Salib Harapan Sebuah salib sederhana dengan cahaya memancar dari belakangnya, melambangkan harapan kebangkitan dalam duka. Dalam Setiap Duka, Ada Harapan Abadi

Renungan 40 Hari Kematian Katolik: Sebuah Ziarah Iman dan Pengharapan

Panduan rohani ini akan mendampingi Anda melalui masa 40 hari setelah kepergian orang terkasih, sebuah periode krusial dalam tradisi Katolik untuk berduka, berdoa, dan menemukan kedamaian dalam janji kebangkitan Kristus.

Pendahuluan: Memahami Tradisi 40 Hari dalam Katolik

Kehilangan orang yang dicintai adalah salah satu pengalaman paling menyakitkan dalam hidup manusia. Dalam menghadapi duka mendalam, Gereja Katolik menawarkan penghiburan, harapan, dan sebuah kerangka rohani untuk membantu umat beriman melewati masa transisi ini. Salah satu tradisi yang kaya makna adalah peringatan 40 hari setelah kematian. Ini bukan sekadar ritual budaya, melainkan sebuah ziarah iman yang mendalam, berakar pada Kitab Suci dan ajaran Gereja.

Angka "40" memiliki signifikansi teologis yang kuat dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Kita menemukan angka ini berulang kali dalam peristiwa-peristiwa penting yang menandai periode persiapan, ujian, pemurnian, atau transisi menuju sesuatu yang baru. Misalnya, air bah pada zaman Nuh berlangsung 40 hari, Musa berada di Gunung Sinai selama 40 hari, bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun, dan Yesus berpuasa di padang gurun selama 40 hari. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya selama 40 hari sebelum kenaikan-Nya ke surga.

Dalam konteks kematian, masa 40 hari secara tradisional dipandang sebagai periode penting bagi jiwa almarhum yang sedang dalam perjalanan menuju hadirat Allah. Ini adalah waktu intensif bagi keluarga dan komunitas untuk mendoakan jiwa yang telah meninggal, memohon belas kasihan Allah, dan percaya akan janji kebangkitan. Bagi mereka yang ditinggalkan, ini adalah periode untuk berduka secara mendalam, merenungkan makna hidup dan kematian, serta mencari penghiburan dalam iman.

Artikel ini dirancang untuk menjadi panduan rohani Anda selama 40 hari ini. Ini akan membantu Anda memahami mengapa tradisi ini penting, bagaimana cara menavigasi duka Anda dengan iman, dan bagaimana Anda dapat berdoa dan merayakan kehidupan orang yang telah pergi sambil tetap berpegang pada pengharapan Kristiani akan hidup kekal.

Dasar Teologis dan Spiritualitas 40 Hari

Makna Angka 40 dalam Tradisi Biblis dan Gereja

Seperti yang disebutkan, angka 40 bukan kebetulan. Ini adalah simbol universal untuk periode transformasi dan penyelesaian. Dalam konteks biblis, 40 sering kali menandakan:

  • **Periode Ujian dan Persiapan:** Yesus di padang gurun mempersiapkan diri untuk pelayanan-Nya, bangsa Israel di padang gurun dipersiapkan untuk Tanah Terjanji. Demikian pula, 40 hari setelah kematian bisa menjadi periode persiapan bagi jiwa untuk hadirat Allah dan bagi yang hidup untuk menerima realitas baru tanpa kehadiran fisik orang terkasih.
  • **Periode Pemurnian:** Air bah membersihkan bumi, periode padang gurun membersihkan umat Israel dari perbudakan. Secara spiritual, 40 hari ini dapat menjadi waktu untuk pemurnian hati bagi yang berduka, melepaskan ikatan duniawi, dan memperbarui komitmen iman.
  • **Periode Transisi dan Pewahyuan:** Penampakan Yesus selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya menegaskan realitas kebangkitan dan mempersiapkan para rasul untuk misi mereka. Ini mengingatkan kita bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan transisi menuju kehidupan yang baru.

Dalam Gereja Katolik, keyakinan akan Purgatorium (Api Penyucian) juga menjadi dasar penting. Purgatorium adalah kondisi di mana jiwa-jiwa yang telah meninggal dalam rahmat Allah, tetapi masih memerlukan pemurnian dari dosa-dosa ringan atau akibat dosa-dosa yang telah diampuni, disucikan sebelum memasuki kemuliaan surga. Doa-doa dan persembahan Misa dari Gereja yang berjuang di dunia (Gereja Militan) sangat membantu jiwa-jiwa di Purgatorium (Gereja Menderita) untuk segera mencapai kebahagiaan abadi bersama para kudus di surga (Gereja Jaya).

"Berdasarkan ajaran Gereja mengenai 'persekutuan para kudus,' Gereja yang sedang berjuang di dunia ini dapat membantu jiwa-jiwa di Purgatorium dengan memberikan mereka doa-doa, Misa-Misa, amal kasih, indulgensi, dan karya silih."

— Katekismus Gereja Katolik, No. 1032

Maka, 40 hari adalah waktu intensif bagi kita untuk melaksanakan "karya silih" dan doa syafaat bagi jiwa yang telah berpulang, memohon belas kasihan Allah yang tak terbatas. Ini juga menegaskan keyakinan Katolik yang mendalam tentang "persekutuan para kudus," di mana semua anggota Gereja—yang hidup, yang menderita (di Purgatorium), dan yang mulia (di Surga)—dipersatukan dalam Kristus.

Melewati Setiap Fase Duka dengan Iman Selama 40 Hari

Masa 40 hari dapat dibagi menjadi beberapa fase, masing-masing dengan fokus spiritual dan emosionalnya sendiri. Penting untuk diingat bahwa proses duka bersifat sangat pribadi dan tidak linier. Fase-fase ini hanya berfungsi sebagai panduan, bukan aturan baku.

Minggu Pertama: Duka Mendalam dan Penerimaan Awal (Hari 1-7)

Minggu pertama adalah masa yang paling berat, ditandai oleh syok, kesedihan yang membekukan, dan kekosongan yang tak tertahankan. Ini adalah waktu untuk membiarkan diri merasakan duka sepenuhnya tanpa penghakiman.

  • **Fokus Emosional:** Syok, penolakan, kesedihan yang intens, mati rasa.
  • **Fokus Spiritual:** Penyerahan diri kepada belas kasihan Allah, memohon kekuatan dan penghiburan Roh Kudus.
  • **Tindakan:**
    • **Misa Arwah:** Usahakan untuk mempersembahkan Misa Arwah sesering mungkin, terutama di hari-hari pertama. Ini adalah doa terkuat yang dapat kita berikan bagi jiwa almarhum.
    • **Doa Rosario:** Mendaraskan Rosario setiap hari, mendoakan misteri-misteri yang membawa pengharapan (Misteri Cahaya atau Misteri Mulia).
    • **Membiarkan Duka:** Jangan menekan air mata atau perasaan. Izinkan diri Anda berduka, menangis, dan merasakan sakit. Tuhan pun menangis di makam Lazarus (Yoh 11:35).
    • **Membaca Kitab Suci:** Cari ayat-ayat penghiburan seperti Yohanes 14:1-6 (Janganlah gelisah hatimu), Mazmur 23 (Tuhan adalah gembalaku), atau Yesaya 41:10 (Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau).
  • **Renungan:** "Tuhan, dalam duka ini, aku berserah kepada-Mu. Kuatkanlah imanku agar aku percaya bahwa Engkau memegang kendali atas segalanya, bahkan atas kematian."

Minggu Kedua: Mengenang dan Mensyukuri Kehidupan (Hari 8-14)

Setelah syok awal mereda sedikit, ingatan tentang almarhum mulai mengalir. Ini adalah waktu untuk merayakan kehidupan yang telah dijalani, kenangan indah, dan dampak positif yang ditinggalkan almarhum.

  • **Fokus Emosional:** Kerinduan, kenangan, sedikit penerimaan akan realitas.
  • **Fokus Spiritual:** Syukur atas anugerah kehidupan almarhum, pengampunan, dan doa untuk pemurnian jiwa.
  • **Tindakan:**
    • **Membagikan Kisah:** Berkumpul dengan keluarga dan teman untuk berbagi kenangan, foto, dan cerita tentang almarhum. Ini adalah bentuk penyembuhan.
    • **Doa Syafaat:** Terus mendoakan jiwa almarhum, memohon agar Tuhan mengampuni segala kekurangannya dan membawanya ke dalam terang wajah-Nya. Doa "Requiem Aeternam" (Berilah dia istirahat kekal) bisa menjadi fokus.
    • **Perbuatan Amal Kasih:** Lakukan perbuatan amal atas nama almarhum. Ini adalah bentuk doa konkret dan dapat memberikan penghiburan besar bagi Anda.
    • **Menulis Jurnal:** Mulailah menuliskan perasaan, kenangan, dan doa Anda. Ini membantu memproses emosi dan melihat perjalanan duka Anda.
  • **Renungan:** "Terima kasih, Bapa, atas kehidupan [nama almarhum/ah] yang Kau anugerahkan kepada kami. Terima kasih atas setiap tawa, cinta, dan pelajaran yang telah ia bagikan. Biarlah kenangan ini menjadi berkat bagi kami."

Minggu Ketiga: Pengharapan akan Kebangkitan (Hari 15-21)

Fokus beralih dari duka pribadi menuju pengharapan Kristiani akan kebangkitan dan hidup kekal. Ini adalah waktu untuk merenungkan Misteri Paskah: wafat dan kebangkitan Kristus.

  • **Fokus Emosional:** Penyesuaian, mulai mencari makna, harapan.
  • **Fokus Spiritual:** Pengharapan akan janji Kristus, kebangkitan badan, hidup kekal.
  • **Tindakan:**
    • **Meditasi Kitab Suci:** Dalami bagian-bagian Kitab Suci tentang kebangkitan Yesus (misalnya, Yohanes 20, Lukas 24) dan janji hidup kekal (Yohanes 11:25-26, 1 Korintus 15:51-57).
    • **Kunjungan Makam/Kolumbarium:** Kunjungi tempat peristirahatan almarhum, berdoa, dan renungkan iman akan kebangkitan.
    • **Doa Litani untuk Orang Meninggal:** Mendoakan litani khusus untuk jiwa-jiwa di Purgatorium.
    • **Berpartisipasi dalam Sakramen:** Seringlah menerima Komuni Kudus. Ekaristi adalah sumber kekuatan dan penghiburan terbesar, di mana kita bersatu dengan Kristus yang bangkit dan dengan seluruh Gereja, baik yang di bumi maupun yang di surga.
  • **Renungan:** "Ya Yesus, Engkaulah kebangkitan dan hidup. Aku percaya bahwa siapa yang percaya kepada-Mu, sekalipun ia mati, ia akan hidup. Teguhkanlah imanku akan janji kehidupan abadi bagi [nama almarhum/ah]."

Minggu Keempat: Doa Syafaat dan Belas Kasih Ilahi (Hari 22-28)

Pada fase ini, fokus kembali pada doa syafaat yang mendalam bagi jiwa almarhum dan juga untuk diri sendiri, memohon belas kasihan Allah yang tak terbatas.

  • **Fokus Emosional:** Refleksi, penerimaan yang lebih dalam, mulai merasa damai.
  • **Fokus Spiritual:** Belas kasihan Ilahi, pentingnya doa syafaat, pengampunan.
  • **Tindakan:**
    • **Novena atau Koronka Kerahiman Ilahi:** Mendoakan Novena atau Koronka Kerahiman Ilahi, terutama bagi jiwa almarhum. Hari Jumat pada minggu ini bisa menjadi fokus khusus untuk Kerahiman Ilahi.
    • **Pengakuan Dosa:** Manfaatkan Sakramen Rekonsiliasi. Pembersihan jiwa kita sendiri akan membuat doa kita lebih murni dan efektif.
    • **Persembahan Misa:** Jika memungkinkan, mintalah persembahan Misa lagi untuk almarhum/ah, mendoakan secara khusus bagi jiwanya dan bagi keluarga yang ditinggalkan.
    • **Merenungkan Para Kudus:** Membaca kisah-kisah orang kudus yang mengalami duka atau orang kudus yang dikenal sebagai pendoa syafaat bagi jiwa-jiwa di Purgatorium (misalnya St. Faustina Kowalska, St. Gertrude).
  • **Renungan:** "Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, aku percaya pada-Mu. Demi sengsara-Mu yang pedih, kasihanilah [nama almarhum/ah] dan kami semua."

Minggu Kelima: Menemukan Kedamaian dan Melanjutkan Ziarah Iman (Hari 29-35)

Dengan waktu yang terus berjalan, kedamaian mulai terasa, dan Anda mulai merangkul bagaimana hidup akan berlanjut tanpa kehadiran fisik orang terkasih. Ini adalah tentang mengintegrasikan duka ke dalam iman Anda.

  • **Fokus Emosional:** Kedamaian yang lebih besar, kekuatan baru, perencanaan masa depan.
  • **Fokus Spiritual:** Penerimaan kehendak Allah, pertumbuhan iman, melanjutkan ziarah hidup dengan sukacita dan harapan.
  • **Tindakan:**
    • **Doa Pribadi yang Mendalam:** Luangkan waktu untuk doa hening, meditasi, dan dialog pribadi dengan Tuhan tentang perasaan Anda, rencana Anda, dan bagaimana Anda dapat melanjutkan hidup dengan membawa warisan cinta almarhum/ah.
    • **Mencari Dukungan:** Jika Anda belum melakukannya, pertimbangkan untuk berbicara dengan seorang imam, konselor rohani, atau bergabung dengan kelompok dukungan duka di paroki Anda.
    • **Melayani Orang Lain:** Salah satu cara terbaik untuk menyembuhkan adalah dengan melayani orang lain yang membutuhkan. Ini bisa menjadi cara untuk menghormati kenangan almarhum/ah dan menemukan tujuan baru.
    • **Merenungkan Panggilan Hidup:** Kematian dapat menjadi pengingat akan kerapuhan hidup dan mendorong kita untuk merenungkan panggilan hidup kita sendiri, bagaimana kita ingin hidup dan apa yang ingin kita wariskan.
  • **Renungan:** "Tuhan, Engkau adalah sumber kedamaian sejati. Bantulah aku untuk menerima kehendak-Mu dan menemukan cara untuk terus melangkah maju dengan iman dan kasih, membawa serta kenangan [nama almarhum/ah] dalam hatiku."

Minggu Keenam: Perayaan Hidup Abadi dan Misi yang Berlanjut (Hari 36-40)

Menjelang akhir masa 40 hari, fokus beralih ke perayaan hidup abadi yang dijanjikan Kristus dan penguatan komitmen kita untuk melanjutkan misi-Nya di dunia.

  • **Fokus Emosional:** Perayaan, rasa syukur, kekuatan yang diperbarui, resolusi.
  • **Fokus Spiritual:** Kebahagiaan surgawi, persekutuan para kudus, komitmen untuk hidup sesuai kehendak Allah.
  • **Tindakan:**
    • **Misa Peringatan 40 Hari:** Persembahkan Misa khusus pada hari ke-40 sebagai puncak dari ziarah doa Anda. Ini adalah kesempatan untuk bersyukur atas iman, menghormati almarhum/ah, dan memperbarui pengharapan akan kebangkitan.
    • **Menciptakan Tradisi:** Pertimbangkan untuk menciptakan tradisi baru yang menghormati almarhum/ah, seperti menanam pohon, menyalakan lilin khusus setiap tahun, atau mendonasikan buku atas namanya.
    • **Membaca Surat Paulus:** Renungkan surat-surat Paulus yang penuh harapan tentang kebangkitan dan hidup yang baru dalam Kristus (misalnya, Roma 8, Filipi 3).
    • **Membuat Resolusi Rohani:** Apa yang telah Anda pelajari tentang iman, hidup, dan kematian selama 40 hari ini? Bagaimana Anda akan menerapkan pelajaran ini dalam hidup Anda selanjutnya?
  • **Renungan:** "Allah Bapa yang Maha Baik, aku bersyukur atas perjalanan iman 40 hari ini. Aku percaya bahwa [nama almarhum/ah] kini beristirahat dalam damai-Mu. Berikanlah aku keberanian untuk hidup seturut Injil-Mu, menjadi saksi cinta-Mu di dunia ini, sampai kita bertemu kembali dalam kemuliaan-Mu."

Elemen-elemen Penting dalam Ziarah 40 Hari

Selain struktur mingguan di atas, ada beberapa elemen universal yang harus menjadi bagian dari perjalanan rohani Anda:

1. Peran Sakramen dalam Dukacita

  • **Ekaristi Kudus (Misa):** Ini adalah sumber penghiburan dan kekuatan terbesar. Setiap Misa adalah pengorbanan Kristus di Kalvari yang diperbarui, dan merupakan doa syafaat terkuat bagi jiwa-jiwa. Misa juga menyatukan kita dengan seluruh Gereja, baik di bumi maupun di surga. Seringlah mempersembahkan Misa untuk intensi khusus almarhum/ah.
  • **Sakramen Rekonsiliasi (Pengakuan Dosa):** Menerima Sakramen Rekonsiliasi membersihkan jiwa kita dari dosa, memungkinkan kita untuk berdoa dengan hati yang lebih murni dan membuka diri sepenuhnya pada rahmat ilahi.

2. Doa Syafaat yang Konsisten

Doa syafaat kita adalah bentuk kasih yang paling murni bagi orang yang telah meninggal. Kita tidak tahu kondisi persis jiwa mereka, tetapi kita percaya bahwa doa-doa kita, terutama yang dipersatukan dengan kurban Kristus, dapat membantu mereka dalam perjalanan pemurnian mereka.

  • **Doa Rosario:** Mendaraskan Rosario adalah meditasi yang kuat tentang kehidupan Kristus dan Bunda Maria, membawa penghiburan dan kekuatan.
  • **Doa "Requiem Aeternam":**

    Requiem aeternam dona eis, Domine, et lux perpetua luceat eis.

    Requiescant in pace. Amen.

    (Berilah dia istirahat kekal, ya Tuhan, dan cahaya abadi menyinarinya.

    Semoga dia beristirahat dalam damai. Amin.)

  • **Koronka Kerahiman Ilahi:** Doa ini adalah permohonan yang kuat akan belas kasihan Allah bagi seluruh dunia, termasuk jiwa-jiwa di Purgatorium.
  • **Doa Spontan:** Jangan ragu untuk berbicara dengan Tuhan dari hati ke hati, mengungkapkan duka, kerinduan, dan harapan Anda.

3. Dukungan Komunitas dan Keluarga

Anda tidak sendirian dalam duka ini. Carilah dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas paroki Anda. Berbagi beban duka dapat meringankannya.

  • **Berbicara:** Jangan takut untuk berbicara tentang perasaan Anda. Berbagi dapat sangat terapeutik.
  • **Menerima Bantuan:** Izinkan orang lain membantu Anda dengan hal-hal praktis, seperti makanan, tugas rumah tangga, atau mendengarkan Anda.
  • **Kelompok Dukungan Duka:** Banyak paroki atau organisasi keagamaan menawarkan kelompok dukungan duka. Ini adalah tempat yang aman untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang memahami apa yang Anda alami.

4. Pentingnya Jurnal Refleksi

Menuliskan pikiran, perasaan, dan doa Anda dapat menjadi alat yang sangat ampuh dalam proses duka. Jurnal dapat berfungsi sebagai tempat untuk:

  • Memproses emosi yang kompleks.
  • Mengenang kenangan indah dan belajar dari pengalaman.
  • Melihat pertumbuhan rohani Anda seiring waktu.
  • Mencatat ayat-ayat Kitab Suci, kutipan, atau renungan yang menginspirasi Anda.
Tangan Berdoa Ilustrasi sepasang tangan yang disatukan dalam posisi berdoa, melambangkan iman dan pengharapan. Kekuatan dalam Doa

Merangkul Hidup dengan Pengharapan

Masa 40 hari bukan akhir dari duka, melainkan sebuah tonggak penting dalam perjalanan penyembuhan Anda. Ini adalah waktu di mana kita secara aktif terlibat dalam proses duka, tetapi juga secara aktif merayakan iman dan pengharapan kita akan hidup kekal. Setelah 40 hari, Anda diharapkan telah mencapai tingkat penerimaan yang lebih mendalam, meskipun kerinduan mungkin akan selalu ada.

Membawa Warisan Orang Terkasih

Orang yang telah meninggal tidak benar-benar hilang selama kita mengingat dan menghidupkan warisan mereka. Ini bisa berarti:

  • **Meneruskan Nilai-Nilai:** Hidup sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan atau dicontohkan oleh almarhum/ah.
  • **Melanjutkan Karya Baik:** Jika almarhum/ah memiliki passion atau proyek tertentu, pertimbangkan untuk melanjutkannya atau mendukungnya.
  • **Menjadi Inspirasi:** Biarkan hidup dan kematian mereka menjadi inspirasi bagi Anda untuk hidup lebih penuh, lebih berarti, dan lebih mencintai.

Melihat Kematian dari Perspektif Kristiani

Bagi umat Kristiani, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pintu gerbang menuju kehidupan yang tak berkesudahan bersama Allah. Ini adalah pemenuhan janji Paskah Kristus.

"Aku adalah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya."

— Yohanes 11:25-26

Keyakinan ini memberikan pengharapan yang kokoh di tengah badai duka. Kita percaya bahwa orang yang kita kasihi kini berada dalam damai Tuhan, atau sedang disucikan untuk mencapai damai itu, dan bahwa suatu hari kita akan dipersatukan kembali dalam persekutuan para kudus.

Pertumbuhan Iman di Tengah Duka

Meskipun menyakitkan, duka dapat menjadi kesempatan untuk pertumbuhan iman yang mendalam. Melalui duka, kita dapat belajar:

  • **Ketergantungan Penuh pada Allah:** Ketika segala sesuatu runtuh, kita belajar untuk bersandar sepenuhnya pada Allah sebagai satu-satunya batu karang kita.
  • **Kasih yang Lebih Mendalam:** Duka memperdalam kapasitas kita untuk mencintai, berempati, dan menghargai setiap momen hidup.
  • **Perspektif Abadi:** Kematian mengingatkan kita akan sementara-nya hidup di dunia ini dan mengarahkan pandangan kita pada kekekalan.
  • **Kekuatan Roh Kudus:** Kita mengalami kekuatan penghiburan Roh Kudus secara nyata.

Jangan takut untuk terus mencari Tuhan, bahkan ketika terasa sulit. Dia hadir dalam setiap tetes air mata dan setiap desah doa. Ziarah 40 hari ini adalah bukti bahwa iman Katolik tidak mengabaikan duka, melainkan merangkulnya dan mengubahnya menjadi jalan menuju pengharapan dan kehidupan yang lebih dalam.

Penutup: Janji Kedamaian dan Perjumpaan Abadi

Mengakhiri masa 40 hari setelah kepergian orang terkasih bukanlah berarti mengakhiri duka atau melupakan. Sebaliknya, ini adalah sebuah transisi, dari duka yang merobek-robek ke duka yang telah terintegrasi, duka yang kini membawa serta pengharapan dan kedamaian. Masa 40 hari telah menjadi wadah bagi Anda untuk secara intensif mendoakan jiwa almarhum/ah, memohon belas kasihan Allah, dan merenungkan janji-janji-Nya yang agung.

Gereja Katolik, dengan segala kekayaan tradisi dan ajarannya, telah mendampingi Anda melalui proses ini. Anda telah diundang untuk merenungkan makna biblis angka "40", memahami peran Purgatorium dan Persekutuan Para Kudus, serta menemukan kekuatan dalam Sakramen-Sakramen dan doa.

Ingatlah, kasih tidak pernah berakhir. Ikatan kasih yang Anda miliki dengan orang terkasih yang telah pergi tidak akan pernah terputus. Melalui doa, melalui Ekaristi, dan melalui perbuatan kasih, Anda tetap terhubung. Mereka hidup dalam ingatan Anda, dalam kasih Anda, dan yang terpenting, dalam hadirat Allah.

Semoga Anda menemukan kedamaian yang melampaui segala pengertian dan kekuatan untuk melanjutkan ziarah hidup Anda dengan iman yang teguh, pengharapan yang tak tergoyahkan, dan kasih yang melimpah. Percayalah bahwa suatu hari, dalam kebaikan Allah yang tak terbatas, Anda akan dipersatukan kembali dengan orang-orang yang Anda kasihi dalam kemuliaan abadi.

Semoga jiwa-jiwa semua orang beriman yang telah meninggal, karena kerahiman Allah, beristirahat dalam damai. Amin.