Pendahuluan: Fondasi Syukur Kita
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pada hari yang indah ini, hati kita dipenuhi dengan sebuah panggilan yang mendalam: panggilan untuk bersyukur. Bukan sekadar syukur atas berkat-berkat materi yang melimpah, atau keberhasilan yang kita raih, melainkan syukur yang lebih fundamental dan esensial, yaitu syukur atas penyertaan Tuhan. Penyertaan Tuhan adalah janji abadi yang melingkupi setiap aspek kehidupan kita, sebuah realitas yang seringkali kita lupakan dalam hiruk-pikuk kesibukan atau tenggelam dalam gelombang kesulitan.
Kita hidup di dunia yang penuh tantangan, ketidakpastian, dan terkadang kepedihan. Ada saat-saat ketika jalan terasa gelap, langkah terasa berat, dan harapan seakan memudar. Namun, di tengah semua itu, ada satu kebenaran yang tidak pernah berubah, satu jangkar yang kokoh, yaitu kehadiran Tuhan yang setia. Firman Tuhan berulang kali menegaskan bahwa Ia tidak pernah meninggalkan kita, bahkan sampai akhir zaman (Matius 28:20). Penyertaan-Nya adalah jaminan kedamaian kita, sumber kekuatan kita, dan alasan utama mengapa kita bisa berdiri tegak hari ini.
Khotbah ini akan mengajak kita menyelami lebih dalam makna penyertaan Tuhan, bagaimana kita dapat mengenalinya dalam setiap musim kehidupan, dan yang terpenting, bagaimana kita dapat meresponsnya dengan hati yang penuh syukur. Mari kita buka hati dan pikiran kita untuk menerima kebenaran yang membebaskan ini, dan biarlah syukur kita menjadi nyanyian pujian yang tak berkesudahan bagi Dia yang setia.
I. Menggali Makna Penyertaan Tuhan
Apa sebenarnya yang kita maksud dengan "penyertaan Tuhan"? Istilah ini jauh melampaui sekadar kehadiran fisik. Ini adalah kehadiran yang aktif, interaktif, dan transformatif. Penyertaan Tuhan berarti Ia ada bersama kita, di dalam kita, dan bekerja melalui kita. Ini adalah janji bahwa kita tidak pernah sendirian, tidak peduli seberapa terisolasi atau rentan kita merasa.
A. Kehadiran Ilahi yang Konstan dan Setia
Dari permulaan Alkitab hingga penutupnya, tema penyertaan Tuhan adalah benang emas yang mengikat seluruh narasi keselamatan. Dari Taman Eden, ketika Tuhan berjalan bersama Adam dan Hawa, hingga janji Yesus untuk menyertai murid-murid-Nya, kehadiran-Nya adalah tanda kasih dan komitmen-Nya yang tak tergoyahkan. Allah bukanlah dewa yang jauh dan tidak peduli; sebaliknya, Ia adalah "Imanuel," Allah beserta kita (Matius 1:23).
"Aku menyertai engkau dan ke mana pun engkau pergi, Aku akan melindungi engkau. Aku tidak akan meninggalkan engkau sampai Aku telah melakukan apa yang telah Kujanjikan kepadamu." - Kejadian 28:15
Ayat ini, yang diucapkan kepada Yakub saat ia melarikan diri dari saudaranya, Esau, menjadi cetak biru bagi janji penyertaan Tuhan kepada setiap umat-Nya. Ini bukan janji yang bersyarat, melainkan deklarasi kasih karunia yang tak terbatas, menegaskan bahwa sekalipun kita berada di tempat yang asing atau dalam keadaan yang genting, mata Tuhan tetap tertuju kepada kita.
B. Kehadiran yang Aktif dan Berkuasa
Penyertaan Tuhan bukanlah kehadiran pasif. Ia tidak hanya "ada" di sana; Ia aktif bekerja. Ia bertindak, menuntun, melindungi, menghibur, dan memberdayakan. Ketika Musa diutus ke Firaun, ia ragu. Namun, janji Tuhan adalah: "Aku akan menyertai engkau" (Keluaran 3:12). Janji ini bukan sekadar kata-kata manis, melainkan jaminan akan kuasa ilahi yang akan memampukan Musa melakukan hal-hal yang mustahil. Demikian pula dalam kehidupan kita, penyertaan-Nya memanifestasikan diri dalam cara-cara yang nyata:
- Dalam Bimbingan Roh Kudus: Roh Kudus adalah meterai penyertaan Tuhan di dalam setiap orang percaya, membimbing kita kepada seluruh kebenaran (Yohanes 16:13).
- Dalam Perlindungan: Tuhan adalah perisai kita, pelindung yang tak tertembus dari bahaya yang terlihat maupun tidak terlihat (Mazmur 91:4).
- Dalam Kekuatan di Tengah Kelemahan: Ketika kita lemah, di situlah kuasa-Nya menjadi sempurna (2 Korintus 12:9-10).
- Dalam Hikmat untuk Pengambilan Keputusan: Ia memberikan kebijaksanaan bagi mereka yang meminta (Yakobus 1:5).
II. Mengenali Penyertaan Tuhan dalam Setiap Musim Hidup
Seringkali, kita cenderung mengenali penyertaan Tuhan hanya ketika keadaan berjalan baik, atau ketika kita melihat mukjizat yang spektakuler. Namun, kebenaran Alkitab mengajarkan kita untuk melihat penyertaan-Nya di setiap episode kehidupan, baik yang cerah maupun yang kelam.
A. Dalam Lembah Bayang-bayang Kematian (Masa Sulit)
Inilah saat-saat paling krusial di mana penyertaan Tuhan menjadi jangkar jiwa kita. Ketika kita menghadapi kehilangan, penyakit, kegagalan, pengkhianatan, atau kesepian yang mendalam, rasanya sangat mudah untuk merasa ditinggalkan. Namun, Mazmur 23:4 mengingatkan kita:
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." - Mazmur 23:4
Daud, seorang raja dan prajurit yang telah mengalami banyak penderitaan, tidak menyangkal adanya "lembah kekelaman." Ia mengakui realitas kesulitan, namun pada saat yang sama, ia menyatakan keberanian karena kehadiran Tuhan. Tuhan tidak menjanjikan jalan tanpa lembah, tetapi Ia menjanjikan penyertaan di *dalam* lembah itu. Gada dan tongkat Gembala melambangkan perlindungan dan bimbingan-Nya yang teguh. Kita melihat penyertaan-Nya dalam:
- Kedamaian yang Melampaui Akal: Ketika logika mengatakan kita harus khawatir, namun ada ketenangan yang aneh.
- Kekuatan untuk Bertahan: Kemampuan untuk terus maju, bahkan ketika kita merasa tidak sanggup lagi.
- Penghiburan Melalui Sesama: Tuhan sering menggunakan orang-orang di sekitar kita untuk menjadi tangan dan kaki-Nya, membawa penghiburan dan dukungan.
- Pencerahan dan Pembelajaran: Melalui kesulitan, kita seringkali menemukan pelajaran berharga dan pertumbuhan rohani yang tidak akan kita alami di masa-masa nyaman.
Contohnya adalah kisah Yusuf. Dibuang oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, difitnah dan dipenjara – Yusuf melewati "lembah kekelaman" yang panjang. Namun, Alkitab berulang kali mencatat, "TUHAN menyertai Yusuf" (Kejadian 39:2, 39:21). Kehadiran Tuhanlah yang mengubah penderitaannya menjadi proses pembentukan karakter dan pada akhirnya mengangkatnya menjadi penguasa Mesir, menyelamatkan keluarganya dan banyak bangsa.
B. Dalam Puncak Sukacita dan Berkat (Masa Baik)
Penyertaan Tuhan tidak hanya hadir di tengah lembah kekelaman, namun juga membanjiri kita dalam sukacita dan keberhasilan. Ketika kita mengalami keberhasilan, mendapatkan promosi, menikmati keindahan alam, atau merayakan momen-momen istimewa bersama keluarga, seringkali kita lupa bahwa ini semua adalah anugerah dan bentuk penyertaan-Nya. Sukacita kita adalah pantulan dari kasih-Nya yang tak terbatas.
Dalam setiap tawa, setiap senyum, dan setiap perasaan damai, kita diundang untuk melihat jejak tangan Tuhan. Ia tidak hanya berbagi sukacita kita, tetapi juga menjadi sumber sukacita abadi yang sejati. Mazmur 16:11 berkata, "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." Penyertaan-Nya di masa sukacita memungkinkan kita untuk:
- Menikmati Berkat dengan Hati yang Bersyukur: Bukan dengan kesombongan, melainkan dengan kerendahan hati yang mengakui bahwa setiap pemberian baik datang dari atas.
- Membagikan Berkat kepada Sesama: Keberhasilan yang kita raih bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan alat untuk memberkati dan melayani orang lain.
- Mengalami Damai Sejahtera: Bahkan di tengah puncak kebahagiaan, ada kedamaian mendalam yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan.
Tanpa penyertaan Tuhan, sukacita duniawi bersifat sementara dan seringkali meninggalkan kekosongan. Namun, sukacita yang berasal dari Tuhan adalah sukacita yang berkelanjutan dan memuaskan jiwa.
C. Dalam Setiap Keputusan dan Perjalanan Hidup
Setiap hari, kita dihadapkan pada pilihan, besar maupun kecil. Dari keputusan karier hingga masalah keluarga, dari memilih tempat tinggal hingga arah pelayanan, kita membutuhkan bimbingan. Penyertaan Tuhan memanifestasikan diri sebagai hikmat dan tuntunan.
"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." - Amsal 3:5-6
Ayat ini adalah undangan untuk mempercayakan seluruh perjalanan hidup kita kepada Tuhan. Penyertaan-Nya berarti Ia tidak akan meninggalkan kita tanpa arahan. Ia berbicara melalui firman-Nya, melalui Roh Kudus, melalui nasihat dari orang-orang bijak, dan bahkan melalui keadaan. Mengakui Dia dalam segala lakumu berarti melibatkan Dia dalam setiap tahap pengambilan keputusan, dari perencanaan hingga pelaksanaannya. Ketika kita melakukannya, Ia akan "meluruskan jalanmu," bukan berarti jalan itu akan mulus tanpa hambatan, melainkan Ia akan memastikan jalan itu akan menuju tujuan-Nya yang terbaik bagi kita.
III. Mengapa Kita Harus Bersyukur atas Penyertaan Tuhan?
Syukur bukanlah sekadar respons emosional, melainkan sebuah tindakan iman yang disengaja. Mengapa begitu penting bagi kita untuk secara sadar mengembangkan hati yang bersyukur atas penyertaan Tuhan?
A. Menguatkan Iman dan Menumbuhkan Kepercayaan
Ketika kita merenungkan bagaimana Tuhan telah menyertai kita di masa lalu—bagaimana Ia telah menolong, menuntun, dan melindungi—iman kita diperkuat. Mengingat kesetiaan-Nya di masa lalu memberi kita keberanian untuk menghadapi masa depan. Jika Ia setia di masa lalu, Ia pasti akan setia di masa kini dan nanti. Ini adalah siklus yang memberdayakan: kita bersyukur, lalu iman kita tumbuh, yang membuat kita semakin bersyukur.
Setiap kesaksian pribadi tentang bagaimana Tuhan telah bekerja dalam hidup kita adalah batu peringatan, monumen syukur yang mengingatkan kita tentang kebesaran-Nya. Kisah-kisah Alkitab, seperti bangsa Israel yang mengingat bagaimana Tuhan memimpin mereka keluar dari Mesir, berulang kali menekankan pentingnya mengingat perbuatan Tuhan untuk menguatkan iman.
B. Membuka Mata Terhadap Berkat yang Tersembunyi
Penyertaan Tuhan seringkali tidak datang dalam bentuk spektakuler, seperti terbelahnya laut atau manna dari langit. Terkadang, itu datang dalam bentuk keheningan, dalam kekuatan yang tak terlihat, dalam pintu yang terbuka tepat waktu, atau dalam orang yang tepat yang muncul di saat yang genting. Jika kita tidak melatih diri untuk bersyukur, kita bisa melewatkan banyak manifestasi penyertaan-Nya.
Syukur adalah lensa yang memungkinkan kita melihat karya Tuhan di tengah hal-hal yang tampaknya biasa. Secangkir kopi hangat di pagi hari, percakapan yang menguatkan dengan seorang teman, kesehatan yang stabil, atau bahkan kemampuan untuk mengatasi hari kerja yang melelahkan—semua ini bisa menjadi tanda penyertaan Tuhan jika kita melihatnya dengan mata iman yang bersyukur.
C. Membawa Damai Sejahtera dan Mengusir Kecemasan
Dalam dunia yang dipenuhi kecemasan, syukur atas penyertaan Tuhan adalah penawar yang ampuh. Ketika kita menyadari bahwa Tuhan yang Mahakuasa ada di pihak kita, kekhawatiran kita mulai kehilangan cengkeramannya. Filipi 4:6-7 menyatakan:
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." - Filipi 4:6-7
Ucapan syukur adalah jembatan menuju damai sejahtera Allah. Ketika kita menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan dengan hati yang bersyukur karena Ia *menyertai* dan *peduli*, maka damai sejahtera-Nya yang tak terlukiskan akan menguasai hati dan pikiran kita. Ini bukan berarti masalah hilang, tetapi perspektif kita berubah, dan kita menemukan kekuatan untuk menghadapinya.
D. Menjadi Kesaksian Bagi Orang Lain
Hidup yang dipenuhi syukur atas penyertaan Tuhan adalah khotbah tanpa kata. Ketika orang lain melihat kita melewati badai dengan ketenangan, menghadapi tantangan dengan kekuatan yang tidak wajar, atau menikmati berkat dengan kerendahan hati yang tulus, mereka akan bertanya tentang sumber sukacita dan damai sejahtera kita. Kesaksian hidup kita dapat menjadi alat yang ampuh untuk menarik orang lain kepada Kristus.
Dunia membutuhkan contoh nyata tentang bagaimana iman kepada Tuhan dapat membuat perbedaan. Hati yang bersyukur, yang dibangun di atas keyakinan akan penyertaan Tuhan, adalah salah satu kesaksian terkuat yang dapat kita berikan.
IV. Tantangan dalam Bersyukur dan Bagaimana Mengatasinya
Meskipun kita tahu pentingnya bersyukur, ada kalanya kita bergumul. Tantangan-tantangan ini nyata, tetapi dengan pertolongan Tuhan, kita dapat mengatasinya.
A. Fokus pada Kekurangan daripada Kelimpahan
Kecenderungan manusiawi kita adalah membandingkan diri dengan orang lain atau terpaku pada apa yang belum kita miliki. Media sosial dan budaya konsumerisme sering memperparah hal ini, menciptakan perasaan tidak pernah cukup. Untuk mengatasinya, kita perlu secara sengaja menggeser fokus kita:
- Praktik Jurnal Syukur: Menuliskan setidaknya tiga hal setiap hari yang kita syukuri. Ini melatih otak untuk mencari berkat.
- Refleksi Meditatif: Luangkan waktu hening untuk merenungkan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.
- Mengalihkan Perhatian: Ketika pikiran negatif atau perbandingan mulai muncul, alihkan perhatian kepada kebenaran Firman Tuhan tentang penyertaan-Nya.
B. Lupa akan Kesetiaan Tuhan di Masa Lalu
Memori kita seringkali singkat, terutama dalam hal mengingat kebaikan Tuhan. Kita mudah melupakan bagaimana Tuhan telah campur tangan dalam kehidupan kita di masa lalu ketika kita dihadapkan pada kesulitan baru. Ingatlah bagaimana bangsa Israel berulang kali melupakan mukjizat keluaran dari Mesir dan bersungut-sungut di padang gurun.
Untuk mengatasi lupa ini, kita perlu:
- Membangun "Batu Peringatan": Seperti Israel mendirikan tugu batu (Yosua 4:1-9) untuk mengingat perbuatan Tuhan, kita bisa memiliki cara sendiri, seperti menuliskan kesaksian, menyimpan benda yang mengingatkan kita akan campur tangan Tuhan, atau merayakan "hari jadi" berkat tertentu.
- Membagikan Kesaksian: Menceritakan kepada orang lain bagaimana Tuhan telah setia dalam hidup kita, juga akan mengingatkan diri kita sendiri.
C. Kepahitan dan Kemarahan Akibat Penderitaan
Penderitaan yang berkepanjangan atau ketidakadilan yang mendalam dapat menumbuhkan akar kepahitan dan kemarahan dalam hati, yang meracuni kemampuan kita untuk bersyukur. Dalam kondisi seperti ini, mengucapkan syukur terasa tidak tulus atau bahkan munafik.
Mengatasi ini membutuhkan proses yang mendalam:
- Mengakui dan Memproses Rasa Sakit: Tuhan tidak meminta kita berpura-pura baik-baik saja. Izinkan diri Anda merasakan dan mengakui kepedihan di hadapan-Nya.
- Melepaskan Pengampunan: Seringkali, kepahitan terkait dengan ketidakmampuan untuk mengampuni diri sendiri atau orang lain. Ini adalah langkah krusial menuju pemulihan dan syukur.
- Mempercayai Kedaulatan Tuhan: Bahkan dalam penderitaan yang tak masuk akal, kita dapat berpegang pada keyakinan bahwa Tuhan berdaulat dan dapat mengubah abu menjadi keindahan (Yesaya 61:3). Syukur yang muncul dari lembah penderitaan adalah syukur yang paling murni dan paling kuat.
V. Aplikasi Praktis: Menjalani Hidup yang Penuh Syukur atas Penyertaan Tuhan
Pengetahuan tanpa aplikasi hanyalah informasi. Bagaimana kita dapat menerjemahkan pemahaman kita tentang penyertaan Tuhan menjadi gaya hidup yang penuh syukur?
A. Membangun Disiplin Doa Syukur yang Konsisten
Doa bukan hanya tempat untuk meminta, tetapi juga untuk bersyukur. Luangkan waktu setiap hari untuk secara spesifik menyebutkan hal-hal yang Anda syukuri terkait dengan penyertaan Tuhan. Mulailah dari hal-hal kecil, dan biarkan itu berkembang menjadi pengakuan yang lebih besar.
- Doa Pagi: Mulailah hari dengan bersyukur atas penyertaan Tuhan yang baru di hari yang baru.
- Doa Malam: Renungkan bagaimana Tuhan telah menyertai Anda sepanjang hari itu, bahkan dalam hal-hal kecil.
- Doa di Tengah Kekhawatiran: Ubah setiap kekhawatiran menjadi doa syukur, percaya bahwa Tuhan ada bersama Anda dalam setiap situasi.
B. Menyanyikan Pujian dan Penyembahan
Musik adalah bahasa jiwa. Nyanyian pujian dan penyembahan adalah cara yang ampuh untuk menyatakan syukur kita kepada Tuhan. Pilih lagu-lagu yang berfokus pada kesetiaan, kuasa, dan kehadiran Tuhan. Izinkan liriknya mengisi hati Anda dan mengangkat semangat Anda.
Ini bukan hanya tentang menyanyi di gereja; ini tentang gaya hidup penyembahan yang melampaui empat dinding gereja, ke dalam setiap aspek hidup kita. Biarkan hati kita menjadi tempat kudus di mana pujian senantiasa dinaikkan.
C. Melayani Sesama dengan Hati yang Bersyukur
Salah satu cara paling nyata untuk menunjukkan syukur atas penyertaan Tuhan adalah dengan menjadi saluran berkat bagi orang lain. Ketika kita melayani sesama, baik dalam gereja maupun komunitas, kita merefleksikan kasih dan penyertaan Tuhan yang telah kita terima.
Pelayanan yang didasari oleh syukur tidak menuntut imbalan, tetapi mengalir dari hati yang penuh. Ini adalah cara kita berkata, "Terima kasih, Tuhan, atas semua yang Engkau berikan, sekarang izinkan aku menjadi alat-Mu untuk memberkati orang lain."
D. Bersaksi tentang Kebaikan dan Kesetiaan Tuhan
Jangan pendam pengalaman penyertaan Tuhan dalam hidup Anda. Bagikanlah kesaksian Anda dengan orang lain. Ini tidak hanya menguatkan iman mereka, tetapi juga menguatkan iman Anda sendiri. Bersaksi adalah tindakan syukur yang mengundang orang lain untuk melihat dan mengalami kebaikan Tuhan.
Bersaksi tidak harus selalu di atas mimbar. Bisa jadi dalam percakapan informal, melalui tulisan, atau bahkan hanya dengan cara hidup Anda yang memancarkan damai sejahtera dan sukacita.
E. Hidup dalam Ketaatan dan Ketergantungan Penuh
Puncak dari syukur atas penyertaan Tuhan adalah hidup dalam ketaatan penuh kepada kehendak-Nya dan ketergantungan mutlak pada-Nya. Ketika kita benar-benar percaya bahwa Ia menyertai kita, kita akan lebih bersedia untuk menyerahkan rencana kita kepada-Nya, percaya bahwa jalan-Nya lebih baik.
Ketaatan bukanlah beban, melainkan respons kasih kepada Dia yang telah begitu setia. Ketika kita hidup taat, kita semakin merasakan penyertaan-Nya, dan lingkaran syukur yang indah ini terus berlanjut.
Kesimpulan: Membangun Monumen Syukur Abadi
Saudara-saudari yang terkasih,
Penyertaan Tuhan bukanlah sebuah konsep abstrak; itu adalah realitas yang hidup dan berkuasa dalam kehidupan kita. Dari setiap embusan napas hingga setiap tantangan yang kita hadapi, dari setiap tetes sukacita hingga setiap tetes air mata, Tuhan ada di sana, setia menyertai kita.
Marilah kita tidak pernah menganggap remeh anugerah yang tak terhingga ini. Biarlah kita mengembangkan mata yang melihat, telinga yang mendengar, dan hati yang merasakan kehadiran-Nya yang konstan. Biarlah hidup kita menjadi monumen syukur yang abadi, sebuah nyanyian pujian yang tiada henti bagi Dia yang adalah Gembala, Pelindung, Penuntun, dan Sahabat sejati jiwa kita.
Di tengah badai kehidupan, ketika dunia bergejolak, ingatlah janji ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:20). Janji ini adalah fondasi syukur kita, kekuatan kita, dan harapan kita.
Mulai hari ini, marilah kita membuat komitmen untuk hidup dengan hati yang penuh syukur atas penyertaan Tuhan. Biarlah setiap langkah kita adalah langkah iman, setiap kata kita adalah kata pujian, dan setiap tindakan kita adalah ekspresi kasih kepada Dia yang tak pernah meninggalkan kita. Kiranya kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kita sekalian, sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.