Matius 28:16-20 adalah salah satu bagian Alkitab yang paling krusial dan mendasar bagi pemahaman misi gereja Kristen. Dikenal sebagai "Amanat Agung" atau "The Great Commission," ayat-ayat ini mencatat perintah terakhir yang diberikan Yesus Kristus kepada sebelas murid-Nya sebelum kenaikan-Nya ke surga. Perintah ini bukan sekadar saran, melainkan mandat ilahi yang mengikat setiap pengikut Kristus di sepanjang sejarah, mengarahkan mereka untuk sebuah misi yang transformatif dan global. Ini adalah cetak biru untuk pertumbuhan gereja, evangelisme, dan pemuridan yang berkesinambungan.
Dalam khotbah ini, kita akan menggali makna mendalam dari Matius 28:16-20, menguraikan setiap bagiannya untuk memahami konteks, otoritas di baliknya, perintah yang diberikan, serta janji penyertaan ilahi yang menyertainya. Lebih dari itu, kita akan merenungkan implikasi dan penerapannya dalam kehidupan kita sebagai individu percaya dan sebagai gereja di tengah dunia yang terus berubah ini. Amanat Agung bukanlah relik sejarah, melainkan panggilan yang hidup dan mendesak untuk zaman kita.
Matius 28:16-20 (TB)
16Kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 17Ketika melihat Dia, mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 18Yesus mendekati mereka dan berkata: "Segala kuasa di surga dan di bumi telah diserahkan kepada-Ku. 19Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
I. Konteks Amanat Agung (Ayat 16-17)
Untuk memahami sepenuhnya Amanat Agung, kita harus terlebih dahulu memahami konteksnya. Bagian ini bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan kebangkitan Kristus dengan misi gereja yang akan datang.
A. Tempat Pertemuan: Galilea dan Bukit yang Ditentukan
Ayat 16 menyatakan, "Kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka." Mengapa Galilea? Setelah kebangkitan-Nya, Yesus memberikan instruksi khusus kepada para wanita di kubur kosong untuk memberitahu murid-murid-Nya agar pergi ke Galilea (Matius 28:7, 10). Ini bukan sekadar lokasi acak. Galilea adalah tempat di mana pelayanan publik Yesus dimulai. Ini adalah wilayah yang "kafir", tempat di mana orang-orang Yahudi dan non-Yahudi hidup berdampingan. Dengan memilih Galilea sebagai tempat pertemuan terakhir, Yesus secara simbolis kembali ke akar pelayanan-Nya, sekaligus mengisyaratkan sifat universal dari misi yang akan Dia berikan. Ini bukan hanya untuk Yerusalem atau kaum Yahudi, tetapi untuk semua bangsa, dimulai dari pinggiran.
Penyebutan "bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka" menunjukkan adanya sebuah tujuan dan perencanaan ilahi. Bukit seringkali menjadi tempat penting dalam Alkitab untuk peristiwa-peristiwa besar: Musa menerima Taurat di Gunung Sinai, Yesus menyampaikan Khotbah di Bukit, dan di atas bukit inilah Amanat Agung diberikan. Bukit adalah tempat wahyu, tempat otoritas, dan tempat di mana langit dan bumi seolah-olah bertemu. Ini menegaskan bahwa pertemuan ini adalah momen yang sakral dan penuh kuasa, bukan sekadar perpisahan biasa.
B. Reaksi Para Murid: Penyembahan dan Keraguan
Ayat 17 merekam dua respons yang kontras dari para murid: "Ketika melihat Dia, mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu." Ini adalah gambaran yang sangat manusiawi dan jujur. Di satu sisi, ada pengakuan akan keilahian dan kemenangan Yesus melalui penyembahan. Mereka melihat Yesus yang telah bangkit, sosok yang mereka kenal dan ikuti, tetapi kini dengan kemuliaan yang melampaui pemahaman manusiawi. Penyembahan mereka adalah respons alami terhadap otoritas dan kuasa ilahi yang mereka saksikan.
Namun, di sisi lain, beberapa orang ragu-ragu. Keraguan ini tidak boleh diabaikan. Ini bukan keraguan yang bersifat menolak iman, melainkan mungkin keraguan yang muncul dari ketidakpahaman penuh atau keheranan yang luar biasa. Bagaimana mungkin ini terjadi? Apakah ini nyata? Ini menunjukkan bahwa bahkan mereka yang paling dekat dengan Yesus pun bergumul dengan realitas supernatural yang luar biasa ini. Keraguan ini menjadikan kisah ini semakin otentik dan relevan bagi kita. Ini menunjukkan bahwa iman tidak selalu bebas dari pertanyaan atau pergumulan, dan bahwa Yesus menerima murid-murid-Nya apa adanya, termasuk dengan keraguan mereka. Bahkan di tengah keraguan, Amanat Agung tetap diberikan.
II. Fondasi Amanat Agung: Kuasa dan Otoritas Kristus (Ayat 18)
Sebelum Yesus memberikan perintah-Nya, Dia terlebih dahulu menegaskan otoritas-Nya. Ini adalah fondasi yang kokoh di atas mana seluruh Amanat Agung berdiri.
A. Pernyataan Otoritas Universal
Ayat 18 adalah pernyataan yang luar biasa: "Yesus mendekati mereka dan berkata: 'Segala kuasa di surga dan di bumi telah diserahkan kepada-Ku.'" Ini bukan klaim yang dibuat-buat, melainkan proklamasi kebenaran yang baru ditegaskan oleh kebangkitan-Nya. Kebangkitan adalah bukti pamungkas dari otoritas Yesus. Kematian dan kebangkitan-Nya telah memvalidasi semua klaim-Nya tentang diri-Nya sebagai Mesias dan Anak Allah.
Frasa "segala kuasa" (Yunani: πᾶσα ἐξουσία, *pasa exousia*) berarti otoritas penuh, tanpa batasan, mencakup semua dimensi keberadaan. Ini termasuk otoritas atas alam fisik, atas penyakit, atas setan-setan, atas dosa, dan bahkan atas kematian itu sendiri. Dengan kebangkitan-Nya, Yesus telah menunjukkan kemenangan-Nya atas kuasa dosa dan maut, dan oleh karena itu, Dia sekarang memiliki otoritas tertinggi atas segala sesuatu.
Otoritas ini bersifat ganda: "di surga dan di bumi." Ini berarti otoritas-Nya tidak terbatas pada alam spiritual atau alam jasmani saja, melainkan mencakup keduanya. Dia adalah penguasa kosmos, kepala gereja, dan hakim atas seluruh umat manusia. Pernyataan ini paralel dengan Daniel 7:14, di mana Anak Manusia diberi kekuasaan, kemuliaan, dan pemerintahan, sehingga semua bangsa, suku, dan bahasa melayani Dia. Yesus adalah Anak Manusia yang dinubuatkan itu.
B. Implikasi dari Kuasa yang Diserahkan
Pengalihan kuasa ini ("telah diserahkan kepada-Ku") menunjukkan bahwa ini adalah anugerah dari Bapa. Namun, hal ini tidak mengurangi keilahian Yesus; sebaliknya, itu menegaskan bahwa Dia adalah pribadi yang layak menerima dan memegang kuasa tertinggi ini. Otoritas ini bukan untuk kepentingan diri-Nya sendiri, melainkan untuk melaksanakan rencana ilahi bagi keselamatan dunia.
Mengapa penting bagi para murid untuk mendengar ini sebelum mereka diutus? Karena misi yang akan mereka jalankan adalah misi yang besar, sulit, dan seringkali berbahaya. Mereka akan menghadapi penolakan, penganiayaan, dan ketidakpercayaan. Tanpa fondasi otoritas Kristus yang tak terbatas, misi ini akan terasa mustahil. Namun, karena Yesus memiliki segala kuasa, para murid dapat pergi dengan keyakinan bahwa mereka tidak bertindak atas nama kekuatan mereka sendiri, tetapi atas nama Yang Mahakuasa. Kuasa Kristus adalah jaminan keberhasilan misi mereka, bukan karena kapasitas mereka, melainkan karena mandat dari Raja semesta alam.
III. Perintah Amanat Agung: Pergi, Jadikan Murid, Baptis, Ajar (Ayat 19-20a)
Dengan otoritas yang tak terbatas, Yesus kemudian memberikan perintah utama-Nya. Bagian ini adalah jantung dari Amanat Agung, menguraikan apa yang harus dilakukan oleh para murid.
A. "Karena Itu Pergilah" (The Imperative of Movement)
Kata "Karena itu" (Yunani: οὖν, *oun*) secara langsung menghubungkan perintah dengan pernyataan otoritas sebelumnya. Karena Yesus memiliki segala kuasa, oleh karena itu, para murid harus pergi. Ini adalah implikasi logis dari otoritas-Nya yang universal. Jika Dia adalah Tuhan atas segala sesuatu, maka perintah-Nya harus ditaati dan jangkauan-Nya harus universal.
Perintah "pergilah" (πορευθέντες, *poreuthentes*) adalah sebuah partisip yang imperatif. Ini bukan pilihan, melainkan sebuah tindakan yang harus dilakukan. Ini menyiratkan pergerakan, inisiatif, dan proaktivitas. Iman Kristen bukanlah sesuatu yang pasif dan menunggu; ia aktif dan dinamis, selalu bergerak maju untuk membawa Injil kepada mereka yang belum mendengarnya. Ini bukan berarti semua orang harus menjadi misionaris literal yang meninggalkan negara mereka, tetapi setiap orang percaya dipanggil untuk memiliki hati yang misioner, selalu mencari kesempatan untuk berbagi kabar baik di mana pun mereka berada, baik secara geografis maupun dalam konte lingkaran pengaruh mereka.
B. "Jadikanlah Semua Bangsa Murid-Ku" (The Core Mandate)
Ini adalah perintah utama (kata kerja imperatif utama dalam ayat ini). "Jadikanlah murid" (μαθητεύσατε, *matheteusate*) adalah inti dari Amanat Agung. Ini lebih dari sekadar menginjili atau mendapatkan pertobatan. Tujuan akhirnya adalah menjadikan orang-orang dari "semua bangsa" (πάντα τὰ ἔθνη, *panta ta ethne*) sebagai murid Kristus.
Mari kita uraikan frasa ini:
1. "Semua Bangsa" (Panta ta Ethne)
Kata "bangsa" di sini tidak hanya merujuk pada negara-negara politik, tetapi lebih tepatnya pada kelompok-kelompok etnis atau suku bangsa. Ini menunjukkan sifat universal dari misi Kristen. Tidak ada batasan ras, budaya, atau geografis. Dari Yahudi ke non-Yahudi, dari yang terpelajar hingga yang paling sederhana, dari setiap bahasa dan setiap sudut bumi, Injil harus diberitakan dan murid-murid harus dijadikan. Ini menghancurkan tembok-tembok pemisah dan mengundang semua manusia ke dalam kerajaan Allah. Ini adalah visi yang luar biasa inklusif dan ambisius, mencerminkan kasih Allah yang tak terbatas bagi seluruh ciptaan-Nya.
2. "Jadikan Murid" (Matheteusate)
Menjadikan murid adalah sebuah proses yang melibatkan transformasi menyeluruh. Ini bukan hanya sebuah keputusan instan, melainkan sebuah perjalanan seumur hidup. Seorang murid adalah seseorang yang:
- Mengikuti Yesus: Belajar dari Dia, meneladani kehidupan-Nya, dan menyerahkan diri kepada otoritas-Nya.
- Belajar dari Yesus: Memahami ajaran-Nya, merenungkan perkataan-Nya, dan menerapkannya dalam kehidupan.
- Menjadi seperti Yesus: Mengalami perubahan karakter, nilai-nilai, dan prioritas agar semakin menyerupai Kristus.
- Berkomitmen kepada Yesus: Menempatkan Yesus sebagai pusat kehidupan dan menaati perintah-perintah-Nya.
Proses pemuridan mencakup penginjilan (menyampaikan kabar baik), pertobatan (berbalik dari dosa kepada Allah), dan pertumbuhan rohani (membentuk karakter Kristus). Ini adalah investasi jangka panjang dalam kehidupan orang lain, membimbing mereka untuk menjadi pengikut Kristus yang setia dan pada gilirannya, juga menjadikan murid orang lain.
C. "Baptislah Mereka dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (The Rite of Initiation)
Setelah perintah untuk menjadikan murid, Yesus memberikan dua instrumen utama untuk mencapai tujuan tersebut: pembaptisan dan pengajaran. Yang pertama adalah pembaptisan.
1. Pentingnya Pembaptisan
Pembaptisan adalah tanda visual dan publik dari identifikasi seorang percaya dengan Kristus. Ini adalah ritual inisiasi yang melambangkan:
- Kematian bersama Kristus: Simbol kematian terhadap dosa dan cara hidup lama.
- Kebangkitan bersama Kristus: Simbol kehidupan baru dalam Kristus, sebuah awal yang baru yang dikendalikan oleh Roh Kudus.
- Pengampunan dosa: Melalui Kristus, dosa-dosa diampuni.
- Keanggotaan dalam Tubuh Kristus: Pembaptisan memasukkan seseorang ke dalam komunitas orang percaya, yaitu gereja.
- Ketaatan kepada Kristus: Ini adalah perintah Yesus sendiri, dan ketaatan dalam pembaptisan adalah langkah awal dalam perjalanan pemuridan.
Pembaptisan bukan sekadar ritual kosong, melainkan sebuah deklarasi iman yang kuat dan sebuah tindakan ketaatan yang penting dalam proses menjadi murid. Ini adalah cara seseorang secara terbuka mengidentifikasi diri dengan Kristus dan bergabung dengan umat-Nya.
2. Formula Trinitarian
Frasa "dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" adalah salah satu pernyataan trinitarian yang paling jelas dalam Alkitab. Ini menegaskan keesaan dan sekaligus keberlainan pribadi-pribadi ilahi dalam keilahian: Allah Bapa (Pencipta dan Pemelihara), Allah Anak (Penebus dan Juruselamat), dan Allah Roh Kudus (Penghibur dan Pemberdaya). Orang yang dibaptis disatukan dengan Allah Tritunggal, dipanggil ke dalam persekutuan dengan-Nya, dan hidup di bawah otoritas-Nya. Ini adalah pengingat yang kuat tentang siapa Allah kita dan bagaimana Dia bekerja dalam keselamatan dan pemuridan.
D. "Dan Ajarlah Mereka Melakukan Segala Sesuatu yang Telah Kuperintahkan Kepadamu" (The Mandate of Ongoing Education and Obedience)
Bagian kedua dari instrumen pemuridan adalah pengajaran. Ini menekankan aspek pendidikan dan ketaatan yang berkelanjutan.
1. Isi Pengajaran: Perintah Kristus
Para murid tidak hanya diajar tentang Kristus, tetapi "ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." Ini berarti seluruh ajaran Yesus, etika-Nya, nilai-nilai-Nya, dan prinsip-prinsip kerajaan Allah harus disampaikan. Ini mencakup Khotbah di Bukit, perumpamaan-Nya, ajaran-Nya tentang kasih, pengampunan, keadilan, dan kekudusan. Ini adalah ajaran yang transformatif, yang membentuk cara pandang, pikiran, dan tindakan seorang murid.
Penting untuk dicatat bahwa tujuannya bukan hanya untuk mengetahui, tetapi untuk "melakukan" (τηρεῖν, *terein*) ajaran-Nya. Iman Kristen bukanlah akumulasi informasi, tetapi penerapan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Pemuridan yang sejati melibatkan perubahan perilaku dan karakter, yang terlihat dalam ketaatan yang aktif terhadap perintah-perintah Kristus. Ini adalah panggilan untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya, menjadi saksi hidup dari kuasa transformatif Injil.
2. Proses Pengajaran yang Berkelanjutan
Pengajaran ini adalah proses yang terus-menerus, bukan peristiwa satu kali. Seorang murid akan terus belajar dan bertumbuh sepanjang hidupnya. Ini juga menunjukkan peran para pemimpin gereja dan sesama orang percaya dalam membimbing dan mendidik orang lain dalam iman. Gereja harus menjadi pusat pembelajaran di mana Firman Tuhan diajarkan secara setia dan relevan, membekali jemaat untuk hidup sebagai murid yang taat.
IV. Janji Amanat Agung: Kehadiran Kristus yang Senantiasa (Ayat 20b)
Setelah memberikan Amanat Agung yang begitu besar dan menantang, Yesus tidak meninggalkan para murid-Nya tanpa pengharapan. Dia memberikan sebuah janji yang paling menghibur dan memberdayakan.
A. "Aku Menyertai Kamu Senantiasa" (The Promise of Presence)
Janji ini adalah puncak dari seluruh Amanat Agung: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa." Kata "ketahuilah" (ἰδοὺ, *idou*) menarik perhatian pada pentingnya janji ini. Ini bukan sekadar kata-kata penghiburan, melainkan sebuah jaminan ilahi.
Penyertaan Kristus adalah kunci untuk melaksanakan Amanat Agung. Para murid yang lemah, ragu-ragu, dan terbatas tidak akan mampu menjalankan misi sebesar ini dengan kekuatan mereka sendiri. Namun, dengan kehadiran Kristus, mereka diberdayakan. Ini mengingatkan kita pada Immanuel, "Allah menyertai kita," nama yang diberikan kepada Yesus sendiri di awal Injil Matius (Matius 1:23). Apa yang dimulai dengan janji bahwa Allah akan menyertai umat-Nya, kini diakhiri dengan janji bahwa Kristus yang bangkit akan menyertai murid-murid-Nya dalam misi mereka.
"Senantiasa" (πάσας τὰς ἡμέρας, *pasas tas hemeras*) berarti setiap hari, setiap saat, tanpa henti. Ini adalah kehadiran yang konstan, tidak hanya dalam waktu-waktu ibadah atau pelayanan formal, tetapi dalam setiap aspek kehidupan dan setiap tantangan yang dihadapi. Janji ini adalah sumber kekuatan, penghiburan, dan keberanian bagi setiap orang percaya yang terlibat dalam misi. Kita tidak sendirian; Kristus yang memiliki segala kuasa di surga dan di bumi menyertai kita.
B. "Sampai Kepada Akhir Zaman" (The Duration of the Promise)
Janji penyertaan ini tidak hanya untuk kesebelas murid itu, melainkan juga untuk semua murid di setiap generasi, "sampai kepada akhir zaman" (ἕως τῆς συντελείας τοῦ αἰῶνος, *heos tes synteleias tou aiōnos*). Ini memastikan bahwa Amanat Agung dan janji penyertaan-Nya bersifat universal dan abadi. Ini berlaku bagi kita yang hidup di abad ke-21 sama seperti berlaku bagi para rasul pertama.
Ini adalah janji yang mencakup setiap zaman sejarah gereja, dari awal mula hingga kedatangan Kristus yang kedua kali. Selama Amanat Agung masih harus dilaksanakan, selama masih ada bangsa-bangsa yang belum dijangkau dengan Injil, selama masih ada murid-murid yang perlu diajar dan dibaptis, maka janji penyertaan Kristus tetap berlaku. Ini memberikan pengharapan dan kepastian bahwa meskipun dunia mungkin berubah dan tantangan mungkin bertambah, misi Allah akan terus berlanjut dan pada akhirnya akan mencapai tujuan-Nya, karena Kristus ada bersama umat-Nya di setiap langkah perjalanan.
V. Implikasi dan Penerapan Amanat Agung Hari Ini
Amanat Agung bukanlah sekadar teori teologis; ini adalah panggilan untuk bertindak, sebuah cetak biru untuk kehidupan setiap orang percaya dan gereja. Bagaimana kita menerapkan perintah yang begitu besar ini dalam konteks kita saat ini?
A. Tanggung Jawab Pribadi Setiap Orang Percaya
Meskipun Amanat Agung seringkali dikaitkan dengan misi gereja secara korporat, namun intinya adalah tanggung jawab pribadi. Setiap individu yang mengaku sebagai murid Kristus dipanggil untuk mengambil bagian di dalamnya.
1. Hidup Misioner dalam Kehidupan Sehari-hari
Kita tidak perlu pergi ke negeri yang jauh untuk menjadi misionaris. Lingkungan kita sendiri—keluarga, teman, rekan kerja, tetangga—adalah ladang misi kita yang pertama. Bagaimana kita bisa menjadikan orang lain murid Kristus di tempat kita berada?
- Melalui Kesaksian Hidup: Cara hidup kita—integritas, kasih, sukacita, damai sejahtera—harus mencerminkan Kristus. Seringkali, tindakan kita berbicara lebih keras daripada kata-kata kita.
- Melalui Kesaksian Lisan: Kita harus siap dan mau untuk membagikan iman kita, menjelaskan mengapa kita percaya kepada Yesus, dan menawarkan harapan yang kita miliki. Ini bisa berarti percakapan pribadi, undangan ke gereja, atau membagikan pengalaman spiritual kita.
- Melalui Pelayanan: Melayani orang lain dalam kebutuhan mereka, menunjukkan kasih Kristus secara praktis, dapat membuka pintu untuk Injil. Ini bisa berupa membantu yang membutuhkan, menjadi relawan, atau hanya menawarkan telinga yang mau mendengar.
2. Berkomitmen pada Pemuridan Pribadi dan Orang Lain
Sebelum kita bisa menjadikan orang lain murid, kita harus terus menjadi murid itu sendiri. Ini berarti:
- Belajar Terus-menerus: Membaca Alkitab, berdoa, menghadiri ibadah dan persekutuan, serta mencari hikmat dari pemimpin rohani.
- Ketaatan Radikal: Hidup dalam ketaatan terhadap perintah-perintah Kristus, membiarkan Firman-Nya mengubah setiap area kehidupan kita.
- Memuridkan Orang Lain: Secara sengaja mencari seseorang atau beberapa orang untuk dibimbing dalam iman, mengajarkan mereka apa yang telah kita pelajari, dan mendorong mereka untuk bertumbuh dalam Kristus. Ini bisa formal atau informal, tetapi harus disengaja.
B. Peran Gereja sebagai Agen Utama Amanat Agung
Gereja, sebagai Tubuh Kristus di bumi, adalah alat utama Allah untuk melaksanakan Amanat Agung. Gereja memiliki tanggung jawab korporat yang unik.
1. Penginjilan Lokal dan Misi Global
Gereja harus memiliki visi ganda:
- Penginjilan Lokal: Menjangkau komunitas di sekitarnya dengan Injil, menawarkan kasih dan pelayanan, serta mengundang orang untuk datang kepada Kristus. Ini termasuk program-program jangkauan, acara-acara komunitas, dan menjadi terang di lingkungan.
- Misi Global: Mendukung pekerjaan misionaris di seluruh dunia, baik secara finansial maupun melalui doa dan pengiriman tenaga misionaris. Ini berarti mengakui bahwa Amanat Agung adalah untuk "semua bangsa," dan kita memiliki tanggung jawab untuk menjangkau mereka yang jauh.
2. Pembinaan dan Pelatihan Pemuridan yang Efektif
Gereja harus menjadi tempat di mana murid-murid tidak hanya diciptakan tetapi juga dibina dan dilatih. Ini melibatkan:
- Pengajaran Firman yang Kuat: Khotbah yang berpusat pada Kristus, pengajaran Alkitab yang mendalam, dan kelompok-kelompok studi Alkitab.
- Program Pemuridan Terstruktur: Membuat program-program yang membantu anggota gereja untuk bertumbuh dalam iman, memahami doktrin, mengembangkan keterampilan pelayanan, dan hidup dalam ketaatan.
- Melengkapi Orang Kudus untuk Pelayanan: Mengidentifikasi karunia rohani, memberikan pelatihan, dan menciptakan kesempatan bagi anggota jemaat untuk menggunakan karunia mereka dalam pelayanan, baik di dalam maupun di luar gereja.
3. Pelayanan Sosial dan Keadilan
Menjadikan murid juga berarti menunjukkan kasih Kristus secara holistik. Yesus tidak hanya mengajar; Dia juga melayani orang sakit, memberi makan yang lapar, dan membela yang tertindas. Gereja dipanggil untuk menjadi suara keadilan dan agen belas kasihan dalam dunia.
- Memenuhi Kebutuhan Fisik: Memberikan bantuan kepada yang miskin, mengurus yang sakit, dan menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan fisik.
- Membela Keadilan: Berbicara menentang ketidakadilan, memperjuangkan hak-hak kaum tertindas, dan bekerja untuk perubahan sosial yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Pelayanan sosial bukan pengganti penginjilan, melainkan ekspresi yang tulus dari Injil yang memberikan kredibilitas pada pesan kita.
C. Tantangan dan Peluang dalam Konteks Modern
Melaksanakan Amanat Agung di era modern membawa tantangan dan peluang baru yang perlu kita hadapi dengan bijak dan strategis.
1. Tantangan
- Sekularisme dan Relativisme: Banyak masyarakat menjadi semakin sekuler, melihat iman sebagai urusan pribadi semata, atau menganggap semua pandangan sama benarnya. Ini menantang klaim kebenaran universal dari Injil.
- Polarisasi dan Perpecahan: Dunia dan bahkan gereja seringkali terpecah oleh politik, ras, budaya, dan teologi. Ini menghambat kesatuan yang diperlukan untuk misi.
- Penganiayaan dan Penolakan: Di banyak bagian dunia, orang Kristen menghadapi penganiayaan yang parah, dan di bagian lain, Injil disambut dengan apatis atau penolakan.
- Konsumerisme dan Individualisme: Budaya yang berpusat pada diri sendiri dan materialisme dapat mengalihkan fokus dari misi Allah dan mendorong orang untuk mencari kenyamanan pribadi daripada pengorbanan untuk Injil.
2. Peluang
- Teknologi dan Media Sosial: Internet dan media sosial menyediakan platform yang belum pernah ada sebelumnya untuk menyebarkan Injil dan melakukan pemuridan lintas batas geografis. Gereja dapat menggunakan platform ini untuk menjangkau jutaan orang.
- Globalisasi dan Migrasi: Pergerakan orang antar negara membawa berbagai bangsa ke ambang pintu kita. Ini adalah kesempatan untuk menjangkau "semua bangsa" tanpa harus pergi jauh.
- Kebutuhan Akan Makna: Meskipun ada sekularisme, banyak orang masih mencari makna, tujuan, dan harapan. Injil menawarkan jawaban yang mendalam untuk pertanyaan-pertanyaan eksistensial ini.
- Inovasi dalam Misi: Gereja terus menemukan cara-cara baru dan kreatif untuk menjangkau, melayani, dan memuridkan, menyesuaikan diri dengan konteks budaya yang berbeda tanpa mengorbankan kebenaran Injil.
VI. Kesimpulan: Amanat yang Hidup dan Abadi
Amanat Agung dalam Matius 28:16-20 adalah lebih dari sekadar bagian penutup Injil Matius; ini adalah pernyataan misi sentral yang diberikan oleh Tuhan kita yang bangkit kepada gereja-Nya. Ini adalah perintah yang didasarkan pada otoritas universal Kristus, yang memanggil kita untuk pergi, menjadikan murid dari semua bangsa, membaptis mereka, dan mengajar mereka untuk menaati segala perintah-Nya. Dan yang paling menghibur dari semuanya, ini adalah perintah yang disertai dengan janji kehadiran-Nya yang tak putus-putusnya, "senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Janji ini menegaskan bahwa kita tidak berjuang sendirian. Misi ini adalah misi Kristus sendiri, dan Dia sendiri yang akan menyertai dan memberdayakan kita untuk menyelesaikannya. Apa pun tantangan yang kita hadapi, apa pun keraguan yang mungkin muncul dalam hati kita, kita dapat yakin bahwa Dia yang memiliki segala kuasa adalah bersama kita.
Sebagai orang percaya di zaman ini, kita dipanggil untuk merespons Amanat Agung dengan ketaatan yang radikal dan kasih yang membara. Ini berarti setiap kita harus secara aktif terlibat dalam proses pemuridan—baik dengan menjadi murid yang lebih baik, maupun dengan menjadikan murid orang lain. Ini berarti gereja harus menjadi agen yang efektif untuk menjangkau dunia dengan Injil, baik secara lokal maupun global, melalui penginjilan, pelayanan sosial, dan pembinaan yang kuat.
Marilah kita mengingat bahwa Amanat Agung bukanlah beban, melainkan sebuah kehormatan. Ini adalah undangan untuk berpartisipasi dalam rencana terbesar Allah bagi penebusan dunia. Dengan Kristus sebagai Panglima kita dan janji penyertaan-Nya sebagai jaminan kita, marilah kita pergi dengan berani dan setia untuk melaksanakan Amanat Agung-Nya, sampai setiap bangsa telah mendengar, dan sampai Dia datang kembali.
Amin.