Renungan Mendalam: Kasih Bapa, Kristus, dan Jaminan Kekal

Menjelajahi Kekayaan Yohanes 6:37-40

Yohanes 6:37-40 adalah permata rohani yang menawarkan penghiburan mendalam, kepastian iman, dan pemahaman yang jelas tentang kehendak ilahi Bapa dan misi keselamatan Kristus. Dalam ayat-ayat singkat ini, kita menemukan inti dari janji keselamatan, sifat kedaulatan Allah, dan jaminan bagi setiap orang percaya. Mari kita merenungkan setiap bagian dari perikop ini dengan hati yang terbuka dan pikiran yang haus akan kebenaran, menggali kedalaman maknanya yang tak terbatas.

Yohanes 6:37-40 (TB2)

37 Setiap orang yang diberikan Bapa kepada-Ku, ia akan datang kepada-Ku; dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

38 Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

39 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang satu pun, melainkan Ku-bangkitkan pada akhir zaman.

40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman.

Ayat-ayat ini adalah bagian dari diskursus "Roti Hidup" yang diucapkan Yesus setelah mukjizat pemberian makan lima ribu orang dan berjalan di atas air. Orang banyak mengikuti-Nya bukan karena mereka mencari kebenaran rohani, melainkan karena mereka telah makan kenyang (Yohanes 6:26). Dalam konteks ini, Yesus mengalihkan fokus mereka dari makanan jasmani yang fana kepada makanan rohani yang kekal, yaitu diri-Nya sendiri sebagai Roti Hidup. Yohanes 6:37-40 secara khusus menyoroti aspek inisiatif ilahi dalam keselamatan dan jaminan yang diberikan kepada mereka yang merespons. Ini adalah janji yang kuat dan mendalam, yang menegaskan kedaulatan Allah dalam menarik jiwa-jiwa kepada Kristus dan kesetiaan Kristus dalam memelihara mereka.

Ilustrasi sekelompok orang (domba) yang mengikuti cahaya terang yang dipimpin oleh sesosok (Gembala). Simbolisasi Bapa yang menarik umat kepada Kristus, terang hidup kekal, dan jaminan keselamatan. Latar belakang pegunungan hijau dan langit biru cerah.

1. Inisiatif Ilahi: "Setiap orang yang diberikan Bapa kepada-Ku" (Ayat 37a)

Ayat ini membuka dengan pernyataan yang mendalam tentang kedaulatan Allah dalam rencana keselamatan. Frasa "Setiap orang yang diberikan Bapa kepada-Ku" menegaskan bahwa keselamatan bukanlah semata-mata hasil keputusan manusia, melainkan bermula dari inisiatif ilahi yang agung. Bapa sendirilah yang memilih dan menarik individu-individu tertentu kepada Anak-Nya. Ini bukan berarti meniadakan kehendak bebas manusia, tetapi lebih menyoroti bahwa bahkan kehendak untuk datang kepada Kristus itu sendiri adalah karunia dari Allah. Tanpa tarikan Bapa, tidak ada yang dapat datang kepada Yesus (Yohanes 6:44).

Konsep "diberikan" ini berbicara tentang sebuah tindakan penyerahan yang penuh kasih dan tujuan dari Bapa kepada Anak. Ini adalah sebuah anugerah, sebuah pemberian yang berharga. Seolah-olah Bapa menyerahkan jiwa-jiwa ini kepada Kristus sebagai bagian dari warisan-Nya, sebagai milik-Nya yang berharga. Ini menunjukkan betapa seriusnya Bapa dalam menggenapi rencana keselamatan-Nya, bahwa Dia tidak hanya mengutus Anak-Nya, tetapi juga secara aktif mempersiapkan dan menyerahkan umat yang akan percaya kepada-Nya. Ini adalah bukti kasih Bapa yang tak terbatas, yang tidak hanya mengasihi dunia secara umum, tetapi juga secara spesifik menarik setiap individu kepada-Nya.

Ayat ini juga memberikan penghiburan bagi mereka yang meragukan apakah mereka cukup "layak" untuk datang kepada Kristus. Jawabannya adalah, kelayakan itu tidak berasal dari kita, melainkan dari pilihan dan karunia Bapa. Kita tidak perlu berusaha membuktikan diri atau mencapai standar tertentu sebelum datang kepada Yesus. Sebaliknya, Bapa telah menentukan siapa yang akan datang, dan Dia akan bekerja dalam hati mereka untuk memampukan mereka merespons. Pemahaman ini menghilangkan beban usaha manusia yang sia-sia dan menempatkan dasar keselamatan sepenuhnya pada anugerah dan kehendak kedaulatan Allah. Ini adalah fondasi yang kokoh untuk jaminan keselamatan.

Kehendak Bapa untuk memberikan umat kepada Kristus menunjukkan sebuah hubungan yang sangat intim antara Bapa dan Anak. Ini adalah bagian dari rencana kekal Allah sebelum dunia dijadikan. Sejak awal, Allah Bapa telah melihat ke depan dan menetapkan mereka yang akan menjadi milik Kristus. Ini bukan hasil kebetulan atau respons dadakan, tetapi sebuah desain ilahi yang telah dirancang dengan sempurna. Pemahaman ini memperdalam penghargaan kita akan misteri keselamatan, di mana kita dipanggil untuk menjadi bagian dari sebuah rencana besar yang telah ada jauh sebelum kita lahir. Kita adalah bagian dari anugerah abadi Bapa kepada Anak-Nya.

Lebih jauh lagi, frasa "diberikan Bapa kepada-Ku" juga menunjukkan otoritas yang melekat pada Yesus Kristus. Dia menerima karunia ini dari Bapa, menunjukkan bahwa Dia adalah pusat dari seluruh rencana keselamatan. Segala sesuatu bergerak melalui Dia, dan kepada Dia. Tanpa Kristus, pemberian Bapa tidak akan mencapai tujuannya. Ini menegaskan posisi unik Yesus sebagai satu-satunya jalan menuju Bapa, sebagai perantara tunggal antara Allah dan manusia. Dengan demikian, ayat ini bukan hanya tentang inisiatif Bapa, tetapi juga tentang kedudukan istimewa Anak dalam menggenapi inisiatif tersebut.

Implikasi praktis dari bagian ini adalah bahwa kita harus senantiasa bersyukur atas anugerah kedaulatan Allah. Jika kita telah datang kepada Kristus, itu bukanlah karena kecerdasan atau kebaikan kita sendiri, melainkan karena Bapa telah menarik kita. Ini seharusnya menumbuhkan kerendahan hati dan ketergantungan penuh kepada Allah. Kita tidak dapat menyombongkan diri atas iman kita, karena iman itu sendiri adalah karunia. Sebaliknya, kita dipanggil untuk hidup dalam ucapan syukur yang mendalam, mengakui bahwa keselamatan kita berakar pada kasih dan kuasa Allah yang tak terbatas. Ini juga memberi kita keberanian untuk bersaksi, karena kita tahu bahwa Bapa sedang bekerja di dunia, menarik orang-orang kepada diri-Nya.

2. Respons Manusia dan Jaminan Kristus: "ia akan datang kepada-Ku; dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" (Ayat 37b)

2.1. "ia akan datang kepada-Ku"

Bagian kedua dari ayat 37 ini menunjukkan respons yang pasti dari mereka yang telah diberikan Bapa kepada Kristus. Ini bukan sebuah kemungkinan, melainkan sebuah kepastian: "ia akan datang kepada-Ku." Ini menegaskan kembali kedaulatan Allah, bahwa pekerjaan-Nya dalam hati manusia tidak akan sia-sia. Mereka yang telah dipilih dan ditarik oleh Bapa pasti akan merespons dengan iman dan datang kepada Yesus. Datang kepada Yesus di sini berarti percaya kepada-Nya, menyerahkan hidup kepada-Nya, dan mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini adalah sebuah tindakan iman yang melibatkan pikiran, emosi, dan kehendak.

Namun, kepastian ini tidak meniadakan tanggung jawab manusia untuk datang. Sebaliknya, itu menjamin bahwa mereka yang benar-benar ditarik oleh Bapa akan memiliki kehendak dan kemampuan untuk merespons. Datang kepada Kristus adalah sebuah keputusan pribadi, sebuah langkah iman yang aktif. Ini bukan paksaan, melainkan hasil dari hati yang telah dijamah dan diyakinkan oleh Roh Kudus, yang bekerja sesuai dengan kehendak Bapa. Dengan kata lain, inisiatif ilahi dan respons manusia bersatu dalam proses keselamatan. Tanpa tarikan Bapa, manusia tidak dapat datang; namun, tanpa langkah iman dari manusia, keselamatan tidak terwujud secara pribadi.

Apa artinya "datang kepada-Ku"? Ini adalah sebuah metafora yang kaya akan makna. Ini berarti meninggalkan dosa dan keegoisan, berbalik kepada Kristus, dan menerima Dia sebagai sumber kehidupan. Ini adalah sebuah perjalanan, sebuah perpindahan dari kegelapan menuju terang, dari kematian menuju kehidupan. Datang kepada Kristus berarti mengakui kebutuhan akan Dia, mengakui dosa, dan menerima pengampunan yang Dia tawarkan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Ini adalah undangan yang terbuka bagi setiap jiwa yang merasa lelah dan berbeban berat (Matius 11:28).

Proses "datang" ini mungkin berbeda untuk setiap orang. Bagi sebagian orang, itu mungkin merupakan momen pertobatan yang dramatis dan mendadak. Bagi yang lain, itu bisa menjadi perjalanan yang bertahap, sebuah proses pertumbuhan pemahaman dan penyerahan yang terjadi seiring waktu. Yang terpenting adalah hasil akhirnya: sebuah hubungan yang hidup dan personal dengan Yesus Kristus. Ini bukan sekadar keputusan intelektual untuk menerima fakta-fakta tentang Yesus, tetapi sebuah penyerahan total dari diri kepada pribadi-Nya.

Kepastian bahwa mereka akan datang seharusnya juga memotivasi kita dalam penginjilan. Kita tahu bahwa ada orang-orang di luar sana yang sedang ditarik oleh Bapa, dan tugas kita adalah menjadi saluran bagi kebenaran Injil untuk mencapai mereka. Kita tidak perlu khawatir tentang "siapa yang akan percaya," karena Bapa telah menentukan hal itu. Tugas kita adalah menabur benih firman dengan setia, dan percaya bahwa Allah akan mengerjakan bagian-Nya untuk menumbuhkan dan memanen. Ini memberikan ketenangan dan keberanian dalam menghadapi penolakan, karena kita tahu bahwa hasil akhir ada di tangan Allah yang berdaulat.

2.2. "dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang"

Ini adalah salah satu janji paling menghibur dan fundamental dalam seluruh Alkitab. Setelah membahas inisiatif Bapa dan respons manusia, Yesus memberikan jaminan yang tak tergoyahkan: "barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang." Frasa ini adalah inti dari keamanan keselamatan bagi orang percaya. Kristus tidak akan pernah menolak, menyingkirkan, atau membuang siapa pun yang datang kepada-Nya dengan iman yang tulus. Ini adalah sebuah janji akan penerimaan yang mutlak dan permanen.

Kata "membuang" (dalam bahasa Yunani: ἐκβάλω - ekbalō) memiliki konotasi mengusir, mengeluarkan, atau menolak. Yesus dengan tegas menyatakan bahwa Dia tidak akan melakukan hal itu kepada siapa pun yang datang kepada-Nya. Ini sangat kontras dengan pengalaman manusia, di mana kita seringkali ditolak, ditinggalkan, atau disingkirkan karena kesalahan, kelemahan, atau ketidaksempurnaan kita. Yesus menawarkan sesuatu yang tidak bisa ditawarkan oleh dunia: penerimaan tanpa syarat dan abadi.

Jaminan ini mencakup segala aspek keberadaan kita. Ini berarti bahwa bahkan ketika kita gagal, ketika kita berdosa, ketika kita meragukan, atau ketika kita merasa tidak layak, Kristus tetap tidak akan membuang kita. Kasih-Nya lebih besar dari dosa-dosa kita, anugerah-Nya melampaui kelemahan kita, dan kesetiaan-Nya tidak bergantung pada kesempurnaan kita. Ini bukan izin untuk berdosa, melainkan dasar bagi pertobatan yang tulus dan pertumbuhan rohani yang sehat. Ketika kita tahu bahwa kita diterima sepenuhnya, kita lebih termotivasi untuk hidup sesuai dengan panggilan kita.

Jaminan ini juga mengatasi ketakutan terbesar manusia: penolakan dan pengabaian. Banyak orang hidup dalam ketakutan bahwa suatu hari Allah akan bosan dengan mereka, atau bahwa mereka akan melakukan kesalahan yang fatal sehingga kehilangan keselamatan mereka. Janji Yesus ini mematahkan ketakutan tersebut. Sekali kita datang kepada-Nya, kita berada di tangan-Nya yang aman, dan Dia tidak akan pernah melepaskan kita. Ini adalah janji akan keamanan kekal (eternal security) bagi setiap orang percaya.

Penerimaan ini juga berarti bahwa Kristus menyambut semua orang, tanpa memandang latar belakang, status sosial, jenis kelamin, ras, atau masa lalu mereka. Tidak peduli seberapa gelap masa lalu seseorang, seberapa besar dosa yang telah diperbuat, atau seberapa rendah diri seseorang, jika ia datang kepada Kristus, ia akan diterima. Ini adalah kabar baik universal yang menembus segala batasan dan prasangka manusiawi. Gereja harus mencerminkan penerimaan Kristus ini kepada dunia.

Lebih dari sekadar penerimaan, janji ini adalah tentang identitas baru. Ketika kita datang kepada Kristus, kita tidak lagi ditentukan oleh dosa atau kegagalan kita yang lama, melainkan oleh identitas baru kita di dalam Dia. Kita menjadi anak-anak Allah, umat-Nya yang berharga. Yesus tidak hanya tidak membuang kita, tetapi Dia mengintegrasikan kita ke dalam keluarga Allah, memberikan kita tempat yang aman dan abadi di hadirat-Nya. Ini adalah dasar bagi rasa memiliki dan tujuan hidup yang mendalam.

Jaminan ini juga seharusnya memberikan kekuatan di tengah pencobaan dan penderitaan. Ketika dunia terasa runtuh, ketika kita menghadapi kehilangan, sakit penyakit, atau penindasan, kita dapat berpegang teguh pada janji ini. Kristus tidak akan membuang kita. Dia akan berjalan bersama kita melalui lembah kelam, dan Dia akan menyertai kita sampai akhir. Ini adalah sumber pengharapan yang tak pernah padam, bahkan di saat-saat tergelap dalam hidup kita.

3. Misi Kristus: Menggenapi Kehendak Bapa (Ayat 38)

38 Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

Ayat ini memberikan wawasan penting tentang hakikat dan motivasi misi Yesus di bumi. Yesus dengan jelas menyatakan bahwa keberadaan-Nya di dunia bukanlah untuk memenuhi keinginan pribadi-Nya, melainkan untuk menggenapi kehendak Bapa yang telah mengutus-Nya. Ini adalah deklarasi kerendahan hati, ketaatan, dan kesatuan ilahi yang sempurna antara Bapa dan Anak.

Pernyataan "Aku telah turun dari surga" menegaskan keilahian Yesus dan asal-usul-Nya yang transenden. Dia bukanlah sekadar seorang guru moral atau nabi besar; Dia adalah Pribadi Ilahi yang datang dari hadirat Allah. Kedatangan-Nya ke bumi bukanlah sebuah kecelakaan, melainkan bagian dari rencana kekal Allah yang telah ditetapkan sejak semula. Keilahian-Nya memberikan bobot dan otoritas pada setiap perkataan dan tindakan-Nya. Ini juga menunjukkan betapa besar pengorbanan-Nya untuk meninggalkan kemuliaan surga dan mengambil rupa manusia.

Kontras antara "kehendak-Ku sendiri" dan "kehendak Dia yang telah mengutus Aku" adalah inti dari ayat ini. Dalam dunia yang penuh dengan keegoisan dan upaya manusia untuk memenuhi keinginan diri sendiri, Yesus adalah teladan sempurna ketaatan dan penyerahan diri. Sepanjang hidup-Nya, dari saat inkarnasi hingga salib, setiap langkah-Nya adalah wujud ketaatan mutlak kepada Bapa. Ini adalah esensi dari kemuridan sejati: menyangkal diri dan mengikut kehendak Allah.

Ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa adalah kunci utama bagi keselamatan kita. Jika Yesus datang untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, maka rencana keselamatan Allah mungkin tidak akan pernah tergenapi. Namun, karena ketaatan-Nya yang sempurna, Dia dapat menjadi Juruselamat yang layak, yang memenuhi semua tuntutan keadilan Allah dan menyediakan jalan bagi pengampunan dosa. Ketaatan-Nya inilah yang memungkinkan janji-janji dalam ayat 37, 39, dan 40 terwujud bagi kita.

Ayat ini juga menyoroti kesatuan tujuan dan kehendak antara Bapa dan Anak. Meskipun mereka adalah pribadi yang berbeda dalam Tritunggal, kehendak mereka adalah satu dan sama dalam rencana keselamatan. Tidak ada perselisihan atau perbedaan tujuan; hanya ada harmoni ilahi yang sempurna. Ini memberikan kepastian bahwa ketika kita datang kepada Kristus, kita sedang datang kepada Allah, dan ketika kita menerima kehendak Kristus, kita sedang menerima kehendak Allah. Kepercayaan kita ditempatkan pada sebuah fondasi yang kokoh dan tak tergoyahkan.

Bagi orang percaya, ayat ini adalah model untuk kehidupan kita. Kita dipanggil untuk meneladani Kristus dalam ketaatan kita kepada kehendak Allah. Ini berarti mencari tahu apa kehendak Allah melalui firman-Nya, berdoa untuk bimbingan-Nya, dan dengan rendah hati menyerahkan keinginan pribadi kita kepada rencana-Nya yang lebih tinggi. Ketaatan kepada kehendak Allah adalah jalan menuju hidup yang berkelimpahan dan bermakna. Ini juga merupakan tanda kedewasaan rohani, ketika kita belajar untuk tidak hidup bagi diri sendiri, melainkan bagi Dia yang telah mati dan bangkit bagi kita.

Dalam pelayanan, pemahaman akan ayat ini sangatlah penting. Pelayanan yang efektif bukanlah tentang mengedepankan agenda pribadi, popularitas, atau ambisi diri, melainkan tentang setia menggenapi kehendak Allah yang telah mengutus kita. Ini membutuhkan kerendahan hati, pengorbanan diri, dan fokus yang tidak tergoyahkan pada misi yang telah diberikan kepada kita. Seperti Kristus, kita dipanggil untuk menjadi hamba yang setia, yang tujuan utamanya adalah memuliakan Bapa dengan melakukan kehendak-Nya.

4. Kehendak Bapa: Preservasi dan Kebangkitan (Ayat 39)

39 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang satu pun, melainkan Ku-bangkitkan pada akhir zaman.

Ayat 39 adalah penjelas dari kehendak Bapa yang disebutkan dalam ayat 38, dan ini adalah salah satu janji terbesar tentang keamanan keselamatan. Kehendak Bapa adalah agar Kristus tidak kehilangan satu pun dari mereka yang telah diberikan kepada-Nya. Ini adalah jaminan ilahi yang mutlak tentang preservasi orang percaya hingga pada kebangkitan terakhir.

4.1. "jangan ada yang hilang satu pun"

Pernyataan ini adalah pilar bagi doktrin keamanan kekal. Allah Bapa memiliki keinginan yang tegas dan kuat: tidak ada satu pun dari umat-Nya yang akan hilang. Kata "hilang" (ἀπόλλυμι - apollumi) berarti binasa, hancur, atau lenyap. Ini menegaskan bahwa mereka yang telah datang kepada Kristus, dan yang telah diberikan Bapa kepada-Nya, berada dalam perlindungan ilahi yang sempurna. Tidak ada kekuatan, baik di surga maupun di bumi, yang dapat mencabut mereka dari tangan Kristus.

Janji ini berbicara tentang kesetiaan Allah yang tak tergoyahkan. Jika Allah memilih untuk memberikan seseorang kepada Kristus, maka Dia juga akan setia untuk memelihara orang itu. Keselamatan bukanlah proyek yang dimulai oleh Allah dan kemudian diserahkan sepenuhnya kepada kemampuan manusia untuk mempertahankannya. Sebaliknya, Allah sendirilah yang memulai, menjaga, dan menyempurnakan keselamatan orang percaya. Ini memberikan ketenangan yang mendalam bagi mereka yang seringkali bergumul dengan keraguan tentang kepastian keselamatan mereka.

Penting untuk memahami bahwa "tidak ada yang hilang" mencakup segala bentuk kehancuran rohani. Ini berarti bahwa orang percaya tidak akan jatuh dari anugerah Allah secara permanen, tidak akan murtad sepenuhnya tanpa kembali, dan tidak akan kehilangan bagian mereka dalam hidup kekal. Meskipun orang percaya mungkin jatuh ke dalam dosa, bergumul dengan keraguan, atau mengalami masa-masa kekeringan rohani, janji ini meyakinkan kita bahwa Kristus akan memelihara mereka dan membawa mereka kembali kepada diri-Nya. Disiplin Allah mungkin datang, tetapi penolakan total tidak akan terjadi.

Pernyataan ini juga harus dilihat dalam konteks kuasa Kristus yang tak terbatas. Jika Yesus mampu memberi makan lima ribu orang dengan beberapa roti dan ikan, dan mampu meredakan badai dengan perkataan-Nya, maka tentu saja Dia mampu memelihara setiap jiwa yang telah dipercayakan Bapa kepada-Nya. Kuasa-Nya tidak terbatas, dan kesetiaan-Nya tidak pernah goyah. Oleh karena itu, jaminan ini bukan hanya sebuah keinginan, tetapi sebuah kepastian yang didukung oleh kuasa ilahi.

Bagi orang percaya, ini adalah sumber kekuatan di tengah pergumulan. Ketika dunia mencoba menarik kita menjauh dari iman, ketika dosa menggoda kita, atau ketika keraguan menggerogoti hati, kita dapat berpegang pada janji ini. Kita tidak sendirian dalam perjuangan ini, dan kita tidak perlu mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk bertahan. Allah Bapa telah berjanji untuk tidak kehilangan kita, dan Kristus akan setia untuk menggenapi janji itu. Ini adalah sumber keberanian untuk terus maju, mengetahui bahwa kemenangan akhir sudah pasti.

4.2. "melainkan Ku-bangkitkan pada akhir zaman"

Bagian kedua dari ayat 39 ini adalah puncak dari janji preservasi: kebangkitan pada akhir zaman. Tujuan akhir dari tidak hilangnya satu pun dari umat Allah adalah untuk dibangkitkan oleh Kristus. Ini menegaskan bahwa keselamatan tidak hanya berkaitan dengan pengampunan dosa di masa kini, tetapi juga dengan transformasi total dan kehidupan kekal di masa depan.

Kebangkitan pada akhir zaman adalah esensi dari pengharapan Kristen. Ini berarti bahwa tubuh kita yang fana dan rusak akan dibangkitkan dalam kemuliaan, serupa dengan tubuh kebangkitan Kristus. Ini adalah kemenangan mutlak atas kematian, efek paling pahit dari dosa. Kristus, yang adalah Kebangkitan dan Hidup (Yohanes 11:25), memiliki otoritas dan kuasa untuk melakukan ini. Ini adalah janji yang menghibur bagi mereka yang telah kehilangan orang yang dikasihi dalam Kristus, dan bagi mereka yang menghadapi kematian mereka sendiri.

Pernyataan "Ku-bangkitkan" secara eksplisit menunjukkan bahwa Yesus sendirilah yang akan melakukan kebangkitan ini. Ini adalah tindakan ilahi yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Hal ini menegaskan kembali keilahian-Nya dan kuasa-Nya yang mutlak atas hidup dan mati. Kristus tidak hanya menyelamatkan jiwa, tetapi juga akan memulihkan dan memuliakan tubuh. Keselamatan yang Dia tawarkan adalah keselamatan yang komprehensif, mencakup seluruh pribadi kita.

Konsep "akhir zaman" menunjukkan garis waktu eskatologis dalam rencana Allah. Kebangkitan ini akan terjadi pada waktu yang telah ditetapkan Allah, pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini adalah titik klimaks dari sejarah penebusan, di mana segala sesuatu akan dipulihkan dan keadilan Allah akan ditegakkan sepenuhnya. Pengharapan akan kebangkitan ini adalah pendorong bagi orang percaya untuk hidup dengan kesalehan dan pengharapan yang teguh.

Implikasi dari janji kebangkitan ini sangat besar. Pertama, itu memberikan makna pada kehidupan saat ini. Jika ada kehidupan setelah kematian, dan jika tubuh kita akan dibangkitkan, maka hidup kita sekarang memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar keberadaan sementara. Kedua, itu memberikan penghiburan di tengah penderitaan fisik dan penyakit. Meskipun tubuh kita mungkin lemah dan rapuh di dunia ini, kita memiliki janji akan tubuh yang tidak akan lagi merasakan sakit, kelemahan, atau kematian. Ketiga, itu menguatkan iman kita akan kemenangan Kristus atas segala kuasa kegelapan. Jika kematian telah dikalahkan, maka tidak ada lagi yang perlu kita takuti.

Renungan tentang kebangkitan seharusnya juga memacu kita untuk hidup dengan perspektif kekal. Dunia ini, dengan segala godaan dan kesulitannya, hanyalah sementara. Tujuan kita yang sejati adalah kemuliaan yang menanti kita di surga. Ini bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab kita di bumi, tetapi bahwa kita menjalani hidup ini dengan kesadaran akan tujuan yang lebih tinggi, mengumpulkan harta di surga, dan hidup sebagai warga kerajaan yang akan datang. Janji kebangkitan adalah jangkar bagi jiwa kita di lautan hidup yang bergejolak.

5. Kehendak Bapa: Melihat, Percaya, Hidup Kekal (Ayat 40)

40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman.

Ayat 40 adalah rangkuman yang kuat dari seluruh inti pesan keselamatan. Ini mengulang dan memperjelas kehendak Bapa, menggabungkan inisiatif ilahi dengan respons manusia, dan menegaskan kembali janji hidup kekal serta kebangkitan. Ini adalah pernyataan yang lugas tentang bagaimana keselamatan dicapai dan apa yang menjadi hasilnya.

5.1. "setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya"

Di sini, Yesus mengemukakan persyaratan bagi manusia untuk beroleh hidup kekal. Kehendak Bapa adalah agar setiap orang yang "melihat Anak dan percaya kepada-Nya" akan mendapatkan hidup kekal. Frasa ini sangat penting karena menjelaskan sifat iman yang menyelamatkan.

"Melihat Anak" (θεωρῶν τὸν Υἱὸν - theōrōn ton Huion) bukan sekadar penglihatan fisik. Banyak orang melihat Yesus secara fisik selama pelayanan-Nya di bumi, tetapi tidak percaya kepada-Nya. Melihat di sini berarti memiliki pemahaman spiritual, mengenali keilahian-Nya, otoritas-Nya, dan misi penebusan-Nya. Ini adalah penglihatan yang datang dari pencerahan Roh Kudus, yang memungkinkan seseorang untuk benar-benar memahami siapa Yesus itu. Ini adalah penglihatan yang menembus permukaan dan melihat ke dalam inti pribadi Kristus.

Pencerahan ini mengarah pada "percaya kepada-Nya" (πιστεύων εἰς αὐτόν - pisteuōn eis auton). Percaya kepada Yesus berarti lebih dari sekadar persetujuan intelektual bahwa Dia itu ada atau bahwa Dia adalah tokoh sejarah. Ini adalah tindakan iman yang melibatkan penyerahan diri, kepercayaan penuh, dan ketergantungan total kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini berarti mempercayai siapa Dia, apa yang telah Dia lakukan di kayu salib, dan apa yang Dia janjikan untuk masa depan. Iman ini adalah tindakan hati yang mempercayakan diri sepenuhnya kepada Kristus.

Gabungan antara "melihat" dan "percaya" menunjukkan bahwa iman yang menyelamatkan adalah iman yang terinformasi dan terarah. Itu bukan iman buta, tetapi iman yang didasarkan pada pemahaman yang benar tentang Kristus. Ketika Roh Kudus membuka mata kita untuk melihat kebenaran tentang Yesus, hati kita secara alami akan terdorong untuk percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ini adalah dua sisi dari satu koin, di mana pengenalan yang benar menghasilkan kepercayaan yang tulus.

Penting untuk dicatat kata "setiap orang" (πᾶς - pas). Ini menunjukkan universalitas undangan keselamatan. Meskipun Bapa memilih dan memberikan, undangan untuk datang kepada Kristus terbuka bagi siapa saja yang mau merespons. Tidak ada batasan ras, status, atau latar belakang. Siapa pun yang bersedia melihat dan percaya akan menerima hidup kekal. Ini adalah kasih karunia yang meluas kepada semua yang mau menerimanya, sekaligus menghormati kedaulatan Allah dalam menarik mereka.

Aspek "melihat dan percaya" ini juga menyoroti pentingnya Injil diberitakan. Bagaimana orang bisa melihat jika mereka tidak dicerahkan? Bagaimana mereka bisa percaya jika mereka tidak mendengar? Oleh karena itu, tugas gereja untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus sangatlah krusial. Injil adalah sarana di mana Roh Kudus membuka mata dan hati orang untuk melihat Anak dan percaya kepada-Nya. Kita adalah alat di tangan Allah untuk menggenapi kehendak Bapa ini.

Refleksi pribadi atas bagian ini mendorong kita untuk menguji iman kita. Apakah kita benar-benar telah "melihat" Kristus dalam kemuliaan-Nya? Apakah kita telah "percaya" kepada-Nya dengan seluruh keberadaan kita? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan fundamental yang harus kita tanyakan kepada diri sendiri secara teratur, untuk memperbarui komitmen kita dan memastikan bahwa iman kita berakar kuat di dalam Yesus Kristus.

5.2. "beroleh hidup yang kekal"

Hasil langsung dari melihat dan percaya kepada Yesus adalah "hidup yang kekal" (ζωὴν αἰώνιον - zōēn aiōnion). Ini adalah hadiah utama keselamatan. Hidup kekal bukan hanya tentang kuantitas hidup, yaitu hidup yang tidak berkesudahan, tetapi juga tentang kualitas hidup. Ini adalah kehidupan yang sejati, yang berakar pada pengenalan akan Allah dan Yesus Kristus yang diutus-Nya (Yohanes 17:3).

Hidup kekal dimulai sejak saat seseorang percaya kepada Kristus. Ini bukan sesuatu yang baru akan kita miliki setelah kematian, melainkan sebuah realitas yang sudah kita miliki sekarang. Ini adalah partisipasi dalam kehidupan ilahi Allah, sebuah hubungan yang hidup dan dinamis dengan Sang Pencipta. Meskipun puncaknya akan terwujud sepenuhnya di surga, benih-benih hidup kekal sudah tertanam dalam hati orang percaya.

Kualitas hidup kekal ini ditandai oleh sukacita, damai sejahtera, tujuan, dan hadirat Allah. Ini adalah hidup yang bebas dari perhambaan dosa dan ketakutan akan kematian. Ini adalah hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus, yang membimbing, menguatkan, dan mengubah kita menjadi serupa dengan Kristus. Hidup kekal adalah karunia yang tak terukur, yang melampaui segala kekayaan atau kehormatan duniawi.

Pemahaman bahwa kita telah beroleh hidup kekal memberikan penghiburan yang luar biasa di tengah kesulitan hidup. Kematian fisik tidak lagi menjadi akhir yang menakutkan, melainkan pintu gerbang menuju persekutuan yang lebih penuh dengan Kristus. Penderitaan di dunia ini menjadi sementara, dan pengharapan akan kemuliaan yang akan datang menjadi lebih besar. Ini adalah perspektif yang mengubah cara kita memandang hidup dan menghadapi tantangan.

Janji hidup kekal juga memotivasi kita untuk hidup kudus. Jika kita telah menerima karunia sebesar ini, bagaimana mungkin kita terus hidup dalam dosa? Sebaliknya, kita dipanggil untuk menghargai karunia ini dengan hidup yang mencerminkan kekudusan Allah, yang telah memberikan kita hidup kekal. Ini adalah motivasi yang datang dari rasa syukur dan kasih, bukan dari ketakutan akan kehilangan.

5.3. "dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman"

Ayat 40 mengakhiri dengan pengulangan janji yang sama seperti di ayat 39: "dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman." Pengulangan ini memiliki tujuan retoris untuk menekankan kepastian dan pentingnya janji kebangkitan. Ini bukan hanya sebuah harapan, melainkan sebuah janji yang pasti akan digenapi oleh Kristus sendiri.

Pengulangan ini juga menghubungkan semua aspek keselamatan secara intrinsik. Melihat dan percaya kepada Kristus (respons manusia) menghasilkan hidup kekal (karunia masa kini) yang puncaknya adalah kebangkitan tubuh di akhir zaman (harapan masa depan). Semua ini adalah bagian dari kehendak Bapa yang sempurna dan tak tergoyahkan, yang dikerjakan melalui Kristus.

Ini adalah jaminan ganda yang menguatkan hati orang percaya. Tidak hanya kita memiliki hidup kekal sekarang, tetapi kita juga memiliki kepastian akan kebangkitan tubuh yang mulia. Kematian tidak memiliki kata akhir bagi mereka yang di dalam Kristus. Sebaliknya, kematian adalah gerbang menuju kemuliaan yang lebih besar, di mana tubuh dan jiwa akan dipersatukan kembali dalam kesempurnaan.

Pengulangan janji kebangkitan juga menyoroti posisi sentral Kristus dalam rencana Allah. Dialah yang membangkitkan, Dialah yang menggenapi kehendak Bapa. Keilahian-Nya, kuasa-Nya atas hidup dan mati, dan kesetiaan-Nya adalah dasar dari seluruh jaminan ini. Kepercayaan kita tidak ditempatkan pada sebuah ide atau konsep abstrak, melainkan pada pribadi Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa.

Dalam konteks perenungan, pengulangan ini berfungsi sebagai penutup yang kokoh, mengikat semua benang pembahasan menjadi satu kesatuan. Ini adalah kebenaran yang tak tergoyahkan: bahwa mereka yang diberikan Bapa kepada Kristus, yang melihat dan percaya kepada-Nya, akan mendapatkan hidup kekal, dan tidak ada satu pun dari mereka yang akan hilang, melainkan akan dibangkitkan oleh Kristus pada akhir zaman. Ini adalah dasar bagi pengharapan, jaminan, dan sukacita yang tak terpadamkan bagi setiap orang percaya.

Kesimpulan: Jaminan Kasih Karunia yang Sempurna

Yohanes 6:37-40 adalah fondasi yang kokoh bagi iman Kristen. Ayat-ayat ini merangkum esensi dari kabar baik, mengungkapkan kedaulatan Allah, misi Kristus yang setia, dan jaminan keselamatan bagi setiap orang percaya. Kita melihat dengan jelas bagaimana inisiatif ilahi Bapa—yaitu memberikan umat kepada Kristus—bertemu dengan respons iman manusia—yaitu datang, melihat, dan percaya kepada Anak.

Kristus sendiri dengan tegas menyatakan bahwa Dia tidak akan pernah membuang siapa pun yang datang kepada-Nya. Ini adalah penghiburan tak terhingga yang membebaskan kita dari rasa takut akan penolakan atau kehilangan keselamatan. Keselamatan kita tidak bergantung pada kesempurnaan kita yang rentan, melainkan pada kesetiaan dan kuasa Kristus yang sempurna. Dia datang ke dunia bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, melainkan kehendak Bapa yang telah mengutus-Nya, dan kehendak itu adalah agar tidak ada satu pun dari umat-Nya yang hilang.

Puncak dari kehendak Bapa ini adalah janji hidup kekal yang kita peroleh sekarang, dan kepastian kebangkitan tubuh yang mulia pada akhir zaman. Ini berarti bahwa keselamatan yang ditawarkan Kristus adalah keselamatan yang menyeluruh dan kekal, mencakup pengampunan dosa, kehidupan spiritual yang baru, dan janji tubuh yang dimuliakan di hadapan Allah. Kematian tidak lagi menjadi akhir, melainkan sebuah transisi menuju kehidupan yang lebih penuh di hadapan-Nya.

Bagi kita yang telah merespons panggilan Kristus, ayat-ayat ini berfungsi sebagai sumber jaminan, kekuatan, dan sukacita. Ini mengingatkan kita bahwa kita adalah milik Kristus, dipelihara oleh kuasa-Nya, dan dijamin untuk tujuan kekal. Ini seharusnya memotivasi kita untuk hidup dalam ucapan syukur yang mendalam, ketaatan yang tulus, dan kesaksian yang berani kepada dunia yang haus akan kebenaran ini.

Bagi mereka yang masih bergumul dengan keraguan atau belum datang kepada Kristus, ayat-ayat ini adalah undangan yang penuh kasih. Bapa sedang menarik Anda, Kristus sedang menunggu untuk menerima Anda, dan Dia berjanji untuk tidak akan membuang Anda. Yang perlu Anda lakukan adalah melihat Dia, memahami siapa Dia melalui firman-Nya, dan percaya kepada-Nya dengan hati yang tulus. Dalam diri-Nya, Anda akan menemukan hidup kekal dan jaminan yang tak tergoyahkan.

Marilah kita senantiasa merenungkan kebenaran-kebenaran agung dalam Yohanes 6:37-40 ini, membiarkannya mengakar dalam hati kita dan membentuk cara kita hidup, berpikir, dan berharap. Di dalam Bapa yang menarik dan Anak yang setia, kita memiliki segala jaminan yang kita butuhkan untuk hidup dan menghadapi kekekalan. Segala kemuliaan hanya bagi Dia yang telah memberikan kita anugerah yang begitu besar.