Roh Kudus, kesaksian kita diwarnai dengan otoritas ilahi, disertai dengan demonstrasi kuasa, dan memiliki kemampuan untuk menembus hati yang paling keras sekalipun.
Roh Kudus adalah Pendorong Utama penginjilan. Dia yang menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8). Dia yang memberikan kita keberanian untuk berbicara (Kisah Para Rasul 4:31), hikmat untuk tahu apa yang harus dikatakan (Lukas 12:12), dan kuasa untuk melakukan tanda-tanda dan mujizat (Kisah Para Rasul 3:6-8). Oleh karena itu, setiap usaha penginjilan harus dimulai dan diakhiri dengan ketergantungan penuh pada Roh Kudus. Kita tidak bisa bersaksi tentang Yesus tanpa kuasa-Nya, dan Roh Kudus tidak akan datang kecuali kita taat pada perintah Yesus.
Lingkup kesaksian juga diperjelas: "Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi." Ini menunjukkan model penginjilan yang berawal dari lingkungan terdekat kita (Yerusalem), meluas ke wilayah sekitar (Yudea dan Samaria), dan akhirnya mencapai skala global. Penginjilan bukanlah tugas bagi sebagian kecil misionaris elite, melainkan panggilan bagi setiap orang percaya, untuk bersaksi di mana pun Tuhan menempatkan mereka.
C. Teladan Yesus dan Para Rasul
Selain perintah eksplisit, seluruh kehidupan dan pelayanan Yesus adalah teladan penginjilan yang sempurna. Yesus sendiri datang "untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10). Ia pergi ke desa-desa dan kota-kota, mengajar di sinagoga, di tepi danau, di bukit, bahkan di tengah kerumunan pasar. Ia memberitakan Injil Kerajaan Allah (Markus 1:14-15), memanggil orang untuk bertobat dan percaya.
Demikian pula, setelah Pentakosta, para rasul dan jemaat mula-mula dengan berani memberitakan Injil di mana-mana, meskipun menghadapi penganiayaan yang hebat. Kisah Para Rasul adalah buku yang penuh dengan kisah-kisah penginjilan yang dinamis, mulai dari Petrus di hari Pentakosta, Filipus di Samaria dan kepada sida-sida Etiopia, hingga Paulus yang melakukan perjalanan misi ke seluruh penjuru dunia. Mereka memahami bahwa tugas mereka adalah menyebarkan kabar baik, tidak peduli apa pun risikonya. Keberanian dan semangat mereka adalah bukti nyata dari kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui mereka.
II. Apa Itu Penginjilan? Lebih dari Sekadar Kata-kata
Setelah kita memahami dasar Alkitabiahnya, mari kita perdalam pemahaman kita tentang apa sebenarnya penginjilan itu. Seringkali, kita menyempitkan makna penginjilan hanya pada "memberitakan Injil." Meskipun itu adalah inti, penginjilan jauh lebih luas dan mendalam dari sekadar mengucapkan beberapa kalimat.
A. Proklamasi Kabar Baik (Kerygma)
Pada intinya, penginjilan adalah proklamasi atau pemberitaan kabar baik tentang Yesus Kristus. Kabar baik ini berpusat pada poin-poin kunci:
- Dosa Manusia: Semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dosa memisahkan kita dari Allah yang kudus.
- Kasih Allah: Meskipun kita berdosa, Allah mengasihi kita begitu rupa sehingga Dia mengutus Anak-Nya yang tunggal (Yohanes 3:16).
- Kematian dan Kebangkitan Kristus: Yesus mati di kayu salib sebagai korban penebusan dosa kita, dan Dia bangkit pada hari ketiga, mengalahkan dosa dan maut (Roma 5:8, 1 Korintus 15:3-4).
- Panggilan untuk Bertobat dan Percaya: Kita dipanggil untuk bertobat dari dosa-dosa kita dan menaruh iman kita kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Kisah Para Rasul 2:38, Roma 10:9-10).
- Janji Hidup Kekal: Bagi setiap orang yang percaya, ada janji hidup kekal, pengampunan dosa, dan hubungan yang dipulihkan dengan Allah (Yohanes 3:16).
Pemberitaan ini haruslah jelas, ringkas, dan relevan dengan konteks pendengar. Ini bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi menyampaikan kebenaran yang memiliki kuasa untuk mengubah hidup.
B. Hidup yang Menjadi Kesaksian (Marturia)
Selain proklamasi lisan, penginjilan juga melibatkan hidup kita sebagai kesaksian. Filipus 2:15 mengatakan kita harus hidup "tidak bercela dan murni, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercacat di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia."
Artinya, cara kita hidup, karakter kita, integritas kita, kasih kita kepada sesama, sukacita kita di tengah kesulitan—semua ini adalah kesaksian yang kuat. Seringkali, orang melihat Kristus dalam diri kita sebelum mereka mendengar Injil dari mulut kita. Hidup yang diubahkan adalah bukti yang paling meyakinkan tentang kuasa Injil. Kesaksian hidup ini membuka pintu bagi kesaksian lisan.
C. Pelayanan Kasih dan Kebaikan (Diakonia)
Yesus tidak hanya mengajar dan memberitakan; Dia juga melayani, menyembuhkan, memberi makan, dan menunjukkan belas kasihan kepada orang-orang yang membutuhkan. Pelayanan kasih atau diakonia adalah bagian tak terpisahkan dari penginjilan. Ketika kita menunjukkan kasih Allah melalui tindakan nyata, seperti membantu yang miskin, mengunjungi yang sakit, atau menghibur yang berduka, kita sedang membuka hati orang untuk mendengar pesan kasih Allah.
Yakobus 2:17 mengatakan, "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." Demikian pula, penginjilan yang tidak disertai dengan kasih dan perbuatan baik mungkin hanya menjadi suara yang kosong. Pelayanan kasih adalah jembatan yang menghubungkan Injil dengan kebutuhan nyata manusia.
D. Sebuah Proses, Bukan Sekadar Peristiwa
Penginjilan bukanlah sebuah peristiwa tunggal—seperti sekali bicara dan selesai. Sebaliknya, ini adalah sebuah proses yang bisa memakan waktu. Ini dimulai dari menabur benih melalui kesaksian hidup dan perbuatan baik, dilanjutkan dengan menyiram benih melalui percakapan, doa, dan pemberitaan Injil, dan diakhiri dengan panen ketika seseorang memutuskan untuk menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Seringkali, Tuhan menggunakan banyak orang yang berbeda dalam setiap tahap proses ini. Oleh karena itu, kita tidak boleh putus asa jika hasilnya tidak langsung terlihat.
III. Mengapa Kita Harus Menginjil? Urgensi dan Motivasi
Setelah memahami apa itu penginjilan, pertanyaan berikutnya adalah: Mengapa kita harus melakukannya? Apa yang mendorong kita, dan mengapa ini begitu mendesak?
A. Karena Kasih Allah yang Memaksa Kita
Motivasi utama untuk penginjilan adalah kasih Allah. 2 Korintus 5:14 mengatakan, "Sebab kasih Kristus menguasai kami." Kasih Kristus yang luar biasa, yang mendorong-Nya untuk mati bagi kita ketika kita masih berdosa, adalah kekuatan yang memaksa kita untuk berbagi kasih itu dengan orang lain. Bagaimana mungkin kita yang telah menerima anugerah keselamatan yang tak terhingga ini bisa diam saja ketika ada jutaan orang di sekitar kita yang hidup tanpa pengharapan, tanpa pengampunan, dan tanpa pengetahuan tentang kasih Bapa?
Ketika kita benar-benar memahami kedalaman kasih Allah kepada kita, respons alami kita adalah ingin membagikannya. Kasih bukan sesuatu yang bisa kita simpan sendiri; ia harus mengalir keluar. Hati yang telah disentuh oleh kasih Kristus akan selalu terbeban untuk mereka yang belum merasakannya.
B. Karena Keadaan Manusia yang Hilang
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa semua manusia tanpa Kristus berada dalam keadaan yang hilang, terpisah dari Allah, dan berada di bawah penghakiman dosa (Roma 3:23, Efesus 2:1-3). Yohanes 3:36 menyatakan, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." Ini adalah realitas yang mengerikan, namun benar adanya.
Jika kita benar-benar percaya akan kebenaran ini, bagaimana mungkin kita bisa tidak tergerak untuk memperingatkan orang lain? Ini bukan tentang menakut-nakuti orang ke surga, melainkan tentang mengasihi mereka cukup untuk memberi tahu mereka kebenaran tentang bahaya yang menanti dan satu-satunya jalan keluar yang telah disediakan Allah.
C. Karena Perintah Kristus (Amanat Agung)
Seperti yang telah kita bahas, penginjilan adalah perintah langsung dari Tuhan kita Yesus Kristus. Sebagai pengikut-Nya, ketaatan adalah tanda cinta dan kesetiaan kita kepada-Nya. Yohanes 14:15 mengatakan, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." Mengabaikan Amanat Agung sama saja dengan tidak menaati Kristus, dan pada akhirnya, tidak mengasihi Dia secara penuh.
Ini bukan pilihan, melainkan tugas. Ini bukan saran, melainkan mandat. Kita adalah duta-duta Kristus (2 Korintus 5:20), yang diutus untuk mewakili Dia dan menyampaikan pesan rekonsiliasi-Nya kepada dunia.
D. Karena Kemuliaan Allah
Pada akhirnya, segala sesuatu yang kita lakukan haruslah untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31). Ketika jiwa-jiwa diselamatkan, ketika orang-orang bertobat dan mulai memuliakan Kristus, nama Tuhan dipermuliakan di bumi dan di surga. Ada sukacita di surga atas satu orang berdosa yang bertobat (Lukas 15:7, 10). Penginjilan adalah cara kita berpartisipasi dalam misi Allah untuk membawa segala sesuatu di bawah pemerintahan Kristus dan membawa kemuliaan kepada nama-Nya.
Setiap kali seseorang menerima Yesus, Kerajaan Allah semakin meluas. Setiap kesaksian yang kita berikan adalah kontribusi kita untuk menunjukkan kemuliaan Allah kepada dunia yang tidak mengenal-Nya.
IV. Hambatan dalam Penginjilan: Mengapa Kita Sering Gagal atau Enggan
Meskipun kita tahu pentingnya penginjilan, banyak dari kita—termasuk saya sendiri—seringkali merasa enggan atau gagal dalam melaksanakan mandat ini. Mari kita jujur dan identifikasi beberapa hambatan umum.
A. Rasa Takut dan Tidak Percaya Diri
Ini adalah hambatan paling umum. Kita takut ditolak, takut tidak tahu harus berkata apa, takut dianggap aneh, atau takut merusak hubungan. Ketakutan ini seringkali melumpuhkan kita.
Solusinya adalah mengingat kembali Kisah Para Rasul 1:8: "kamu akan menerima kuasa." Keberanian kita tidak berasal dari diri kita sendiri, tetapi dari Roh Kudus. Selain itu, ingatlah bahwa kita adalah duta Kristus; kita tidak mewakili diri sendiri. Dan penolakan yang mungkin kita alami bukanlah penolakan terhadap kita secara pribadi, melainkan terhadap pesan Injil. Yesus sendiri ditolak!
Mulai dari hal-hal kecil. Doakan kesempatan, mintalah Roh Kudus untuk membimbing Anda, dan mulailah dengan membangun jembatan persahabatan.
B. Kurangnya Pengetahuan dan Keterampilan
Banyak orang merasa tidak tahu bagaimana cara menginjil. Mereka tidak yakin apa yang harus dikatakan, bagaimana menyusun pesan Injil, atau bagaimana menjawab pertanyaan yang sulit. Ini adalah hambatan yang bisa diatasi.
Solusinya adalah belajar. Ikutilah pelatihan penginjilan, pelajari cara membagikan kesaksian pribadi Anda, pahami poin-poin dasar Injil, dan biasakan diri dengan beberapa ayat kunci. Gereja seharusnya berperan aktif dalam memperlengkapi jemaatnya dengan keterampilan ini. Kita harus bersedia untuk belajar dan bertumbuh dalam hal ini.
C. Terlalu Sibuk dengan Hal-hal Duniawi
Dunia modern dipenuhi dengan kesibukan dan gangguan. Kita sering merasa tidak punya waktu untuk menginjil karena jadwal kita yang padat dengan pekerjaan, keluarga, hobi, dan berbagai kegiatan gereja lainnya. Prioritas kita bisa bergeser dari yang utama.
Solusinya adalah mengevaluasi kembali prioritas kita. Apakah penginjilan benar-benar menempati tempat yang seharusnya dalam daftar prioritas kita? Apakah kita meluangkan waktu secara sengaja untuk berinteraksi dengan orang-orang yang belum percaya? Ingatlah bahwa penginjilan tidak selalu harus menjadi acara besar; seringkali itu terjadi dalam percakapan sehari-hari, di tengah kesibukan kita.
D. Kurangnya Beban untuk yang Terhilang
Terkadang, hati kita menjadi dingin dan kita kehilangan empati terhadap kondisi rohani orang-orang di sekitar kita. Kita menjadi terlalu nyaman dalam "gelembung Kristen" kita sendiri, lupa bahwa ada dunia di luar sana yang sedang menuju kebinasaan.
Solusinya adalah berdoa untuk beban. Mintalah Tuhan untuk memberikan Anda hati seperti hati-Nya, yang berduka untuk yang hilang. Luangkan waktu untuk merenungkan kasih Kristus dan realitas kekekalan. Bertemanlah dengan orang-orang yang belum percaya dan dengarkan kisah hidup mereka. Semakin kita melihat mereka sebagai individu yang berharga bagi Allah, semakin besar beban yang akan kita rasakan.
E. Pandangan yang Salah tentang Penginjilan
Beberapa orang mungkin memiliki pandangan negatif tentang penginjilan, menganggapnya sebagai tindakan yang agresif, memaksa, atau menghakimi. Ini bisa membuat mereka enggan berpartisipasi.
Solusinya adalah memahami bahwa penginjilan sejati berakar pada kasih dan rasa hormat. Ini bukan tentang memenangkan argumen, tetapi tentang memenangkan jiwa. Ini adalah tentang membagikan Kabar Baik dengan kerendahan hati dan kasih, membiarkan Roh Kudus yang melakukan pekerjaan meyakinkan. Setiap orang memiliki cara dan konteks yang berbeda, dan kita dipanggil untuk menjadi sensitif terhadap mereka.
V. Cara-Cara Penginjilan yang Efektif: Menjadi Alat di Tangan Tuhan
Bagaimana kita bisa menjadi penginjil yang efektif? Tidak ada satu pun "resep" yang cocok untuk semua orang, tetapi ada beberapa prinsip dan metode yang bisa kita terapkan.
A. Doa yang Berbeban
Setiap upaya penginjilan yang efektif dimulai dengan doa. Doa adalah landasan dan kekuatan kita. Doakan orang-orang spesifik yang Anda kenal yang belum mengenal Kristus. Doakan agar Tuhan membuka hati mereka, agar Tuhan menciptakan kesempatan, dan agar Tuhan memberikan keberanian dan hikmat kepada Anda untuk berbicara.
Doa bukan hanya persiapan, tetapi bagian integral dari penginjilan itu sendiri. Roh Kudus bekerja melalui doa kita untuk mempersiapkan ladang dan menuai jiwa-jiwa.
B. Bangun Hubungan dan Persahabatan
Di era modern, orang cenderung lebih terbuka untuk mendengar dari seseorang yang mereka kenal, percaya, dan sayangi. Penginjilan relasional sangat penting. Luangkan waktu untuk membangun persahabatan yang tulus dengan tetangga, rekan kerja, teman sekolah, dan anggota keluarga yang belum percaya. Jangan jadikan persahabatan itu sebagai modus operandi untuk memaksakan Injil, tetapi biarkan itu tumbuh secara alami.
Ketika ada kasih dan kepercayaan, pintu untuk berbagi iman akan terbuka dengan sendirinya. Orang tidak peduli seberapa banyak Anda tahu, sampai mereka tahu seberapa banyak Anda peduli.
C. Bagikan Kesaksian Pribadi Anda
Salah satu alat penginjilan yang paling kuat adalah kesaksian pribadi Anda. Tidak ada yang bisa membantah pengalaman pribadi Anda. Ceritakan bagaimana Anda dulu, bagaimana Anda bertemu Yesus, apa yang Yesus lakukan dalam hidup Anda, dan bagaimana hidup Anda berubah setelah itu. Fokus pada Kristus dan pekerjaan-Nya, bukan pada diri Anda sendiri.
Gunakan format yang sederhana:
- Bagaimana hidup saya sebelum Kristus?
- Bagaimana saya bertemu Kristus? (Titik balik)
- Bagaimana hidup saya sekarang setelah menerima Kristus?
D. Hidup yang Berintegritas dan Bercahaya
Seperti yang sudah disebutkan, kesaksian hidup adalah fondasi. Pastikan hidup Anda selaras dengan apa yang Anda beritakan. Jika kita berbicara tentang kasih Kristus tetapi hidup kita penuh dengan kemarahan, kepahitan, atau kebohongan, pesan kita akan menjadi hampa. Sebaliknya, ketika orang melihat sukacita, damai sejahtera, dan integritas dalam hidup kita, mereka akan tertarik dan ingin tahu tentang sumbernya.
Jadilah garam dan terang di mana pun Anda berada (Matius 5:13-16). Biarkan perbuatan baik Anda memuliakan Bapa di surga.
E. Undang ke Acara Gereja atau Persekutuan
Setelah membangun hubungan dan jika ada ketertarikan, undanglah teman Anda ke acara gereja, kelompok kecil, atau persekutuan. Pastikan lingkungan gereja Anda adalah tempat yang ramah dan menerima bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus. Gereja harus menjadi tempat di mana pengunjung merasa disambut, dicintai, dan di mana Injil diberitakan dengan jelas.
Ini bukan berarti gereja harus mengubah doktrinnya untuk menarik orang, tetapi gereja harus mengubah atmosfernya agar lebih inklusif dan ramah.
F. Penginjilan Kontekstual
Penginjilan yang efektif harus kontekstual, yaitu relevan dengan budaya, bahasa, dan kebutuhan orang yang kita injili. Apa yang efektif di satu budaya mungkin tidak efektif di budaya lain. Pahami audiens Anda, dengarkan pertanyaan dan keraguan mereka, dan sampaikan Injil dengan cara yang bisa mereka pahami dan relevan dengan kehidupan mereka.
Ini bisa berarti menggunakan metafora yang akrab bagi mereka, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan penderitaan dan harapan mereka.
G. Penggunaan Media Digital
Di era digital ini, media sosial dan platform online menawarkan kesempatan besar untuk penginjilan. Anda bisa membagikan ayat Alkitab, renungan singkat, kesaksian, atau video inspiratif. Pastikan pesan Anda positif, membangun, dan menarik.
Namun, ingatlah bahwa interaksi digital seringkali tidak menggantikan hubungan pribadi. Gunakan media digital sebagai jembatan untuk memulai percakapan atau mengundang orang untuk interaksi yang lebih dalam.
VI. Kuasa Roh Kudus dalam Penginjilan: Sang Pemungkin
Kita telah berbicara banyak tentang apa yang harus kita lakukan, tetapi semua ini tidak akan memiliki dampak sejati tanpa kuasa dari Roh Kudus. Roh Kudus bukan sekadar pelengkap, melainkan Sang Pemimpin dan Pemungkin utama dalam setiap upaya penginjilan.
A. Roh Kudus yang Memberikan Kuasa dan Keberanian
Kisah Para Rasul 1:8 sudah menegaskannya. Para murid yang penakut sebelum Pentakosta, setelah dipenuhi Roh Kudus, menjadi pemberita Injil yang berani dan tak gentar menghadapi ancaman. Kita tidak bisa menginjil dalam kekuatan kita sendiri. Kita membutuhkan Roh Kudus untuk memberi kita keberanian untuk berbicara, bahkan ketika kita takut, dan untuk memberikan kita kekuatan untuk terus maju meskipun ada rintangan.
Ketika kita merasa tidak mampu atau takut, kita harus berdoa dan meminta Roh Kudus untuk memenuhi kita dan memberi kita kuasa-Nya. Kuasa ini memampukan kita melakukan hal-hal yang melampaui kemampuan alami kita.
B. Roh Kudus yang Menginsafkan dan Membuka Hati
Yohanes 16:8 mengatakan bahwa Roh Kudus akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus, bukan pekerjaan kita. Kita bisa berbicara, menjelaskan, dan berargumentasi, tetapi hanya Roh Kudus yang bisa membuka mata rohani seseorang, menginsafkan mereka akan keadaan berdosa mereka, dan membuat mereka menyadari kebutuhan mereka akan Juruselamat.
Pekerjaan kita adalah menabur benih dan menyiram; pekerjaan Roh Kudus adalah menumbuhkannya (1 Korintus 3:6). Ini menghilangkan tekanan dari kita, karena kita tahu bahwa hasil akhirnya ada di tangan Tuhan.
C. Roh Kudus yang Memberi Hikmat dan Tuntunan
Seringkali kita tidak tahu harus berkata apa, atau bagaimana menanggapi pertanyaan yang sulit. Roh Kudus adalah Penasihat dan Pembimbing kita. Lukas 12:12 berjanji, "Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."
Ketika kita berserah kepada Roh Kudus, Dia akan memberi kita hikmat untuk menggunakan kata-kata yang tepat, untuk bertanya pertanyaan yang benar, dan untuk memahami kebutuhan rohani orang yang kita ajak bicara. Dia akan menuntun kita kepada orang-orang yang sudah dipersiapkan hati mereka, dan memberi kita kepekaan untuk mengenali momen yang tepat untuk berbagi Injil.
D. Roh Kudus yang Menghasilkan Buah
Galatia 5:22-23 berbicara tentang buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Ketika kita dipenuhi Roh Kudus, buah-buah ini akan terlihat dalam hidup kita, yang pada gilirannya akan menjadi kesaksian yang kuat bagi orang lain.
Orang-orang akan melihat Kristus dalam diri kita melalui karakter kita. Buah Roh ini adalah "magnet" yang menarik orang kepada Kristus dan menunjukkan realitas Injil yang hidup di dalam kita.
VII. Tantangan Modern dan Relevansi Penginjilan
Dunia terus berubah, dan tantangan yang kita hadapi dalam penginjilan hari ini mungkin berbeda dari generasi sebelumnya. Namun, pesan Injil tetap relevan dan berkuasa.
A. Pluralisme dan Relativisme
Di banyak masyarakat, ada pandangan yang kuat bahwa "semua agama itu sama" atau "semua jalan menuju Tuhan." Relativisme moral dan spiritual mengajarkan bahwa tidak ada kebenaran mutlak, dan kebenaran adalah apa yang benar bagi Anda. Ini membuat penginjilan tentang "satu-satunya jalan" menjadi sangat sulit dan sering dianggap tidak toleran.
Kita harus belajar untuk menyatakan kebenaran Injil dengan kasih, kerendahan hati, dan rasa hormat, sambil tetap teguh pada keyakinan kita bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan (Yohanes 14:6). Ini bukan tentang menang dalam debat, tetapi tentang menunjukkan superioritas Kristus melalui hidup dan kesaksian kita.
B. Sekularisme dan Materialisme
Masyarakat modern cenderung semakin sekuler, melihat agama sebagai urusan pribadi yang tidak relevan dengan kehidupan publik, atau bahkan sebagai penghalang kemajuan. Materialisme juga merajalela, di mana kebahagiaan dan kepuasan diukur dari harta benda dan kesuksesan duniawi. Ini membuat orang sulit melihat kebutuhan rohani mereka.
Kita harus menunjukkan bagaimana Injil menawarkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan terdalam kehidupan, bahkan di tengah dunia yang sekuler. Kita harus menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukan pada harta benda yang fana, tetapi pada hubungan dengan Kristus dan harta kekal yang ada di surga.
C. Citra Buruk Kekristenan
Terkadang, tindakan atau skandal yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Kristen bisa menciptakan citra negatif bagi Injil itu sendiri. Kemunafikan, perpecahan, dan konflik dalam gereja bisa menjadi penghalang bagi orang luar untuk mendekat.
Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk hidup sesuai dengan Injil yang kita beritakan. Gereja harus menjadi teladan kasih, kesatuan, dan kekudusan. Ketika kita hidup otentik dan penuh kasih, kita menepis prasangka negatif dan membuka jalan bagi Injil.
D. Disintegrasi Keluarga dan Sosial
Banyak orang saat ini hidup dalam keluarga yang rusak, kesepian, dan terasing dari komunitas. Mereka merindukan penerimaan, kasih, dan rasa memiliki. Ini adalah celah yang bisa diisi oleh Injil.
Gereja harus menjadi komunitas yang menerima, menyembuhkan, dan mengasihi. Penginjilan bisa dimulai dengan menawarkan kasih Kristus melalui dukungan emosional, praktis, dan spiritual kepada mereka yang terluka dan kesepian.
VIII. Manfaat Penginjilan: Berkat Bagi Semua
Penginjilan bukan hanya tugas, tetapi juga sumber berkat yang melimpah, tidak hanya bagi mereka yang diinjili tetapi juga bagi penginjil dan seluruh gereja.
A. Bagi yang Diinjili (Jiwa yang Diselamatkan)
Manfaat paling jelas adalah penyelamatan jiwa. Orang yang menerima Kristus berpindah dari kegelapan kepada terang, dari kematian kepada kehidupan, dari penghukuman kepada pengampunan, dan dari keputusasaan kepada pengharapan kekal. Mereka menerima damai sejahtera dengan Allah, tujuan hidup yang baru, dan janji hidup kekal bersama Kristus.
Tidak ada sukacita yang lebih besar di dunia ini selain melihat seseorang datang kepada Kristus, dibaptis, dan memulai perjalanan iman yang baru.
B. Bagi Penginjil (Pertumbuhan Rohani)
Penginjilan juga sangat bermanfaat bagi orang yang melakukannya. Ketika kita berbagi iman, iman kita sendiri diperkuat. Kita belajar lebih banyak tentang Allah, kita menjadi lebih berani, lebih peka terhadap tuntunan Roh Kudus, dan lebih bergantung pada kekuatan-Nya. Kita juga mengembangkan kasih yang lebih besar bagi orang-orang yang terhilang.
Keterlibatan aktif dalam penginjilan adalah salah satu katalisator paling kuat untuk pertumbuhan rohani pribadi. Ini memaksa kita keluar dari zona nyaman kita dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
C. Bagi Gereja (Pertumbuhan dan Kekuatan)
Gereja yang aktif dalam penginjilan adalah gereja yang hidup dan bertumbuh. Ketika jiwa-jiwa baru ditambahkan, gereja diperbarui dengan energi dan perspektif baru. Pertumbuhan ini tidak hanya dalam jumlah, tetapi juga dalam kedalaman rohani, karena seluruh jemaat didorong untuk menjadi lebih berpusat pada Kristus dan misinya.
Penginjilan juga mendorong kesatuan, karena semua anggota bekerja bersama untuk tujuan yang sama. Gereja yang menginjil adalah gereja yang memenuhi tujuan keberadaannya, dan karenanya, diberkati oleh Tuhan.
D. Bagi Dunia (Transformasi Sosial)
Ketika semakin banyak orang diubahkan oleh Injil, nilai-nilai Kerajaan Allah mulai mempengaruhi masyarakat. Kita melihat perubahan dalam etika kerja, moralitas keluarga, keadilan sosial, dan belas kasihan terhadap yang membutuhkan. Orang Kristen yang diubahkan adalah agen perubahan positif di masyarakat, membawa terang Kristus ke dalam setiap aspek kehidupan.
Penginjilan tidak hanya tentang surga di masa depan, tetapi juga tentang membawa surga ke bumi sekarang, melalui kehidupan yang diubahkan dan masyarakat yang diubahkan.
IX. Panggilan untuk Bertindak: Mulai Sekarang!
Saudara-saudari terkasih, kita telah merenungkan tentang pentingnya, makna, urgensi, hambatan, cara, dan kuasa di balik penginjilan. Sekarang, apa respons kita? Apakah kita akan hanya mendengar kebenaran ini dan tetap hidup seperti biasa, ataukah kita akan menanggapinya dengan ketaatan?
A. Komitmen Pribadi
Panggil setiap kita untuk membuat komitmen pribadi di hadapan Tuhan hari ini. Komitmen untuk berdoa bagi yang hilang. Komitmen untuk mencari kesempatan. Komitmen untuk hidup sebagai saksi Kristus di mana pun kita berada. Komitmen untuk belajar dan memperlengkapi diri. Ini mungkin berarti keluar dari zona nyaman Anda, tetapi janji Tuhan adalah Dia akan menyertai kita dan memampukan kita.
Mulailah dengan satu orang. Siapa satu orang dalam hidup Anda yang belum mengenal Kristus? Mulailah mendoakannya secara rutin, dan mintalah Tuhan untuk membukakan pintu bagi Anda untuk berbagi kasih-Nya.
B. Dukungan Gereja
Sebagai gereja, kita juga harus berkomitmen untuk menjadi gereja yang berpusat pada penginjilan. Ini berarti menyediakan pelatihan, menciptakan lingkungan yang ramah bagi pengunjung, dan secara aktif mencari cara untuk menjangkau masyarakat sekitar kita. Gereja harus menjadi pusat yang memperlengkapi dan mengutus para penginjil.
Mari kita pastikan bahwa setiap program dan kegiatan gereja kita, pada intinya, mendukung Amanat Agung Kristus. Mari kita menjadi gereja yang peduli terhadap jiwa-jiwa, bukan hanya bangunan atau tradisi.
C. Hidup dalam Ketergantungan pada Roh Kudus
Ingatlah, ini bukan tentang kekuatan kita sendiri. Ini tentang Roh Kudus yang bekerja melalui kita. Mari kita terus menerus mencari kepenuhan Roh Kudus, mendengarkan tuntutan-Nya, dan berserah kepada kuasa-Nya. Dialah yang akan memberi kita kata-kata, keberanian, dan kuasa untuk melihat hidup diubahkan.
Jangan pernah meremehkan apa yang bisa dilakukan Roh Kudus melalui seorang individu yang berserah penuh.
Saudara-saudari, dunia sedang menanti. Mereka menanti Kabar Baik yang kita miliki. Mereka menanti pengharapan yang kita temukan dalam Kristus. Jangan biarkan ketakutan, kesibukan, atau ketidakpedulian membuat kita bungkam. Mari kita bangkit sebagai gereja Kristus, dengan kuasa Roh Kudus, untuk menjadi terang di tengah kegelapan, dan membawa Kabar Baik hingga ke ujung bumi.
Amin.