Mengampuni: Jalan Damai & Hidup Baru

Sebuah Khotbah Mendalam tentang Kekuatan Transformasional Pengampunan

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada kesempatan yang penuh berkat ini, marilah kita merenungkan sebuah topik yang fundamental namun seringkali menjadi pergumulan terberat dalam kehidupan manusia: pengampunan. Kata "pengampunan" seringkali terdengar mudah diucapkan, namun jauh lebih sulit untuk dipraktikkan, terutama ketika luka yang ditimbulkan begitu dalam, pengkhianatan begitu menyakitkan, dan ketidakadilan terasa begitu membakar.

Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan konflik, perselisihan, dan luka. Setiap hari, kita mungkin secara tidak sengaja menyakiti orang lain, atau sebaliknya, kita disakiti oleh perkataan, perbuatan, atau bahkan pengabaian dari orang-orang di sekitar kita. Luka-luka ini, jika tidak ditangani dengan benar, bisa berakar dan tumbuh menjadi kepahitan, kebencian, dan dendam yang merusak jiwa, mengganggu kedamaian batin, dan menghancurkan hubungan.

Namun, di tengah-tengah kerapuhan manusia dan kerentanan terhadap luka, Injil datang dengan pesan yang kuat dan transformasional: pesan pengampunan. Pengampunan bukan sekadar tindakan melupakan atau membenarkan kesalahan; lebih dari itu, pengampunan adalah sebuah pilihan yang radikal, sebuah keputusan ilahi yang membebaskan, baik bagi yang mengampuni maupun yang diampuni. Mari kita selami lebih dalam makna, tantangan, dan berkat dari pengampunan ini.

Pengampunan
Simbol hati yang pulih dan cahaya harapan pengampunan.

I. Memahami Esensi Pengampunan

A. Apa Itu Pengampunan?

Pengampunan bukanlah sebuah emosi yang bisa muncul secara otomatis, melainkan sebuah tindakan kehendak yang didorong oleh kasih. Kita tidak menunggu perasaan "mau mengampuni" itu datang. Seringkali, perasaan itu justru mengikuti keputusan untuk mengampuni. Definisi pengampunan yang paling mendasar mencakup:

  1. Melepaskan Hak untuk Membalas: Ketika seseorang menyakiti kita, secara alami kita merasa berhak untuk marah, menuntut keadilan, atau bahkan membalas. Pengampunan berarti kita secara sadar melepaskan hak tersebut. Ini bukan berarti kita menihilkan kesalahan atau pura-pura tidak terjadi apa-apa, melainkan menyerahkan hak penghakiman dan pembalasan kepada Tuhan.
  2. Memilih untuk Tidak Menyimpan Dendam: Dendam adalah racun yang merusak jiwa. Pengampunan adalah tindakan aktif untuk membuang kepahitan dan kebencian dari hati, bahkan jika luka itu masih terasa.
  3. Menerapkan Kasih Karunia Ilahi: Pengampunan manusia adalah refleksi dari kasih karunia Allah. Kita mengampuni karena kita telah diampuni oleh-Nya. Ini adalah tindakan meniru karakter Kristus.
  4. Sebuah Proses, Bukan Sekadar Peristiwa Tunggal: Terutama untuk luka yang dalam, pengampunan seringkali bukan keputusan satu kali, melainkan sebuah proses yang berulang. Kita mungkin perlu memilih untuk mengampuni berulang kali setiap kali ingatan menyakitkan itu muncul kembali.

B. Apa Itu Bukan Pengampunan?

Sama pentingnya dengan memahami apa itu pengampunan, kita juga perlu memahami apa itu bukan, untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menghambat proses ini:

  1. Bukan Berarti Membenarkan Kesalahan: Mengampuni tidak berarti bahwa perbuatan yang salah itu menjadi benar atau dapat dibenarkan. Kesalahan tetaplah kesalahan. Pengampunan tidak menghapus kebenaran tentang apa yang terjadi.
  2. Bukan Berarti Melupakan: "Maafkan dan lupakan" seringkali menjadi slogan yang tidak realistis. Luka yang dalam mungkin tidak akan pernah benar-benar dilupakan, tetapi dampaknya terhadap kita bisa diubah. Pengampunan memungkinkan kita mengingat tanpa merasakan kepahitan atau keinginan untuk membalas.
  3. Bukan Berarti Harus Rekonsiliasi: Rekonsiliasi membutuhkan penyesalan dari pihak yang bersalah dan keinginan dari kedua belah pihak untuk memperbaiki hubungan. Pengampunan adalah tindakan sepihak yang membebaskan diri Anda. Rekonsiliasi, meskipun indah dan diinginkan, tidak selalu mungkin atau aman. Dalam beberapa kasus, terutama jika ada pola kekerasan atau penyesalan yang tidak tulus, batas-batas harus ditetapkan.
  4. Bukan Berarti Tidak Ada Konsekuensi: Pengampunan rohani tidak berarti tidak ada konsekuensi hukum atau sosial atas tindakan yang salah. Keadilan harus tetap ditegakkan, di mana perlu.

II. Dasar-Dasar Alkitabiah Pengampunan

Alkitab penuh dengan ajaran dan teladan mengenai pengampunan, menunjukkan betapa sentralnya hal ini dalam iman Kristen.

A. Teladan Yesus Kristus

Tidak ada teladan pengampunan yang lebih agung daripada Yesus Kristus sendiri. Bahkan ketika disiksa dan dipakukan di kayu salib, Ia berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Ini adalah puncak dari kasih dan pengampunan yang radikal, mengampuni para penyiksanya bahkan dalam penderitaan-Nya yang paling ekstrem.

B. Ajaran Yesus tentang Pengampunan

Yesus berulang kali mengajarkan pentingnya pengampunan kepada murid-murid-Nya dan kepada semua orang yang mendengarkan:

C. Pengampunan dalam Surat-Surat Paulus

Rasul Paulus juga berulang kali mendorong jemaat untuk hidup dalam pengampunan:

Dari semua ajaran ini, jelas bahwa pengampunan bukanlah pilihan yang opsional bagi orang Kristen, melainkan perintah inti dan ciri khas dari mereka yang telah menerima kasih karunia Allah. Ini adalah fondasi untuk hidup dalam damai dengan Allah dan dengan sesama.

III. Mengapa Pengampunan Begitu Sulit?

Meskipun Alkitab dengan jelas memerintahkan pengampunan, kita semua tahu dari pengalaman pribadi bahwa hal itu seringkali sangat sulit. Mengapa demikian?

A. Sifat Dosa dan Luka

  1. Rasa Sakit yang Mendalam: Luka yang ditimbulkan oleh pengkhianatan, fitnah, kekerasan, atau ketidakadilan bisa sangat mendalam dan meninggalkan trauma. Rasa sakit ini tidak mudah dihilangkan.
  2. Perasaan Tidak Adil: Manusia memiliki rasa keadilan yang kuat. Ketika kita merasa diperlakukan tidak adil, keinginan untuk "membuatnya seimbang" atau melihat pelaku dihukum bisa sangat dominan.
  3. Kerugian dan Dampak Jangka Panjang: Beberapa tindakan salah menyebabkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki (misalnya, kehilangan nyawa, rusaknya reputasi, hilangnya kepercayaan yang mendalam). Sulit untuk mengampuni ketika dampak dari kesalahan itu masih kita rasakan setiap hari.

B. Ego dan Kebanggaan Manusia

  1. Keinginan untuk Mengendalikan: Dengan menahan pengampunan, kita merasa memiliki semacam kendali atas orang yang bersalah. Kita berpikir, "Aku tidak akan memberinya kepuasan dengan mengampuninya."
  2. Kebanggaan Diri: Mengampuni bisa terasa seperti mengakui kelemahan atau membiarkan diri diinjak-injak. Ada kebanggaan yang menghalangi kita untuk melepaskan luka.
  3. Kebenaran Diri: Kita seringkali merasa benar dan menempatkan diri sebagai korban yang berhak atas kemarahan kita. Pengampunan mengharuskan kita untuk turun dari takhta kebenaran diri ini.

C. Ketakutan dan Ketidakpastian

  1. Takut Disakiti Lagi: Jika kita mengampuni, apakah itu berarti kita harus membuka diri lagi untuk disakiti oleh orang yang sama? Pengampunan seringkali disalahartikan dengan menghapus batas dan membiarkan diri menjadi rentan lagi.
  2. Ketidakpastian Hasil: Kita tidak tahu apakah orang yang kita ampuni akan berubah, atau bahkan menghargai pengampunan kita. Terkadang, pengampunan tidak direspons dengan penyesalan atau rekonsiliasi, yang bisa terasa sia-sia.

D. Dampak dari Kepahitan dan Dendam

Tidak mengampuni mungkin terasa seperti melindungi diri kita sendiri atau menghukum orang lain, tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Kepahitan dan dendam adalah beban berat yang kita pikul sendiri:

"Mengampuni adalah membebaskan seorang tahanan, dan kemudian menemukan bahwa tahanan itu adalah dirimu sendiri."

— Lewis B. Smedes

Kutipan ini dengan indah merangkum kebenaran bahwa ketidakmampuan untuk mengampuni sebenarnya adalah penjara bagi jiwa kita sendiri. Orang yang menyakiti mungkin terus hidup tanpa beban, sementara kita terjebak dalam sel kebencian yang kita bangun sendiri.

IV. Berkat dan Kekuatan Transformasional Pengampunan

Meskipun sulit, jalan pengampunan adalah jalan menuju kebebasan, kedamaian, dan kehidupan yang berkelimpahan. Berkat-berkatnya jauh melampaui kesulitan prosesnya.

A. Kedamaian Batin dan Kebebasan Emosional

Ketika kita mengampuni, kita melepaskan beban yang berat. Kita tidak lagi terikat pada kemarahan, kebencian, dan kepahitan. Ini membawa kedamaian batin yang mendalam, memungkinkan hati dan pikiran kita untuk beristirahat. Kita dibebaskan dari rantai masa lalu yang menyakitkan, membuka pintu bagi sukacita dan harapan.

B. Penyembuhan dan Pemulihan

Pengampunan adalah bagian penting dari proses penyembuhan, baik secara emosional, mental, maupun bahkan fisik. Luka-luka yang tertahan akan mulai sembuh ketika kita melepaskan keinginan untuk membalas atau terus memelihara kepahitan. Ini bukan berarti rasa sakit itu hilang seketika, tetapi proses pemulihan dapat dimulai.

C. Memulihkan Hubungan (Jika Memungkinkan)

Meskipun pengampunan tidak selalu berujung pada rekonsiliasi, seringkali pengampunan adalah langkah pertama dan paling penting menuju pemulihan hubungan yang rusak. Ketika kita mengampuni, kita membuka kemungkinan bagi dialog, pemahaman, dan perbaikan. Bahkan jika rekonsiliasi tidak terjadi, kita telah melakukan bagian kita untuk membangun jembatan, bukan tembok.

D. Pertumbuhan Rohani dan Kedekatan dengan Tuhan

Mengampuni adalah tindakan meniru Kristus. Setiap kali kita memilih untuk mengampuni, kita semakin menyerupai karakter-Nya. Ini memperdalam hubungan kita dengan Tuhan, karena kita lebih memahami kasih karunia-Nya dan mengalami kuasa-Nya dalam hidup kita. Pengampunan juga membuka hati kita untuk menerima lebih banyak pengampunan dan berkat dari-Nya.

E. Memecah Siklus Kepahitan

Ketika kita tidak mengampuni, seringkali kita tanpa sadar meneruskan siklus kepahitan kepada generasi berikutnya atau kepada orang lain di sekitar kita. Dengan mengampuni, kita menjadi agen perubahan yang memutus siklus ini, membawa terang dan kasih ke dalam situasi yang gelap.

V. Langkah-Langkah Praktis Menuju Pengampunan

Pengampunan adalah sebuah perjalanan. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang dapat membantu kita dalam proses ini:

A. Akui Luka dan Nyeri Anda

Jangan mencoba menekan atau menyangkal rasa sakit yang Anda alami. Jujurlah dengan diri sendiri dan Tuhan tentang seberapa dalam luka itu. Mengakui rasa sakit bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah pertama menuju penyembuhan. Anda bisa menuliskannya dalam jurnal, berbicara dengan teman yang dipercaya, atau berdoa kepada Tuhan secara terbuka.

B. Buat Keputusan untuk Mengampuni

Ingatlah, pengampunan adalah tindakan kehendak, bukan emosi. Anda mungkin tidak "merasa" ingin mengampuni. Namun, buatlah keputusan yang sadar dan disengaja di hadapan Tuhan untuk melepaskan orang yang bersalah dari "penjara" kebencian Anda. Ucapkan kalimat ini, baik secara lisan maupun dalam hati: "Tuhan, aku memilih untuk mengampuni [nama orang] atas [tindakan yang menyakitkan]." Ini adalah deklarasi spiritual yang kuat.

C. Serahkan Hak Pembalasan kepada Tuhan

Alkitab berkata, "Pembalasan itu adalah hak-Ku, Akulah yang akan menuntutnya, firman Tuhan" (Roma 12:19). Lepaskan keinginan Anda untuk membalas dendam atau melihat orang tersebut menderita. Serahkan sepenuhnya kepada Tuhan, percaya bahwa Ia adalah Hakim yang adil dan bahwa Ia akan menangani segala sesuatu sesuai dengan hikmat dan keadilan-Nya yang sempurna. Ini membebaskan Anda dari beban untuk memikul keadilan di pundak Anda.

D. Berdoa untuk Orang yang Menyakiti Anda

Ini adalah langkah yang sangat sulit tetapi juga transformasional. Yesus mengajarkan, "Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44). Mendoakan orang yang menyakiti Anda akan mulai melunakkan hati Anda terhadap mereka. Doakan agar mereka mengalami pertobatan, kedamaian, atau berkat. Doa ini mengubah hati Anda lebih dari mengubah mereka.

E. Tetapkan Batasan yang Sehat (Jika Perlu)

Mengampuni tidak berarti menghapus batasan atau membiarkan diri disakiti lagi. Terutama jika orang tersebut tidak bertobat atau terus-menerus menyakiti, Anda berhak dan perlu menetapkan batasan yang sehat untuk melindungi diri Anda. Pengampunan adalah tentang hati Anda, batasan adalah tentang perilaku yang dapat diterima dalam hubungan. Ini bukan kontradiksi, melainkan kebijaksanaan.

F. Ulangi Prosesnya Jika Perlu

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pengampunan seringkali adalah sebuah proses. Ketika ingatan menyakitkan atau perasaan marah muncul kembali, ulangi langkah-langkah ini. Setiap kali Anda memilih untuk mengampuni, Anda mengikis kekuatan luka itu atas hidup Anda. Percayalah bahwa dengan setiap pilihan, Anda semakin dekat dengan kebebasan penuh.

G. Cari Dukungan Jika Dibutuhkan

Untuk luka yang sangat dalam, seperti trauma berat, jangan ragu untuk mencari dukungan dari konselor Kristen, pastor, atau kelompok dukungan. Terkadang, kita membutuhkan bantuan dari luar untuk memproses rasa sakit dan menemukan jalan menuju pengampunan.

VI. Pengampunan Diri Sendiri

Seringkali, salah satu bentuk pengampunan yang paling sulit adalah mengampuni diri sendiri. Kita mungkin dihantui oleh kesalahan masa lalu, penyesalan, atau rasa bersalah atas tindakan atau kegagalan kita sendiri.

A. Mengapa Sulit Mengampuni Diri Sendiri?

Kita adalah kritikus terberat bagi diri sendiri. Suara tuduhan dari dalam diri bisa sangat kuat, mengatakan bahwa kita tidak layak diampuni, bahwa kita telah melakukan kesalahan yang terlalu besar, atau bahwa kita tidak pernah bisa melupakan apa yang telah kita lakukan.

B. Pentingnya Mengampuni Diri Sendiri

Jika kita tidak mengampuni diri sendiri, kita tidak akan pernah benar-benar mengalami kebebasan penuh dalam Kristus. Rasa bersalah dan penyesalan yang tidak diampuni bisa menjadi penghalang besar untuk bertumbuh secara rohani, untuk menerima kasih Allah sepenuhnya, dan untuk melayani orang lain dengan efektif.

Ingatlah 1 Yohanes 1:9, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Jika Tuhan telah mengampuni Anda, mengapa Anda menahan pengampunan dari diri sendiri? Menerima pengampunan Allah berarti juga mengaplikasikannya pada diri kita sendiri.

Langkah-langkah untuk mengampuni diri sendiri mirip dengan mengampuni orang lain:

  1. Akui Kesalahan dan Sesali: Jangan menyangkal apa yang terjadi. Akui kesalahan Anda di hadapan Tuhan dan rasakan penyesalan yang tulus.
  2. Terima Pengampunan Allah: Ingatlah bahwa melalui Kristus, semua dosa Anda, besar atau kecil, telah diampuni. Terimalah kebenaran ini dengan iman.
  3. Buat Pilihan untuk Mengampuni Diri Sendiri: Setelah Anda menerima pengampunan Tuhan, buatlah pilihan sadar untuk melepaskan diri Anda dari tuduhan dan rasa bersalah.
  4. Belajar dari Kesalahan dan Lanjutkan: Pengampunan diri tidak berarti mengabaikan pembelajaran. Belajarlah dari kesalahan Anda, buatlah perubahan jika perlu, dan kemudian melangkahlah maju dalam anugerah Tuhan.

VII. Pengampunan dalam Konteks yang Lebih Luas

A. Pengampunan dalam Masyarakat

Prinsip pengampunan juga memiliki relevansi yang besar dalam konteks sosial dan nasional. Banyak konflik di dunia ini yang berakar pada ketidakmampuan kelompok atau bangsa untuk mengampuni luka sejarah, dendam antar-etnis, atau ketidakadilan masa lalu. Proses rekonsiliasi nasional seringkali membutuhkan elemen pengampunan untuk menyembuhkan perpecahan dan membangun masa depan yang lebih baik.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, seperti yang terlihat di Afrika Selatan setelah apartheid, adalah contoh bagaimana pengakuan kesalahan, permintaan maaf, dan tindakan pengampunan dapat memulai proses penyembuhan masyarakat yang terluka.

B. Pengampunan dan Keadilan

Penting untuk memahami bahwa pengampunan tidak berarti mengabaikan keadilan. Mengampuni seseorang tidak berarti Anda harus membebaskan mereka dari konsekuensi hukum atau sosial dari tindakan mereka. Misalnya, jika seseorang melakukan kejahatan, mereka tetap harus menghadapi sistem hukum. Pengampunan yang kita berikan adalah pengampunan rohani yang membebaskan diri kita dari beban kepahitan, bukan pengganti bagi keadilan yang sah. Keduanya dapat berjalan beriringan: kita mengampuni orangnya, tetapi keadilan tetap harus ditegakkan untuk perbuatannya.

Tuhan sendiri adalah Tuhan yang adil sekaligus penyayang dan pengampun. Ia tidak mengabaikan keadilan atas dosa, melainkan keadilan dipenuhi melalui kematian Kristus di kayu salib. Pengampunan Ilahi tidak membatalkan keadilan, melainkan memenuhinya dengan cara yang memungkinkan kasih karunia mengalir.

C. Pengampunan dan Keilahian

Pada akhirnya, kekuatan untuk mengampuni secara radikal dan tanpa batas bukanlah kekuatan yang berasal dari manusia semata. Ini adalah anugerah dan karunia dari Tuhan. Ketika kita merasa tidak mampu mengampuni, kita perlu berpaling kepada Kristus, sumber pengampunan itu sendiri. Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk melakukan apa yang secara alami tidak mungkin kita lakukan. Dia menolong kita untuk melihat orang yang bersalah melalui kacamata kasih karunia, seperti Kristus melihat kita.

Filipi 4:13 berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Ini termasuk tantangan untuk mengampuni mereka yang telah melukai kita paling dalam. Bergantunglah pada kekuatan Ilahi untuk setiap langkah dalam perjalanan pengampunan Anda.

Kesimpulan: Memilih Jalan Kehidupan

Saudara-saudari yang terkasih, pengampunan adalah inti dari Injil. Ini adalah undangan untuk melepaskan beban, untuk menyembuhkan luka, dan untuk berjalan dalam kebebasan yang sejati. Jalan ini mungkin sulit, penuh dengan rintangan emosional dan tantangan spiritual. Namun, janji-janji Tuhan menyertai kita: kedamaian, penyembuhan, pemulihan hubungan, dan pertumbuhan rohani yang mendalam.

Apakah ada seseorang dalam hidup Anda yang perlu Anda ampuni? Apakah ada kepahitan yang masih mengakar di dalam hati Anda? Apakah Anda sendiri sedang bergumul dengan pengampunan diri sendiri atas kesalahan masa lalu? Hari ini adalah hari untuk membuat keputusan. Hari ini adalah hari untuk memilih pengampunan. Bukan karena orang itu pantas diampuni, tetapi karena Anda pantas untuk dibebaskan. Bukan karena luka itu tidak nyata, tetapi karena Anda layak mendapatkan kedamaian dan kesembuhan.

Marilah kita meneladani Kristus yang, di atas kayu salib, mengampuni para penyiksa-Nya. Marilah kita mengingat pengampunan tak terbatas yang telah kita terima dari Bapa surgawi kita. Dengan hati yang terbuka dan berserah, marilah kita melangkah maju dalam iman, memilih untuk mengampuni, dan dengan demikian membuka diri kita untuk mengalami kuasa transformasional dari kasih karunia Allah.

Pengampunan bukanlah tanda kelemahan; itu adalah kekuatan ilahi. Pengampunan bukan berarti membiarkan diri diinjak-injak; itu adalah cara kita menjaga hati dan jiwa kita. Pengampunan bukan berarti melupakan; itu adalah cara kita mengubah ingatan menyakitkan menjadi pelajaran yang membebaskan. Mari kita pilih jalan pengampunan, jalan kehidupan, jalan damai.

Amin.

Semoga khotbah ini memberkati kita semua dan mendorong kita untuk menghidupi panggilan Kristus untuk saling mengampuni. Jika Anda merasa tergerak, luangkan waktu sejenak dalam doa untuk merenungkan siapa yang mungkin perlu Anda ampuni hari ini.

Ingatlah janji dari Yesaya 40:31, "Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Kekuatan untuk mengampuni datang dari menanti-nantikan Tuhan.

Lakukanlah langkah-langkah ini, satu per satu, dengan keyakinan bahwa setiap langkah kecil dalam pengampunan adalah langkah raksasa menuju kebebasan sejati dalam Kristus. Dan ketika Anda mengampuni, Anda akan menemukan bahwa Anda tidak hanya melepaskan orang lain, tetapi Anda juga membebaskan diri Anda sendiri dari penjara kepahitan, dendam, dan kemarahan.

Mulai hari ini, marilah kita berkomitmen untuk mempraktikkan pengampunan dalam kehidupan sehari-hari kita. Baik itu dalam hal-hal kecil, seperti salah paham di tempat kerja atau pertengkaran ringan di rumah, maupun dalam hal-hal besar yang meninggalkan luka mendalam. Setiap kesempatan untuk mengampuni adalah kesempatan untuk menjadi seperti Kristus, kesempatan untuk menaburkan benih damai, dan kesempatan untuk mengalami penyembuhan yang dari Tuhan.

Dunia ini sangat membutuhkan hati yang mau mengampuni. Dengan menjadi pribadi yang mengampuni, kita bukan hanya membawa damai ke dalam hidup kita sendiri, tetapi kita juga menjadi agen perdamaian dan penyembuhan di tengah masyarakat yang terluka. Mari kita menjadi terang dan garam, yang melalui pengampunan kita, memancarkan kasih dan kebenaran Allah kepada dunia.

Akhir kata, jangan pernah meremehkan kekuatan pengampunan. Ini adalah salah satu karunia terbesar yang bisa kita berikan, baik kepada orang lain maupun kepada diri kita sendiri. Itu adalah jalan menuju hidup yang lebih penuh, lebih bebas, dan lebih selaras dengan kehendak ilahi. Pergilah dan ampunilah, seperti Kristus telah mengampuni kita. Tuhan memberkati!