Dalam perjalanan hidup ini, tidak ada yang luput dari pengalaman rasa sakit, penyakit, dan kelemahan. Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, tubuh kita, yang mulanya diciptakan sempurna, menjadi rentan terhadap berbagai macam penderitaan. Di tengah realitas ini, pertanyaan tentang kesembuhan seringkali muncul sebagai sebuah pencarian mendalam, baik bagi diri sendiri maupun orang-orang terkasih. Banyak yang bertanya, "Apakah Allah masih menyembuhkan di zaman ini? Bagaimana peran iman kita dalam proses kesembuhan? Mengapa terkadang doa kesembuhan tidak terjawab?"
Alkitab, Firman Tuhan yang hidup, menawarkan perspektif yang kaya dan mendalam mengenai kesembuhan. Lebih dari sekadar pemulihan fisik, Alkitab berbicara tentang kesembuhan yang holistik—tubuh, jiwa, dan roh—yang berakar pada karakter Allah sendiri dan karya penebusan Kristus. Mari kita merenungkan bersama kebenaran-kebenaran Alkitabiah ini, menggali pengharapan, kekuatan, dan pemahaman yang dapat kita temukan di dalamnya.
Allah Sebagai Penyembuh: Yahweh Rapha
Sejak permulaan sejarah umat-Nya, Allah telah menyatakan diri-Nya sebagai pribadi yang peduli akan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Salah satu nama Tuhan yang paling awal diperkenalkan kepada bangsa Israel setelah mereka keluar dari Mesir adalah Yahweh Rapha, yang berarti "Tuhan yang Menyembuhkanmu."
"Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya serta tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Akulah TUHAN yang menyembuhkan engkau."
— Keluaran 15:26
Pernyataan ini bukan hanya janji, melainkan juga sebuah deklarasi identitas ilahi. Allah tidak hanya *dapat* menyembuhkan, tetapi Dia *adalah* Penyembuh. Ini adalah bagian integral dari sifat dan karakter-Nya. Dari zaman ke zaman, dalam Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana Allah mewujudkan identitas ini:
- Penyembuhan Miriam: Ketika Miriam, saudara perempuan Musa, dihukum dengan penyakit kusta karena menentang Musa, Musa berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan menyembuhkannya (Bilangan 12:1-15).
- Penyembuhan Raja Hizkia: Raja Hizkia jatuh sakit dan mendekati kematian, namun setelah berdoa dengan sungguh-sungguh dan menangis kepada Tuhan, Tuhan mendengar doanya dan memberinya lima belas tahun tambahan hidup, menyembuhkannya secara ajaib (Yesaya 38:1-22).
- Penyembuhan Naaman: Naaman, panglima tentara Aram, menderita kusta dan disembuhkan melalui petunjuk Nabi Elisa untuk mandi tujuh kali di Sungai Yordan, sebuah tindakan iman yang sederhana namun kuat (2 Raja-Raja 5:1-14).
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa kesembuhan adalah bagian dari rencana dan kepedulian Allah bagi umat-Nya. Itu bukan hanya intervensi sesekali, tetapi ekspresi dari kasih dan kuasa-Nya yang abadi.
Kesembuhan dalam Pelayanan Yesus Kristus
Ketika Yesus Kristus datang ke dunia, pelayanan-Nya ditandai secara dramatis oleh berbagai tindakan penyembuhan. Injil-injil mencatat banyak kisah di mana Yesus menyembuhkan orang sakit, mengusir roh-roh jahat, dan membangkitkan orang mati. Kesembuhan adalah inti dari misi Yesus, menunjukkan kasih Bapa kepada umat manusia dan membuktikan bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.
Yesus, Sang Penyembuh Agung
Tidak ada seorang pun dalam sejarah yang menyembuhkan sebanyak dan seberagam Yesus. Dia menyembuhkan:
- Penyakit Fisik: Kusta (Matius 8:1-4), kebutaan (Markus 10:46-52), kelumpuhan (Matius 9:1-8), demam (Markus 1:29-31), pendarahan selama bertahun-tahun (Markus 5:25-34), tuli dan bisu (Markus 7:31-37).
- Kesembuhan dari Roh Jahat: Banyak orang yang kerasukan setan dibebaskan oleh-Nya (Markus 1:23-28).
- Kebangkitan dari Kematian: Putri Yairus (Markus 5:35-43), anak muda di Nain (Lukas 7:11-17), dan Lazarus (Yohanes 11:1-44).
Setiap kesembuhan yang dilakukan Yesus bukan sekadar pertunjukan kuasa, melainkan ekspresi dari kasih dan belas kasihan-Nya yang mendalam. Ia seringkali "tergerak oleh belas kasihan" ketika melihat penderitaan orang banyak. Lebih dari itu, kesembuhan fisik-Nya seringkali terkait dengan pengampunan dosa, menunjukkan bahwa penyakit dan penderitaan seringkali merupakan konsekuensi dari kejatuhan manusia secara spiritual.
"Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"—lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu—:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
— Matius 9:6
Ayat ini dengan jelas menghubungkan kuasa Yesus untuk menyembuhkan fisik dengan kuasa-Nya untuk mengampuni dosa. Kesembuhan yang dibawa Yesus adalah kesembuhan yang menyeluruh, menyentuh inti keberadaan manusia. Ia tidak hanya peduli pada tubuh yang sakit, tetapi juga pada jiwa yang terluka dan roh yang terasing dari Allah.
Dasar Teologis Kesembuhan: Bilur-bilur Kristus
Perjanjian Lama telah menubuatkan bahwa Mesias akan menanggung penderitaan umat-Nya. Salah satu nubuat paling kuat ditemukan dalam kitab Yesaya:
"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh."
— Yesaya 53:4-5
Ayat monumental ini digenapi di kayu salib, di mana Yesus bukan hanya menanggung dosa-dosa kita, tetapi juga penyakit dan kesengsaraan kita. Petrus menegaskan hal ini dalam suratnya:
"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."
— 1 Petrus 2:24
Konsep "bilur-bilur-Nya" menunjuk pada cambukan dan luka-luka fisik yang diderita Yesus sebelum penyaliban. Ini menyiratkan bahwa di dalam penebusan Kristus, bukan hanya ada pengampunan dosa, tetapi juga potensi untuk kesembuhan fisik. Meskipun pemenuhan penuh dari kesembuhan ini mungkin baru terjadi di Surga yang baru dan Bumi yang baru, dasar untuk kesembuhan di masa kini telah diletakkan di salib.
Peran Iman dalam Kesembuhan Ilahi
Dalam banyak kisah penyembuhan Yesus, ada satu benang merah yang sangat jelas: peran iman. Berulang kali, Yesus berkata kepada orang yang disembuhkan, "Imanmu telah menyelamatkan/menyembuhkan engkau." Ini menunjukkan bahwa iman bukanlah sekadar keyakinan pasif, melainkan sebuah respons aktif terhadap kuasa dan kasih Allah.
Apa itu Iman yang Menyembuhkan?
Iman bukanlah formula magis atau upaya memanipulasi Tuhan. Sebaliknya, iman adalah kepercayaan penuh dan penyerahan diri total kepada karakter Allah dan Firman-Nya. Ini adalah keyakinan bahwa Allah sanggup melakukan apa yang Dia janjikan, bahkan di tengah keterbatasan atau realitas yang tampak mustahil. Iman adalah mata rohani yang melihat melampaui keadaan dan berpegang pada kebenaran ilahi.
Contoh-contoh iman dalam Alkitab yang menghasilkan kesembuhan:
- Perempuan dengan Pendarahan: Ia beriman bahwa hanya dengan menyentuh jubah Yesus pun, ia akan sembuh. Keberaniannya dan imannya yang teguh dihargai oleh Yesus (Markus 5:25-34).
- Perwira di Kapernaum: Perwira ini menunjukkan iman yang luar biasa, percaya bahwa Yesus tidak perlu datang ke rumahnya, cukup dengan mengucapkan firman, hambanya akan sembuh (Matius 8:5-13).
- Yairus: Meskipun putrinya meninggal, ia tetap berpegang pada perkataan Yesus dan percaya bahwa Yesus dapat membangkitkannya (Markus 5:21-43).
Iman ini tidak selalu sempurna atau tanpa keraguan, tetapi itu adalah iman yang bersandar kepada Yesus. Bahkan sekadar "iman sebesar biji sesawi" pun diakui Yesus sebagai cukup untuk memindahkan gunung (Matius 17:20), menunjukkan bahwa kualitas iman lebih penting daripada kuantitasnya.
Doa yang Penuh Iman
Iman seringkali diekspresikan melalui doa. Kitab Yakobus memberikan instruksi yang jelas mengenai doa untuk kesembuhan:
"Adakah di antara kamu yang sakit? Baiklah ia memanggil penatua-penatua jemaat, dan hendaklah mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu, dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."
— Yakobus 5:14-16
Ayat ini mengajarkan beberapa prinsip penting:
- Inisiatif dari yang sakit: Orang yang sakit didorong untuk memanggil penatua gereja. Ini menunjukkan pentingnya komunitas dan otoritas rohani.
- Anointing dengan minyak: Minyak seringkali melambangkan Roh Kudus dan konsekrasi. Ini adalah tindakan simbolis, bukan formula magis.
- Doa yang lahir dari iman: Ini adalah kunci utama. Doa yang disertai iman, yang percaya pada kuasa Tuhan, adalah doa yang efektif.
- Pengampunan dosa: Sekali lagi, ada kaitan antara kesembuhan fisik dan pengampunan dosa, menunjukkan pendekatan holistik Tuhan.
- Pengakuan dosa dan doa timbal balik: Ini menekankan pentingnya kejujuran, kerendahan hati, dan saling mendoakan dalam komunitas.
Doa adalah sarana di mana kita berinteraksi dengan Tuhan, menyampaikan kebutuhan kita, dan mengungkapkan iman kita. Doa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang menyerahkan diri kepada kehendak Allah dan memercayai hikmat-Nya yang sempurna.
Kuasa Roh Kudus dalam Kesembuhan
Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus memegang peran sentral dalam manifestasi kesembuhan. Roh Kudus adalah Pemberi kehidupan, dan melalui Dia, kuasa Allah yang menyembuhkan terus bekerja di dunia. Karunia-karunia Roh Kudus, termasuk "karunia untuk menyembuhkan," disebutkan dalam 1 Korintus 12:9. Ini adalah karunia ilahi yang diberikan kepada individu tertentu untuk menjadi saluran kesembuhan Tuhan.
Setelah kenaikan Yesus, para murid-Nya, yang dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta, mulai melanjutkan pelayanan kesembuhan Yesus. Kisah Para Rasul penuh dengan catatan tentang kesembuhan ajaib yang dilakukan oleh Petrus, Paulus, dan murid-murid lainnya, semua terjadi melalui kuasa Roh Kudus.
"Maka kata Petrus: 'Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!'"
— Kisah Para Rasul 3:6
Kisah tentang penyembuhan orang lumpuh di Gerbang Indah ini adalah contoh yang jelas bahwa kuasa kesembuhan Yesus tidak berakhir dengan kepergian-Nya secara fisik, tetapi terus bekerja melalui Roh Kudus dan gereja-Nya.
Kesembuhan Holistik: Tubuh, Jiwa, dan Roh
Ketika Alkitab berbicara tentang kesembuhan, seringkali ia merujuk pada pemulihan yang lebih dari sekadar fisik. Konsep kesembuhan dalam Kekristenan bersifat holistik, mencakup tubuh, jiwa (pikiran, emosi, kehendak), dan roh. Manusia adalah makhluk yang terintegrasi, dan penderitaan di satu area seringkali memengaruhi area lainnya.
Kesembuhan Emosional dan Mental
Dunia modern semakin menyadari pentingnya kesehatan mental dan emosional. Alkitab telah lama mengakui hal ini. Banyak bagian Alkitab berbicara tentang:
- Hati yang Terluka: Pengalaman pengkhianatan, kehilangan, penolakan, atau trauma dapat meninggalkan luka yang dalam pada jiwa. Firman Tuhan menawarkan penghiburan dan pemulihan bagi hati yang hancur (Mazmur 34:18).
- Kecemasan dan Ketakutan: Kekhawatiran dan ketakutan dapat melumpuhkan. Alkitab berulang kali mengajak kita untuk tidak cemas dan menyerahkan beban kita kepada Tuhan (Filipi 4:6-7, Matius 6:25-34).
- Depresi dan Keputusasaan: Tokoh-tokoh Alkitab seperti Daud dan Elia mengalami periode depresi berat, namun mereka menemukan pengharapan dan kekuatan dalam Tuhan (Mazmur 42, 1 Raja-Raja 19).
Kesembuhan emosional dan mental seringkali melibatkan proses, mungkin dengan bantuan konseling Kristen, dukungan komunitas, dan waktu yang dihabiskan dalam Firman Tuhan. Roh Kudus bekerja untuk menghibur, memberikan damai sejahtera, dan memperbarui pikiran kita (Roma 12:2).
Kesembuhan Rohani
Penyakit rohani yang paling mendasar adalah keterpisahan dari Allah akibat dosa. Penebusan Yesus di kayu salib adalah kesembuhan rohani yang paling utama, mendamaikan kita kembali dengan Allah. Ketika seseorang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia mengalami kesembuhan rohani dari kematian rohani menuju kehidupan kekal.
"Dialah yang mengampuni segala dosamu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat."
— Mazmur 103:3-4
Ayat ini dengan indah menggabungkan pengampunan dosa (kesembuhan rohani) dengan penyembuhan penyakit (kesembuhan fisik), menegaskan pandangan holistik Allah terhadap kesejahteraan manusia.
Menghadapi Realitas: Mengapa Tidak Semua Disembuhkan?
Meskipun Alkitab dengan jelas menyatakan Allah sebagai Penyembuh dan kuasa-Nya untuk menyembuhkan, kita juga harus jujur menghadapi realitas bahwa tidak semua orang yang didoakan untuk kesembuhan mengalami pemulihan fisik di dunia ini. Ini adalah salah satu pertanyaan paling sulit dan menyakitkan yang seringkali muncul dalam iman.
Kedaulatan dan Hikmat Allah
Salah satu alasan yang paling mendasar adalah kedaulatan Allah. Allah adalah Tuhan yang berdaulat atas segalanya. Jalan-jalan-Nya lebih tinggi dari jalan-jalan kita, dan pikiran-pikiran-Nya lebih tinggi dari pikiran-pikiran kita (Yesaya 55:8-9). Dia memiliki hikmat yang sempurna dan rencana yang lebih besar dari pemahaman kita yang terbatas.
Terkadang, Allah memilih untuk menyembuhkan secara ajaib; di lain waktu, Dia mungkin menggunakan sarana medis. Dan ada kalanya, dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, Dia mengizinkan penderitaan atau penyakit berlanjut, bahkan hingga kematian. Ini bukan karena Dia kurang peduli atau kurang berkuasa, tetapi karena Dia melihat gambaran yang lebih besar yang tidak kita lihat. Mungkin ada pelajaran rohani yang mendalam untuk dipelajari, karakter yang akan dibentuk, atau kesaksian yang akan diberikan melalui penderitaan.
Tujuan dalam Penderitaan
Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan, meskipun menyakitkan, dapat memiliki tujuan ilahi. Rasul Paulus, yang sendiri memiliki "duri dalam daging" yang tidak disembuhkan meskipun ia berdoa tiga kali untuk itu (2 Korintus 12:7-10), belajar untuk bersandar pada kasih karunia Allah dalam kelemahannya. Allah berkata kepadanya, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."
Penderitaan dapat:
- Mendekatkan kita kepada Allah: Dalam kelemahan kita, kita belajar untuk lebih mengandalkan Tuhan.
- Mengajar kita kesabaran dan ketekunan: Ini membentuk karakter kita (Roma 5:3-4).
- Memungkinkan kita untuk menghibur orang lain: Kita dapat berempati dengan orang lain yang menderita (2 Korintus 1:3-4).
- Memuliakan Allah: Terkadang, iman yang teguh di tengah penderitaan yang tak kunjung sembuh dapat menjadi kesaksian yang kuat bagi dunia.
Penting untuk diingat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dalam penderitaan. Dia adalah Allah yang berempati dan hadir bersama kita di lembah kekelaman (Mazmur 23:4). Dia tidak menyebabkan penderitaan untuk menghukum, tetapi Dia dapat mengizinkannya dan menggunakannya untuk tujuan-Nya yang mulia.
Kesembuhan Penuh di Kehidupan Kekal
Bagi orang percaya, ada pengharapan yang pasti akan kesembuhan total dan kekal. Di Surga yang baru dan Bumi yang baru, tidak akan ada lagi penyakit, rasa sakit, atau kematian (Wahyu 21:4). Ini adalah janji Tuhan untuk pemulihan yang sempurna dan abadi.
Jadi, ketika kesembuhan fisik tidak terjadi di dunia ini, kita tidak kehilangan harapan. Sebaliknya, kita mengangkat pandangan kita kepada Kristus dan janji-janji-Nya akan kehidupan kekal, di mana segala air mata akan dihapus, dan setiap kelemahan akan disempurnakan. Iman kita berlabuh pada kepastian ini.
Peran Komunitas dalam Perjalanan Kesembuhan
Perjalanan mencari kesembuhan, baik fisik, emosional, maupun rohani, bukanlah perjalanan yang harus kita tempuh sendirian. Alkitab menekankan pentingnya komunitas orang percaya, gereja, sebagai sarana dukungan, doa, dan dorongan.
Saling Mendoakan dan Mendukung
Yakobus 5:16 secara khusus mengatakan, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh." Ini menunjukkan bahwa ada kuasa dalam doa bersama dan dalam saling menopang satu sama lain. Ketika seorang anggota tubuh Kristus menderita, seluruh tubuh turut menderita (1 Korintus 12:26).
Dalam komunitas, kita menemukan:
- Penghiburan: Saat kita merasa lemah dan putus asa, saudara seiman dapat memberikan kata-kata penghiburan dan harapan.
- Dukungan praktis: Dalam situasi sakit parah, komunitas dapat membantu dengan kebutuhan praktis seperti makanan, transportasi, atau perawatan.
- Penyemangat iman: Melihat iman orang lain yang teguh di tengah badai dapat menguatkan iman kita sendiri.
- Akuntabilitas: Dalam kesembuhan emosional atau rohani, memiliki orang-orang yang dapat dipercaya untuk berbagi pergumulan dan berdoa bersama adalah sangat penting.
Gereja dipanggil untuk menjadi tempat di mana orang sakit merasa diterima, dikasihi, didoakan, dan dilayani, terlepas dari hasil kesembuhan fisik mereka. Ini adalah tempat di mana kita dapat mengalami kasih Allah melalui sesama percaya.
Hidup dalam Pengharapan dan Kesehatan Ilahi
Merenungkan tentang kesembuhan Alkitabiah tidak hanya tentang mencari pemulihan dari penyakit, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup kita sehari-hari dalam terang kebenaran ini. Bagaimana kita dapat terus hidup dalam pengharapan dan mengusahakan kesehatan holistik yang Tuhan inginkan bagi kita?
1. Perkuat Hubungan dengan Allah
Dasar dari segala kesembuhan dan kesejahteraan adalah hubungan kita dengan Sang Penyembuh. Luangkan waktu dalam doa, membaca Firman Tuhan, dan memuji-Nya. Ini memperkuat iman kita dan mengisi hati kita dengan damai sejahtera yang melampaui segala akal.
"Aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari segala ketakutanku Ia meluputkan aku."
— Mazmur 34:4
2. Jaga Kesehatan Fisik
Tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19-20). Meskipun kita percaya pada kesembuhan ilahi, kita juga dipanggil untuk menjadi penatalayan yang baik atas tubuh kita. Ini termasuk menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, mendapatkan istirahat yang cukup, dan mencari bantuan medis yang tepat ketika diperlukan. Allah dapat bekerja melalui sarana alami dan medis, sama seperti Dia bekerja melalui mukjizat.
3. Fokus pada Kesehatan Emosional dan Mental
Praktikkan pengampunan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, karena kepahitan dan dendam dapat menjadi racun bagi jiwa. Carilah bantuan jika Anda bergumul dengan masalah kesehatan mental. Berbicara dengan seorang konselor, pendeta, atau teman yang dipercaya dapat sangat membantu. Latih diri untuk memfokuskan pikiran pada hal-hal yang benar, mulia, adil, murni, manis, dan patut dipuji (Filipi 4:8).
4. Hidup dalam Ketaatan dan Damai Sejahtera
Ketaatan kepada Firman Tuhan membawa berkat, termasuk damai sejahtera. Dosa dapat menyebabkan konsekuensi fisik dan emosional, meskipun tidak setiap penyakit adalah akibat langsung dari dosa tertentu. Hidup dalam pertobatan dan ketaatan memungkinkan kita berjalan dalam terang dan mengalami kebaikan Tuhan secara penuh.
Kesimpulan: Harapan Abadi dalam Kristus
Perjalanan kita merenungkan tentang kesembuhan Alkitabiah telah membawa kita pada kebenaran yang mendalam: Allah adalah Yahweh Rapha, Tuhan yang menyembuhkan. Dia telah menyatakan kuasa penyembuhan-Nya melalui Yesus Kristus, dan terus bekerja melalui Roh Kudus dan komunitas orang percaya. Kesembuhan yang Dia tawarkan adalah kesembuhan yang holistik—tubuh, jiwa, dan roh—yang berakar pada kasih dan penebusan-Nya di kayu salib.
Meskipun kita mengakui misteri dan kedaulatan Allah dalam pertanyaan mengapa tidak semua orang disembuhkan di dunia ini, pengharapan kita tidak pernah pudar. Iman kita tidak tergantung pada hasil instan, tetapi pada karakter Allah yang setia dan janji-Nya akan pemulihan total di kekekalan. Kita dipanggil untuk terus berdoa dengan iman, mencari Tuhan dalam segala situasi, dan bersandar pada kasih karunia-Nya yang cukup.
Baik kita mengalami kesembuhan fisik yang ajaib di bumi ini, maupun menanggung penderitaan dengan iman yang teguh, kita tahu bahwa pada akhirnya, di hadapan Kristus, setiap air mata akan dihapus, setiap rasa sakit akan hilang, dan kita akan mengalami kesembuhan dan kehidupan yang sempurna. Sampai hari itu tiba, marilah kita hidup dalam pengharapan yang teguh, memuliakan Allah dalam kesehatan maupun kelemahan, dan menjadi saksi kasih-Nya yang menyembuhkan bagi dunia yang membutuhkan.