Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, mari kita buka hati dan pikiran kita untuk merenungkan salah satu bagian Alkitab yang paling menakjubkan dan penuh pengharapan, yaitu Kitab Yesaya pasal 65, ayat 17 sampai 25. Dalam nas ini, nabi Yesaya tidak hanya menyampaikan teguran dan peringatan kepada umat Israel, tetapi juga menyingkapkan selubung masa depan yang gilang-gemilang, sebuah visi tentang pembaruan total yang akan Allah lakukan bagi ciptaan-Nya. Ini bukan sekadar impian atau khayalan, melainkan janji ilahi yang kokoh, berakar pada karakter Allah yang setia dan berkuasa. Ayat-ayat ini berbicara tentang penghiburan, pemulihan, dan puncak kebahagiaan yang melampaui segala pengertian manusiawi. Mari kita selami lebih dalam setiap untaian janji yang terukir indah dalam firman-Nya.
Pada inti dari pesan Yesaya ini adalah sebuah deklarasi tentang Langit Baru dan Bumi Baru. Konsep ini bukan hanya sebuah metafora puitis, melainkan sebuah realitas eskatologis yang akan Tuhan wujudkan. Dalam dunia yang penuh dengan penderitaan, ketidakadilan, dan kehancuran, janji ini menjadi mercusuar pengharapan. Kita hidup di dunia yang berduka, di mana setiap hari kita menyaksikan dampak dosa – penyakit, kematian, konflik, dan kesengsaraan. Namun, melalui Yesaya, Tuhan mengumumkan bahwa Dia akan menciptakan sesuatu yang sama sekali baru, sebuah tatanan yang benar-benar berbeda dari apa yang kita kenal sekarang.
Pesan ini tidak hanya relevan bagi umat Israel kuno yang sedang menghadapi ancaman pembuangan dan kehancuran, tetapi juga bagi kita hari ini. Di tengah segala ketidakpastian hidup, di tengah berita-berita buruk yang tak kunjung henti, di tengah pergumulan pribadi dan kolektif, firman Tuhan ini memanggil kita untuk mengangkat pandangan kita melampaui cakrawala yang terbatas. Ia mengundang kita untuk berpegang pada sebuah masa depan yang dijamin oleh kuasa dan kasih Allah yang tak terbatas. Mari kita selami setiap bagian dari janji agung ini dan biarkan Roh Kudus membuka mata hati kita untuk melihat kemuliaan dan keindahan yang telah disediakan Tuhan bagi kita.
I. Langit Baru dan Bumi Baru: Sebuah Proklamasi Penciptaan Ulang (Ayat 17-19)
A. Pernyataan Allah yang Agung: "Lihat, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru" (Ayat 17a)
Ayat 17 adalah jantung dari perikop ini, sebuah proklamasi ilahi yang memukau: "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati." Ini adalah sebuah pernyataan tentang kedaulatan Allah yang mutlak, bahwa Dia bukan hanya pemelihara, tetapi juga Pencipta ulang. Kata "menciptakan" (בָּרָא - bara) adalah kata kerja yang sama yang digunakan dalam Kitab Kejadian untuk menggambarkan penciptaan alam semesta yang pertama. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang akan dilakukan Allah bukanlah sekadar perbaikan atau renovasi, melainkan sebuah tindakan penciptaan yang radikal, dari ketiadaan menjadi keberadaan, dari kehancuran menjadi kemuliaan yang baru.
Konsep "langit baru dan bumi baru" ini tidak unik bagi Yesaya. Kita menemukannya lagi dalam Perjanjian Baru, terutama dalam Kitab Wahyu (Wahyu 21:1), di mana Yohanes melihat penggenapan nubuat Yesaya ini setelah penghakiman terakhir. Ini menegaskan bahwa janji ini adalah bagian integral dari rencana penebusan Allah yang agung, yang berpuncak pada pemulihan total ciptaan dari belenggu dosa dan kematian. Ini adalah janji yang mengatasi segala kelemahan dan keterbatasan bumi yang sekarang, yang "mengerang dan kesakitan" karena dampak dosa (Roma 8:22).
Apakah langit baru dan bumi baru ini berarti kehancuran total dan penciptaan yang sama sekali berbeda? Atau sebuah transformasi radikal dari yang sudah ada? Para teolog memiliki beragam pandangan. Namun, yang jelas adalah bahwa kualitas dan esensi dari langit dan bumi yang baru ini akan sangat berbeda dan jauh lebih unggul dari yang sekarang. Ini akan menjadi lingkungan yang sempurna, di mana kehadiran Allah bersemayam secara penuh, dan di mana kejahatan tidak akan lagi memiliki tempat.
B. Janji Lupa dan Pembaruan Hati: "hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati" (Ayat 17b)
Bagian kedua dari ayat 17 memberikan penghiburan yang luar biasa: "hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati." Ini bukan berarti Allah akan menghapus memori kita secara paksa atau membuat kita amnesia terhadap masa lalu kita. Sebaliknya, ini berbicara tentang sebuah transformasi sedalam-dalamnya yang akan terjadi di dalam hati dan pikiran kita. Rasa sakit, kesedihan, trauma, dosa, dan penderitaan dari masa lalu tidak akan lagi mendominasi pikiran atau menimbulkan kepedihan yang mendalam.
Bayangkan sebuah kehidupan di mana kenangan pahit tidak lagi menghantui, di mana bekas luka emosional telah sepenuhnya disembuhkan, dan di mana penyesalan tidak lagi menggerogoti jiwa. Di langit dan bumi yang baru, kebahagiaan dan sukacita yang melimpah ruah akan begitu dominan sehingga kenangan akan penderitaan masa lalu akan memudar, tidak lagi relevan atau menyakitkan. Mereka tidak "akan timbul lagi dalam hati" karena hati kita akan dipenuhi dengan damai sejahtera dan sukacita yang abadi dalam hadirat Allah.
Ini adalah janji tentang penyembuhan total, bukan hanya fisik tetapi juga emosional dan spiritual. Dalam dunia yang sekarang, seringkali kita terjebak dalam lingkaran kenangan buruk dan rasa sakit. Namun, janji Yesaya ini menunjukkan kepada kita bahwa ada masa depan di mana Allah akan menghapus setiap air mata dan setiap jejak penderitaan dari keberadaan kita. Ini memberi kita kekuatan untuk bertahan dalam pergumulan kita saat ini, mengetahui bahwa suatu hari nanti, segala sesuatu yang buruk akan digantikan oleh kebaikan dan kemuliaan yang tak terlukiskan.
C. Sukacita Ilahi dan Manusiawi: "melainkan bersukacitalah dan bergembiralah selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan" (Ayat 18-19)
"melainkan bersukacitalah dan bergembiralah selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem menjadi kegirangan dan penduduknya menjadi kesukaan. Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergembira karena umat-Ku; di situ tidak akan kedengaran lagi suara tangisan dan suara ratapan."
Yesaya 65:18-19
Dalam ayat 18, fokus bergeser dari tindakan penciptaan Allah kepada respons yang diharapkan dari umat-Nya: sukacita dan kegembiraan yang tak berkesudahan. "Bersukacitalah dan bergembiralah selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan." Sukacita ini bukan sukacita sesaat atau yang bergantung pada keadaan, melainkan sukacita yang kekal, berakar pada karya penciptaan Allah yang baru. Ini adalah sukacita yang lahir dari menyaksikan penggenapan janji-janji Allah, dari hidup dalam kehadiran-Nya yang sempurna.
Yang menarik adalah bahwa Allah sendiri juga akan bersukacita. Ayat 19 menyatakan, "Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergembira karena umat-Ku." Ini adalah gambaran yang menakjubkan tentang kasih Allah yang begitu dalam kepada umat-Nya sehingga Dia sendiri akan merayakan dan bersukacita atas mereka. Yerusalem, yang dalam konteks profetik seringkali melambangkan umat Allah atau tempat kediaman-Nya yang suci, akan menjadi sumber kegirangan bagi Allah dan umat-Nya. Ini berarti bahwa hubungan antara Allah dan manusia akan sepenuhnya dipulihkan, tanpa penghalang dosa atau perpisahan.
Puncak dari sukacita ini adalah penghapusan semua penderitaan: "di situ tidak akan kedengaran lagi suara tangisan dan suara ratapan." Ini adalah salah satu janji yang paling menghibur dalam seluruh Alkitab. Dalam dunia ini, tangisan adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Kita menangis karena kehilangan, karena sakit, karena ketidakadilan, karena penyesalan. Namun, di langit baru dan bumi baru, sumber-sumber tangisan ini akan hilang. Tidak akan ada lagi kematian, tidak ada lagi perpisahan, tidak ada lagi air mata. Hanya ada damai sejahtera dan sukacita yang abadi dalam hadirat Allah. Ini adalah visi yang memberikan kekuatan dan pengharapan kepada setiap orang percaya yang sedang berjuang melalui lembah air mata di dunia ini.
II. Kehidupan yang Diperbarui dan Berkecukupan: Berkat dalam Pekerjaan dan Umur Panjang (Ayat 20-22)
A. Umur Panjang dan Kehidupan yang Terpenuhi: "Tidak akan ada lagi di situ bayi yang hidup hanya beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur lanjut" (Ayat 20)
"Tidak akan ada lagi di situ bayi yang hidup hanya beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur lanjut, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun dianggap kena kutuk."
Yesaya 65:20
Ayat 20 melukiskan gambaran tentang umur panjang dan kehidupan yang terpenuhi, sebuah kontras tajam dengan kerapuhan dan singkatnya hidup manusia di dunia yang berdosa ini. "Tidak akan ada lagi di situ bayi yang hidup hanya beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur lanjut." Kematian bayi, yang merupakan tragedi yang menghancurkan, tidak akan ada lagi. Demikian pula, hidup yang tidak mencapai potensi penuhnya karena kematian dini akan menjadi sesuatu dari masa lalu.
Pernyataan "sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih dianggap muda" adalah sebuah hiperbola yang indah untuk menekankan umur panjang yang luar biasa. Angka seratus tahun, yang bagi kita sekarang adalah usia yang sangat lanjut, di masa depan yang dijanjikan Allah akan dianggap sebagai masa muda yang baru. Ini menunjukkan bahwa siklus kehidupan di langit baru dan bumi baru akan sangat berbeda. Kehidupan akan diperpanjang, dan setiap individu akan memiliki kesempatan untuk menjalani hidup sepenuhnya, berkarya dan menikmati berkat Allah tanpa batasan penyakit, kelemahan, atau kematian yang prematur.
Adapun frasa "siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun dianggap kena kutuk," ini mungkin harus dipahami dalam konteks profetik. Ini tidak berarti bahwa masih ada kutukan di langit baru dan bumi baru yang sempurna. Sebaliknya, ini menekankan betapa tidak lazimnya kematian dini akan terjadi dalam tatanan baru tersebut. Kematian dini akan menjadi anomali, sesuatu yang sama sekali tidak sesuai dengan tatanan kehidupan yang diperbarui dan diberkati oleh Allah. Ini menandai penghapusan dampak dosa yang merusak kehidupan dan mempersingkat keberadaan manusia.
B. Menikmati Hasil Kerja: "mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya" (Ayat 21)
"Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya."
Yesaya 65:21
Ayat 21 menyajikan gambaran tentang hidup yang penuh produktivitas dan kepuasan. Dalam dunia sekarang, banyak orang bekerja keras tetapi tidak pernah sepenuhnya menikmati hasil jerih payah mereka. Rumah yang dibangun mungkin harus dijual, kebun yang ditanami mungkin dirampas atau hasilnya tidak dinikmati sendiri. Ini adalah akibat dari ketidakadilan, perang, dan ketidakpastian ekonomi yang melanda dunia.
Namun, di langit baru dan bumi baru, janji Allah adalah bahwa umat-Nya akan "mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya." Artinya, mereka akan memiliki keamanan dan kepastian atas tempat tinggal mereka. Tidak ada lagi penggusuran, tidak ada lagi perampasan. Rumah yang dibangun dengan keringat akan menjadi milik mereka untuk ditinggali dengan damai sejahtera.
Demikian pula, "mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya." Ini melambangkan kerja keras yang membuahkan hasil yang manis dan dinikmati sepenuhnya oleh pelakunya. Pertanian adalah gambaran umum kemakmuran dan keberlanjutan. Dalam tatanan baru, setiap upaya akan dihargai dan setiap hasil akan dinikmati. Tidak ada lagi kerja keras yang sia-sia, tidak ada lagi eksploitasi, tidak ada lagi kegagalan panen yang menyebabkan kelaparan. Ini adalah gambaran tentang kedaulatan manusia atas lingkungan yang telah diberkati, di mana mereka dapat berinteraksi dengan ciptaan Allah dalam harmoni dan produktivitas yang penuh.
C. Hidup Abadi di Bumi yang Dibangun Sendiri: "Tidak lagi mereka akan membangun dan orang lain mendiaminya, tidak lagi mereka akan menanam dan orang lain memakan hasilnya" (Ayat 22)
"Tidak lagi mereka akan membangun dan orang lain mendiaminya, tidak lagi mereka akan menanam dan orang lain memakan hasilnya; sebab umur umat-Ku akan sepanjang umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati hasil jerih payah mereka."
Yesaya 65:22
Ayat 22 mempertegas janji dari ayat sebelumnya, menyoroti penghapusan ketidakadilan dan ketidakamanan yang seringkali melanda kehidupan manusia. "Tidak lagi mereka akan membangun dan orang lain mendiaminya, tidak lagi mereka akan menanam dan orang lain memakan hasilnya." Ini adalah gambaran tentang masyarakat yang adil dan makmur, di mana hak milik dihormati dan setiap orang menuai apa yang telah ditabur dengan jujur. Ini adalah kontras yang mencolok dengan sistem penindasan dan ketidakadilan yang sering terjadi di dunia ini, di mana orang kaya menumpuk kekayaan dari keringat orang miskin.
Kemudian datang janji yang luar biasa: "sebab umur umat-Ku akan sepanjang umur pohon." Pepohonan tertentu, seperti pohon ek atau pohon zaitun, dapat hidup ratusan bahkan ribuan tahun. Perbandingan ini menekankan umur panjang yang luar biasa dan stabilitas hidup yang akan dinikmati oleh umat Allah di masa depan. Ini bukan lagi kehidupan yang rapuh dan singkat, tetapi kehidupan yang diperpanjang, yang memberi kesempatan untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan pelayanan yang tak terbatas. Kehidupan yang kaya akan pengalaman dan kebermaknaan.
Dan yang terakhir, "dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati hasil jerih payah mereka." Ini adalah penegasan kembali tentang keadilan ilahi. Setiap kerja keras, setiap pengorbanan, setiap upaya yang dilakukan dalam ketaatan kepada Allah akan dihargai dan dinikmati sepenuhnya. Tidak ada lagi perasaan kecewa karena usaha yang tidak dihargai, tidak ada lagi frustrasi karena hasil yang diambil orang lain. Di langit baru dan bumi baru, keadilan dan berkat Allah akan melimpah ruah dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pekerjaan dan produktivitas.
III. Berkat Ilahi dan Keamanan: Keturunan yang Diberkati dan Doa yang Dijawab (Ayat 23-24)
A. Keturunan yang Diberkati dan Tujuan yang Terpenuhi: "Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma dan tidak akan melahirkan anak untuk ditimpa malapetaka" (Ayat 23)
"Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma dan tidak akan melahirkan anak untuk ditimpa malapetaka, sebab mereka itu keturunan orang-orang yang diberkati TUHAN, dan anak cucu mereka ada beserta mereka."
Yesaya 65:23
Ayat 23 melanjutkan tema tentang hidup yang produktif dan berarti, dengan fokus pada keluarga dan keturunan. "Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma." Ini menggemakan janji sebelumnya tentang tidak adanya kerja yang sia-sia. Setiap usaha, baik dalam pekerjaan maupun dalam membesarkan keluarga, akan memiliki makna dan tujuan ilahi. Tidak akan ada lagi perasaan hampa atau tanpa arah dalam hidup. Setiap tindakan akan menjadi bagian dari rencana Allah yang lebih besar, dan akan membuahkan hasil yang kekal.
Bagian kedua dari ayat ini sangat menyentuh hati orang tua: "dan tidak akan melahirkan anak untuk ditimpa malapetaka." Di dunia yang sekarang, banyak orang tua khawatir akan masa depan anak-anak mereka. Mereka mungkin harus menyaksikan anak-anak mereka menderita penyakit, menghadapi kemiskinan, terlibat dalam konflik, atau bahkan meninggal dunia sebelum waktunya. Namun, di langit baru dan bumi baru, kekhawatiran ini akan hilang. Anak-anak yang dilahirkan akan hidup dalam lingkungan yang aman, damai, dan penuh berkat. Mereka tidak akan menghadapi malapetaka, perang, penyakit, atau kelaparan.
Alasan di balik janji ini adalah karena "mereka itu keturunan orang-orang yang diberkati TUHAN, dan anak cucu mereka ada beserta mereka." Berkat Allah akan meluas dari generasi ke generasi. Ini bukan hanya berkat bagi individu, tetapi juga bagi seluruh keluarga dan keturunan. Kehadiran Allah akan menjadi jaminan keamanan dan kebahagiaan bagi setiap anggota keluarga. Ini adalah gambaran tentang komunitas yang diberkati, di mana anak-anak tumbuh dalam damai sejahtera, dan orang tua dapat melihat keturunan mereka berkembang tanpa rasa takut akan kehancuran atau penderitaan. Ini adalah pemulihan sepenuhnya dari kerusakan yang dibawa oleh dosa terhadap struktur keluarga dan masyarakat.
B. Kedekatan Ilahi: Doa Dijawab Sebelum Dipanggil (Ayat 24)
"Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya."
Yesaya 65:24
Ayat 24 menggambarkan tingkat kedekatan dan keintiman yang luar biasa antara Allah dan umat-Nya di masa depan. "Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya." Ini adalah janji yang melampaui pemahaman kita tentang doa. Di dunia ini, kita berdoa, dan kita menunggu, kadang-kadang dengan sabar, kadang-kadang dengan gelisah, untuk jawaban Allah. Ada kalanya jawaban datang cepat, ada kalanya lambat, dan ada kalanya jawaban-Nya adalah "tidak" atau "tunggu."
Namun, di langit baru dan bumi baru, hubungan kita dengan Allah akan sangat sempurna sehingga Dia akan tahu kebutuhan dan keinginan kita bahkan sebelum kita menyuarakannya. Dia akan menjawab sebelum kita memanggil. Dia akan mendengar ketika kita masih berbicara. Ini menunjukkan tingkat komunikasi yang tanpa hambatan, tanpa kesalahpahaman, dan tanpa penundaan. Ini adalah tanda dari kehadiran Allah yang imanen dan penuh perhatian, yang memahami hati kita secara lebih mendalam daripada kita sendiri.
Janji ini bukan hanya tentang efisiensi dalam menjawab doa, melainkan tentang kualitas hubungan itu sendiri. Ini berbicara tentang kesatuan hati dan pikiran antara Pencipta dan ciptaan-Nya. Umat Allah akan hidup dalam harmoni yang begitu dalam dengan kehendak-Nya sehingga keinginan mereka akan selaras dengan keinginan-Nya. Akibatnya, setiap "doa" atau keinginan hati mereka akan sudah diketahui dan bahkan sudah dipenuhi oleh Allah. Ini adalah gambaran tentang surga di bumi, di mana manusia hidup dalam persekutuan yang tak terputus dengan Allah, mengalami kasih-Nya yang sempurna dan respons-Nya yang segera.
IV. Damai Sejahtera Universal: Harmoni dalam Ciptaan (Ayat 25)
A. Pemulihan Harmoni dalam Alam: "Serigala dan anak domba akan makan bersama-sama" (Ayat 25a)
"Serigala dan anak domba akan makan bersama-sama, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan makan debu. Tidak akan ada yang berbuat jahat atau yang merusak di seluruh gunung-Ku yang kudus, firman TUHAN."
Yesaya 65:25
Ayat 25 adalah sebuah puncak yang indah dari janji-janji Yesaya, melukiskan gambaran tentang damai sejahtera universal yang meluas ke seluruh ciptaan. "Serigala dan anak domba akan makan bersama-sama." Ini adalah salah satu gambaran profetik yang paling dikenal tentang harmoni yang sempurna. Dalam tatanan alami dunia yang sekarang, serigala adalah predator dan anak domba adalah mangsa. Mereka adalah musuh bebuyutan. Namun, di langit baru dan bumi baru, sifat agresif dari predator akan diubah, dan sifat rentan dari mangsa akan dihilangkan. Mereka akan hidup berdampingan dalam damai, bahkan berbagi makanan.
Simbolisme ini melampaui sekadar hewan. Ini berbicara tentang penghapusan segala bentuk permusuhan, konflik, dan kekerasan dari seluruh ciptaan. Jika musuh alami pun bisa hidup dalam harmoni, apalagi manusia. Ini adalah janji tentang sebuah dunia di mana tidak ada lagi rasa takut, tidak ada lagi kekejaman, dan tidak ada lagi penindasan. Semua akan hidup dalam keselarasan yang sempurna, mencerminkan damai sejahtera yang berasal dari Allah.
B. Transformasi Predator: "singa akan makan jerami seperti lembu" (Ayat 25b)
Kelanjutan dari gambaran harmoni ini adalah: "singa akan makan jerami seperti lembu." Singa, raja hutan, lambang kekuatan dan kegarangan, akan mengalami perubahan radikal dalam diet dan sifatnya. Alih-alih memangsa, ia akan menjadi herbivora, makan jerami seperti lembu yang jinak. Ini adalah gambaran lain tentang transformasi total yang akan terjadi pada sifat-sifat yang sebelumnya destruktif. Kebrutalan akan digantikan oleh kelembutan, dan kekerasan oleh damai sejahtera.
Transformasi ini juga dapat dipahami secara alegoris sebagai perubahan dalam sifat manusia. Hati yang tadinya penuh dengan kebencian, iri hati, dan kekerasan akan diubah menjadi hati yang penuh kasih, damai, dan belas kasihan. Ini adalah pemulihan ke kondisi Eden sebelum kejatuhan, di mana semua makhluk hidup dalam harmoni yang sempurna di bawah kedaulatan Allah. Tidak ada lagi hukum rimba, melainkan hukum kasih dan damai yang memerintah.
C. Nasib Ular dan Akhir Kejahatan: "dan ular akan makan debu" (Ayat 25c)
Kemudian, disebutkan: "dan ular akan makan debu." Pernyataan ini merujuk kembali kepada kutukan Allah terhadap ular dalam Kitab Kejadian 3:14 setelah kejatuhan manusia. "Maka terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu." Di sini, dalam konteks langit baru dan bumi baru, kutukan ini tidak dihapuskan, tetapi justru ditegaskan kembali sebagai bagian dari tatanan yang baru dan adil. Ini melambangkan bahwa kejahatan dan sumber godaan (yang direpresentasikan oleh ular) akan tetap berada dalam posisi yang hina dan tidak berdaya, tidak lagi dapat merusak atau menyesatkan umat Allah.
Dengan kata lain, meskipun ada pemulihan dan harmoni universal, kejahatan itu sendiri tidak akan dimaafkan atau diintegrasikan. Sebaliknya, kejahatan akan tetap dihukum dan dibatasi, tidak memiliki kekuatan untuk merusak tatanan ilahi yang baru. Ini menegaskan keadilan Allah yang absolut, bahkan di tengah-tengah pemulihan yang paling indah.
D. Tidak Ada yang Berbuat Jahat atau Merusak: "Tidak akan ada yang berbuat jahat atau yang merusak di seluruh gunung-Ku yang kudus, firman TUHAN" (Ayat 25d)
Bagian terakhir dari ayat 25 menyimpulkan semua janji sebelumnya dengan sebuah penegasan yang kuat: "Tidak akan ada yang berbuat jahat atau yang merusak di seluruh gunung-Ku yang kudus, firman TUHAN." "Gunung-Ku yang kudus" secara simbolis merujuk kepada seluruh Kerajaan Allah, tempat kehadiran-Nya yang kudus dan berdaulat. Ini adalah janji bahwa di dalam hadirat Allah yang sempurna, segala bentuk kejahatan dan kehancuran akan sepenuhnya dihapuskan.
Ini mencakup kejahatan fisik, emosional, spiritual, dan moral. Tidak akan ada lagi kekerasan, kebencian, penipuan, keserakahan, penyakit, atau kematian. Keindahan dan integritas ciptaan akan sepenuhnya dipulihkan, dan semua makhluk akan hidup dalam kedamaian dan harmoni yang abadi di bawah pemerintahan Allah yang adil dan penuh kasih. Ini adalah visi yang memberikan pengharapan terdalam bagi setiap hati yang merindukan keadilan, kedamaian, dan kebaikan yang sejati. Ini adalah janji tentang surga yang turun ke bumi, sebuah tempat di mana kehendak Allah sepenuhnya digenapi, dan kemuliaan-Nya terpancar di mana-mana.
V. Implikasi Teologis dan Aplikasi bagi Kehidupan Sekarang
A. Penghiburan dalam Pengharapan Eskatologis
Khotbah Yesaya 65:17-25 bukan sekadar gambaran masa depan yang indah, melainkan sumber penghiburan yang tak ternilai harganya bagi umat percaya di tengah dunia yang penuh penderitaan. Kita hidup dalam "sekarang dan belum" – kita telah menerima janji keselamatan dan pembaruan, tetapi penggenapan penuhnya masih kita nantikan. Pengharapan akan langit baru dan bumi baru memberikan perspektif yang abadi pada penderitaan sementara kita. Setiap air mata, setiap rasa sakit, setiap ketidakadilan akan diakhiri oleh tangan Allah sendiri. Ini memampukan kita untuk bertahan, untuk tidak menyerah pada keputusasaan, dan untuk memandang ke depan dengan keyakinan yang teguh.
Pengharapan ini juga mengingatkan kita bahwa ada tujuan yang lebih besar di balik segala sesuatu yang terjadi. Allah sedang bekerja menuju pemulihan total ciptaan-Nya. Penderitaan kita, meskipun nyata dan menyakitkan, tidak akan menjadi kata terakhir. Allah yang berjanji adalah Allah yang setia, dan Dia akan menggenapi setiap perkataan-Nya. Pengharapan ini adalah jangkar bagi jiwa kita (Ibrani 6:19), yang kokoh dan aman, menembus sampai ke tempat hadirat Allah.
B. Pentingnya Kedaulatan dan Kesetiaan Allah
Janji-janji dalam Yesaya 65:17-25 ini adalah bukti nyata kedaulatan Allah. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menghancurkan dan menciptakan kembali, untuk mengubah sifat dasar ciptaan, dan untuk menghapus setiap jejak dosa dan penderitaan. Ini menegaskan bahwa tidak ada situasi, betapapun putus asa, yang berada di luar kendali dan kemampuan Allah. Dia adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, yang memegang kendali atas sejarah dan masa depan.
Selain kedaulatan-Nya, ayat-ayat ini juga menyoroti kesetiaan Allah. Janji-janji ini diberikan ribuan tahun yang lalu, namun Kitab Wahyu menegaskan penggenapannya. Allah tidak pernah gagal menepati janji-Nya. Janji-janji-Nya adalah "ya dan amin" dalam Kristus Yesus (2 Korintus 1:20). Kesetiaan-Nya ini seharusnya mendorong kita untuk percaya penuh pada Firman-Nya, bahkan ketika kita tidak melihat penggenapan segera. Kita dapat bersandar pada karakter-Nya yang tidak berubah.
C. Panggilan untuk Hidup Berdasarkan Nilai-nilai Kerajaan Allah Sekarang
Meskipun langit baru dan bumi baru adalah janji masa depan, pengharapan ini juga memiliki implikasi praktis bagi kehidupan kita sekarang. Jika kita percaya pada visi damai sejahtera, keadilan, dan harmoni ini, maka kita dipanggil untuk menjadi agen-agen Kerajaan Allah di dunia ini. Kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan, bahkan di tengah-tengah dunia yang rusak:
- **Keadilan:** Kita harus berjuang melawan ketidakadilan, membela yang tertindas, dan bekerja untuk sistem yang lebih adil, mencerminkan janji bahwa tidak ada lagi yang membangun dan orang lain mendiaminya.
- **Damai Sejahtera:** Kita harus menjadi pembawa damai, mengupayakan rekonsiliasi, dan menolak kekerasan dan permusuhan, mengingat gambaran serigala dan anak domba yang makan bersama.
- **Kegembiraan:** Meskipun dalam penderitaan, kita harus mencari sukacita dalam Tuhan dan menjadi sumber sukacita bagi orang lain, mengingat panggilan untuk bersukacita dan bergembira selama-lamanya.
- **Harapan:** Kita harus menyebarkan kabar baik tentang pengharapan ini kepada dunia yang putus asa, mengingatkan mereka bahwa Allah sedang menciptakan sesuatu yang baru dan indah.
- **Pelayanan:** Kita dipanggil untuk tidak bersusah-susah dengan percuma, tetapi melayani Tuhan dan sesama dengan tujuan dan dedikasi, mengetahui bahwa setiap upaya dalam Tuhan tidak sia-sia.
Dengan demikian, pengharapan eskatologis ini tidak membuat kita pasif atau lepas tangan dari tanggung jawab duniawi kita. Sebaliknya, ia memberikan motivasi yang kuat untuk secara aktif bekerja demi kebaikan, keadilan, dan damai sejahtera, sebagai cicipan awal dari apa yang akan datang sepenuhnya.
D. Fokus pada Hubungan dengan Allah
Inti dari segala berkat dan pembaruan ini adalah pemulihan hubungan yang sempurna antara Allah dan umat-Nya. Ayat 24 ("sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya") adalah puncak dari keintiman ini. Di surga yang baru, tidak ada lagi penghalang antara kita dan Allah. Kita akan hidup dalam hadirat-Nya yang tak terputus, menikmati persekutuan yang sempurna. Ini mengingatkan kita bahwa tujuan akhir dari penebusan bukanlah sekadar kebebasan dari dosa atau kehidupan yang nyaman, melainkan persekutuan yang intim dengan Allah yang menciptakan dan menebus kita.
Maka, aplikasi bagi kita sekarang adalah untuk mengupayakan hubungan yang lebih dalam dengan Allah melalui doa, pembacaan Firman, dan penyembahan. Semakin kita mengenal dan mengasihi Dia sekarang, semakin kita dapat mengantisipasi sukacita penuh dari persekutuan yang sempurna di masa depan. Kita dipanggil untuk mempraktikkan kehadiran-Nya dalam hidup kita sehari-hari, untuk belajar mendengar suara-Nya, dan untuk menyerahkan keinginan kita kepada kehendak-Nya.
VI. Kesimpulan: Sebuah Janji yang Teguh dan Kekal
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Kitab Yesaya pasal 65, ayat 17 sampai 25, adalah sebuah khotbah ilahi yang mahakuasa tentang pengharapan, pembaruan, dan janji Allah yang tak tergoyahkan. Ini adalah janji tentang sebuah dunia yang sama sekali baru, di mana penderitaan akan lenyap, tangisan akan berhenti, dan damai sejahtera akan memerintah secara universal. Ini adalah janji tentang sebuah kehidupan yang panjang dan terpenuhi, di mana setiap orang akan menikmati hasil jerih payahnya, dan setiap keluarga akan diberkati.
Yang terpenting, ini adalah janji tentang hubungan yang sempurna dengan Allah, di mana Dia akan bersukacita atas umat-Nya, dan doa kita akan dijawab bahkan sebelum kita memanggil. Ini adalah janji yang mengingatkan kita tentang kedaulatan dan kesetiaan Allah yang tak terbatas, yang sanggup menciptakan kembali dan memulihkan segala sesuatu yang telah rusak oleh dosa.
Di tengah tantangan dan kekacauan dunia ini, marilah kita berpegang teguh pada janji-janji ini. Biarkanlah pengharapan akan langit baru dan bumi baru menjadi jangkar bagi jiwa kita, yang memberikan kita kekuatan untuk menghadapi hari ini dan semangat untuk menanti hari esok. Kiranya firman Tuhan ini menguatkan iman kita, mengobarkan pengharapan kita, dan memotivasi kita untuk hidup sebagai saksi-saksi dari Kerajaan Allah yang akan datang, dengan keadilan, damai sejahtera, dan sukacita yang melimpah. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan kita, Sang Pencipta dan Penebus, yang membuat segala sesuatu menjadi baru. Amin.