Kitab Yeremia, sering disebut sebagai "nabi yang menangis", adalah seruan yang menggema di tengah kegelapan dan kemerosotan moral serta spiritual Israel kuno. Di tengah ancaman kehancuran, peringatan akan hukuman ilahi, dan kecaman terhadap dosa, Yeremia juga menyuarakan janji-janji pengharapan yang memancar terang. Salah satu bagian yang paling kuat dan penuh janji adalah Yeremia 23:1-6. Ayat-ayat ini bukan hanya berbicara tentang kepemimpinan yang gagal dan kebutuhan akan pemulihan, tetapi juga menunjuk pada kedatangan seorang Gembala dan Raja yang sempurna, sebuah janji Mesianik yang menjadi inti pengharapan umat Allah.
1 "Celakalah para gembala yang membinasakan dan menceraiberaikan kawanan domba gembalaan-Ku!" demikianlah firman TUHAN.
2 Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, mengenai para gembala yang menggembalakan umat-Ku: "Kamu telah menceraiberaikan kawanan domba-Ku dan menghalau mereka dan tidak mengindahkan mereka; sesungguhnya Aku akan mengindahkan perbuatan-perbuatanmu yang jahat," demikianlah firman TUHAN.
3 "Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kawanan domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku telah menghalau mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang rumput mereka; mereka akan beranak cucu dan bertambah banyak.
4 Aku akan mengangkat bagi mereka gembala-gembala, yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun," demikianlah firman TUHAN.
5 "Sesungguhnya, waktunya akan datang," demikianlah firman TUHAN, "bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.
6 Dalam zamannya Yehuda akan diselamatkan dan Israel akan tinggal sentosa; dan inilah nama yang akan diberikan orang kepadanya: TUHAN – keadilan kita!"
Mari kita selami lebih dalam pesan yang mendalam ini, membedah setiap bagian untuk memahami relevansinya bagi kita di masa kini, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas iman.
Khotbah Yeremia dimulai dengan nada kutukan dan hukuman. Frasa "Celakalah" (bahasa Ibrani: הוֹי - hoy) adalah seruan yang menandai pengumuman hukuman ilahi, sering kali digunakan untuk mengutuk ketidakadilan dan kemerosotan moral. Dalam konteks ini, kutukan itu ditujukan kepada "para gembala yang membinasakan dan menceraiberaikan kawanan domba gembalaan-Ku." Ini adalah gambaran yang sangat kuat, menggunakan metafora yang akrab di dunia kuno Timur Tengah, di mana hubungan antara gembala dan domba adalah lambang inti dari kepemimpinan dan umat.
Dalam konteks Yeremia, "gembala-gembala" adalah para pemimpin Israel pada masanya. Ini mencakup raja-raja (seperti Yoyakim dan Zedekia yang tidak setia), para imam yang korup, para nabi palsu yang menyampaikan pesan-pesan damai yang menipu, dan para pemimpin masyarakat lainnya yang seharusnya membimbing dan melindungi umat Allah. Mereka adalah orang-orang yang diberi kepercayaan untuk menjaga bangsa Israel, tetapi mereka telah menyalahgunakan otoritas mereka.
Allah mengecam mereka karena dua tindakan utama:
Frasa "tidak mengindahkan mereka" (וְלֹא פְקַדְתֶּם אֹתָם - v'lo p'kadtem 'otam) adalah sebuah tuduhan yang serius. Kata kerja Ibrani pakad berarti 'mengunjungi, memperhatikan, menghitung, atau peduli'. Para pemimpin ini bukan saja tidak melakukan tugas mereka, tetapi mereka bahkan tidak peduli dengan kawanan yang seharusnya mereka layani. Mereka tidak mempedulikan kesejahteraan, keamanan, dan pertumbuhan rohani umat.
Allah dengan tegas menyatakan, "sesungguhnya Aku akan mengindahkan perbuatan-perbuatanmu yang jahat." Ini adalah sebuah ironi yang tajam. Para gembala tidak "mengindahkan" domba, tetapi Allah akan "mengindahkan" (mempertimbangkan, menghakimi) perbuatan jahat mereka. Keadilan ilahi akan ditegakkan. Hukuman ini bukan hanya ancaman kosong, melainkan sebuah janji yang pasti akan terpenuhi. Sejarah Israel membuktikan ini: raja-raja dan para pemimpin yang tidak setia memang akhirnya mengalami kehancuran bersama bangsa mereka.
Pesan awal Yeremia ini adalah peringatan keras bagi setiap orang yang memegang posisi kepemimpinan, baik di gereja, masyarakat, maupun keluarga. Tanggung jawab memimpin umat Allah adalah tugas yang sakral, dan kegagalan dalam tugas tersebut akan membawa konsekuensi yang berat. Kepemimpinan yang sejati harus ditandai dengan perhatian, perlindungan, dan bimbingan, bukan eksploitasi atau penelantaran.
Refleksi ini menyoroti bahwa masalah kepemimpinan bukanlah masalah baru. Dari zaman Yeremia hingga hari ini, dunia seringkali menyaksikan kepemimpinan yang gagal, korup, dan egois. Namun, di tengah keputusasaan yang diakibatkan oleh kegagalan manusia, Yeremia tidak berhenti pada kutukan. Ia beralih kepada sebuah janji yang mengubah segalanya, sebuah janji yang berakar pada karakter Allah sendiri.
Dari nada hukuman yang keras, Yeremia beralih ke janji kasih karunia dan pemulihan. Ayat 3-4 menjadi oase di tengah gurun kekeringan rohani dan keputusasaan. Jika ayat 1-2 adalah tentang kegagalan manusia, maka ayat 3-4 adalah tentang kesetiaan dan inisiatif Allah.
Kunci dari janji ini adalah frasa "Aku sendiri akan mengumpulkan" (וַאֲנִי אֲקַבֵּץ - va'ani akabétz). Ini menunjukkan bahwa pemulihan tidak akan datang dari upaya manusia atau dari perubahan hati para gembala yang lama. Sebaliknya, itu adalah tindakan langsung dan berdaulat dari Allah sendiri. Allah tidak akan menyerahkan tugas vital ini kepada orang lain setelah pengalaman pahit dengan para pemimpin yang tidak setia.
Selain mengumpulkan kawanan, Allah juga berjanji: "Aku akan mengangkat bagi mereka gembala-gembala, yang akan menggembalakan mereka." Ini bukan kembali kepada model kepemimpinan yang lama yang korup. Ini adalah gembala-gembala yang baru, yang ditunjuk oleh Allah dan memiliki hati yang sesuai dengan hati-Nya.
Ciri-ciri kepemimpinan baru ini sangat kontras dengan yang lama:
Janji ini berbicara tentang pemulihan kepemimpinan yang sejati, yang berpusat pada kesejahteraan kawanan, bukan pada kepentingan pribadi gembala. Ini adalah kepemimpinan yang memberikan rasa aman, stabilitas, dan perlindungan.
Ayat 3-4 memberikan penghiburan besar bagi mereka yang telah mengalami penderitaan akibat kepemimpinan yang buruk, baik di tingkat gerejawi, sosial, atau politik. Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya dalam kehancuran. Dia akan campur tangan secara langsung untuk memulihkan dan menyediakan kepemimpinan yang benar. Janji ini adalah fondasi bagi pengharapan bahwa di tengah kekacauan dunia, ada tangan ilahi yang bekerja untuk kebaikan umat-Nya.
Pada tingkat yang lebih luas, janji ini mempersiapkan panggung untuk wahyu yang lebih besar di ayat-ayat selanjutnya. Meskipun ada janji tentang "gembala-gembala" dalam bentuk jamak yang akan ditunjuk, puncak dari janji ini adalah penunjukan satu Gembala yang unik dan sempurna, yang akan menggenapi semua harapan Israel.
Puncak dari janji Yeremia ada pada ayat 5-6, yang mengarahkan pandangan kita jauh melampaui pemulihan bangsa Israel secara fisik, menuju janji Mesianik yang agung. Ini adalah bagian yang paling profetik dan paling mengilhami.
"Sesungguhnya, waktunya akan datang," demikianlah firman TUHAN, "bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud." Frasa ini adalah inti dari janji Mesianik dalam Perjanjian Lama. Kata "Tunas" (צֶמַח - tzemakh) adalah istilah Mesianik yang penting, juga ditemukan dalam Yesaya 4:2, Zakharia 3:8, dan 6:12. Ini melambangkan pertumbuhan baru, kehidupan, dan pemulihan, seperti tunas yang muncul dari tunggul yang tampaknya mati.
"Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri." Ini adalah gambaran tentang pemerintahan yang ideal, sesuatu yang tidak pernah tercapai sepenuhnya oleh raja-raja Israel sebelumnya. Ciri-ciri pemerintahan-Nya adalah:
Ayat 6 menggambarkan hasil mulia dari pemerintahan Raja Mesianik ini:
Puncak dari seluruh pasal ini ada pada nama yang akan diberikan kepada Raja Mesianik ini: "Dan inilah nama yang akan diberikan orang kepadanya: TUHAN – keadilan kita!" (יְהוָה צִדְקֵנוּ - Yahweh Tsidkenu). Ini adalah salah satu nama teologis yang paling agung dalam Perjanjian Lama.
Nama ini adalah inti Injil. Dalam Kristuslah, yaitu Gembala Agung dan Raja Keadilan itu, kita menemukan kebenaran yang sejati, keselamatan dari dosa dan penghakiman, serta damai sejahtera yang kekal. Dialah yang menggenapi semua harapan yang disampaikan oleh Yeremia.
Tunas Daud yang Adil ini secara universal diakui sebagai nubuat tentang kedatangan Yesus Kristus. Yesus lahir dari garis keturunan Daud (Matius 1:1, Roma 1:3), Ia adalah Raja yang memerintah dengan hikmat dan kebenaran, dan melalui kematian serta kebangkitan-Nya, Ia menyediakan keadilan Allah bagi semua yang percaya kepada-Nya. Dialah Gembala Sejati yang mengumpulkan domba-domba yang tercerai-berai dan memberikan hidup yang kekal kepada mereka (Yohanes 10:11-18).
Nubuat Yeremia 23:1-6 menemukan penggenapan tertingginya dalam pribadi dan karya Yesus Kristus. Mari kita lihat bagaimana Yesus memenuhi setiap aspek nubuat ini dengan sempurna.
Ketika Yeremia berbicara tentang gembala-gembala yang gagal dan janji Allah untuk membangkitkan gembala-gembala yang setia, Yesus Kristus muncul sebagai Gembala Agung yang melebihi semua ekspektasi. Dalam Injil Yohanes 10:11, Yesus menyatakan, "Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." Pernyataan ini secara dramatis mengkontraskan diri-Nya dengan para gembala upahan (yang melarikan diri saat bahaya) dan secara implisit dengan para pemimpin Israel yang gagal pada zaman Yeremia.
Garis keturunan Daud adalah elemen kunci dalam nubuat ini, dan Alkitab dengan jelas menegaskan silsilah Yesus yang berasal dari Daud (Matius 1:1, Lukas 3:31). Lebih dari sekadar garis keturunan fisik, Yesus adalah Tunas yang adil secara esensial.
Inilah puncak teologis nubuat Yeremia. Yesus Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, "Imanuel" (Allah beserta kita). Ia adalah Tuhan, dan Ia adalah kebenaran kita.
Dengan demikian, Yeremia 23:1-6 adalah sebuah nubuat yang secara luar biasa akurat dan mendalam tentang Kristus. Ini menunjukkan rencana Allah yang mulia untuk menebus dan memulihkan umat-Nya melalui Gembala Sejati, Tunas Adil dari Daud, yang adalah TUHAN – keadilan kita.
Meskipun nubuat ini disampaikan ribuan tahun yang lalu kepada bangsa Israel di ambang kehancuran, pesannya tetap relevan dan powerful bagi kita hari ini. Kita hidup di dunia yang masih bergumul dengan masalah kepemimpinan, keadilan, dan kebutuhan akan harapan.
Yeremia 23 memulai dengan kecaman keras terhadap gembala-gembala yang membinasakan dan menceraiberaikan kawanan. Ini adalah peringatan abadi bagi setiap pemimpin—baik di pemerintahan, bisnis, gereja, organisasi, bahkan keluarga. Kepemimpinan yang sejati adalah tentang melayani, melindungi, dan menumbuhkan kesejahteraan orang yang dipimpin, bukan mengeksploitasi atau mencari keuntungan pribadi.
Khotbah Yeremia mengingatkan kita untuk selalu kritis dan berdoa bagi kepemimpinan yang kita miliki, serta untuk diri kita sendiri sebagai pemimpin di lingkaran pengaruh kita.
Di tengah kegagalan manusia, janji Allah untuk "mengumpulkan sisa-sisa kawanan-Ku" dan mengangkat gembala-gembala baru memberikan pengharapan yang tak tergoyahkan. Dunia kita seringkali dipenuhi dengan kekecewaan terhadap pemimpin, sistem yang korup, dan ketidakadilan yang merajalela. Namun, kita diingatkan bahwa Allah tidak pernah absen. Dia sendiri yang akan bertindak.
Puncak dari nubuat ini adalah janji tentang Tunas Daud yang adil, yang akan melakukan "keadilan dan kebenaran di negeri." Ini adalah panggilan bagi kita sebagai pengikut Kristus untuk menjadi agen keadilan dan kebenaran di dunia ini.
Pada akhirnya, pesan Yeremia 23:1-6 adalah tentang Kristus. Dia adalah penggenap utama dari semua janji Allah. Dalam dunia yang mencari-cari pemimpin dan solusi, kita diingatkan bahwa hanya ada satu Gembala Sejati, satu Raja Keadilan, yaitu Yesus Kristus.
Dalam menantikan kedatangan-Nya yang kedua, kita dipanggil untuk hidup sebagai umat-Nya, menaati Dia sebagai Gembala dan Raja kita, dan menjadi saksi keadilan dan kebenaran-Nya di dunia yang membutuhkan harapan.
Untuk benar-benar memahami kedalaman Yeremia 23:6, kita perlu menyelami lebih dalam makna nama Mesianik yang diberikan kepada Tunas Daud yang Adil: "TUHAN – keadilan kita!" atau Yahweh Tsidkenu. Nama ini adalah puncak teologis dari seluruh nubuat, merangkum esensi dari identitas dan karya Mesias.
Nama ini secara unik menggabungkan nama pribadi Allah Israel, YHWH (TUHAN), dengan konsep kebenaran (tsedeq, atau tsidkenu - keadilan kita). Ini adalah pengakuan eksplisit akan keilahian Mesias. Hanya Allah yang adalah TUHAN, sang Pencipta dan Pemelihara semesta, yang dapat menjadi keadilan bagi umat-Nya. Seorang raja manusia biasa, betapapun salehnya, tidak akan pernah bisa memenuhi tuntutan nama ini. Oleh karena itu, nama ini secara langsung menunjuk kepada Yesus Kristus, yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14; Filipi 2:6-8).
Sebagai manusia, Dia dapat mewakili kita; sebagai Allah, Dia memiliki kuasa untuk menyelamatkan kita. Dalam diri Kristus, sifat ilahi dan manusiawi bersatu sempurna, memampukan Dia untuk menjadi mediator yang sempurna antara Allah dan manusia.
Frasa "keadilan kita" (Tsidkenu) tidak berarti bahwa Mesias akan membuat kita mampu menghasilkan keadilan sendiri. Sebaliknya, ini berarti bahwa keadilan-Nya menjadi keadilan kita. Ini adalah konsep sentral dalam teologi reformasi yang disebut kebenaran yang diimputasikan. Ketika kita percaya kepada Kristus, kebenaran sempurna-Nya diperhitungkan, atau diimputasikan, kepada kita. Ini berarti bahwa di mata Allah, kita tidak lagi terlihat dalam keadaan dosa kita, tetapi dalam kebenaran Kristus yang sempurna.
Memahami bahwa Yesus adalah "TUHAN – keadilan kita" memiliki implikasi yang sangat besar bagi kehidupan kita sebagai orang percaya:
Nama Yahweh Tsidkenu adalah sebuah pernyataan yang meneguhkan iman, memberikan pengharapan, dan menuntut respons hidup. Ini adalah janji bahwa Allah, dalam kasih karunia-Nya yang tak terbatas, telah menyediakan solusi sempurna untuk masalah terbesar manusia: dosa dan ketidakadilan.
Khotbah Yeremia 23:1-6 adalah salah satu permata nubuat Mesianik dalam Perjanjian Lama. Dimulai dengan kecaman keras terhadap kepemimpinan yang gagal dan membinasakan, Yeremia kemudian mengarahkan pandangan kita kepada janji Allah yang mulia: pemulihan umat-Nya dan kedatangan seorang Gembala sekaligus Raja yang sempurna. Gembala ini adalah "Tunas Adil dari Daud," yang akan memerintah dengan bijaksana, melakukan keadilan dan kebenaran, dan membawa keselamatan serta damai sejahtera bagi umat-Nya. Nama-Nya yang agung, "TUHAN – keadilan kita!" (Yahweh Tsidkenu), mengungkapkan inti dari misi ilahi-Nya.
Dalam Yesus Kristus, kita melihat penggenapan sempurna dari setiap aspek nubuat ini. Dia adalah Gembala yang Baik yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, mengumpulkan mereka yang tercerai-berai, dan melindungi mereka dari segala bahaya. Dia adalah Raja dari garis keturunan Daud, yang memerintah dengan hikmat dan keadilan ilahi. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Ia telah menyediakan keadilan yang kita butuhkan, mengimputasikan kebenaran-Nya kepada kita sehingga kita dapat berdiri tanpa cela di hadapan Allah.
Di tengah dunia yang masih bergumul dengan kepemimpinan yang buruk, ketidakadilan yang merajalela, dan harapan yang seringkali sirna, Yeremia 23:1-6 mengingatkan kita akan dua kebenaran fundamental:
Oleh karena itu, marilah kita hidup dengan pengharapan yang teguh ini. Sebagai umat yang telah menerima keadilan Kristus, kita dipanggil untuk:
Yeremia 23:1-6 bukan sekadar catatan sejarah tentang janji kuno. Ini adalah deklarasi hidup tentang Allah yang setia, yang telah dan akan terus bertindak untuk memulihkan, menebus, dan memerintah umat-Nya melalui Yesus Kristus, Gembala Sejati, Raja Keadilan, dan TUHAN – keadilan kita, selama-lamanya. Amin.