Pendahuluan: Permata di Tengah Kekelaman
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, mari kita sejenak mengalihkan perhatian kita dari hiruk-pikuk dan kekacauan dunia modern ini, dan menyelami sebuah kisah kuno yang tak lekang oleh waktu, sebuah narasi yang menawarkan cahaya terang di tengah kegelapan, yaitu Kitab Rut. Kitab ini adalah salah satu permata sastra dan teologis yang paling indah dalam seluruh Alkitab Ibrani. Terletak di antara buku Hakim-hakim yang penuh kekerasan dan kekacauan moral, serta Kitab Samuel yang mengisahkan pembentukan kerajaan Israel, Kitab Rut bagaikan oase yang menyegarkan, sebuah melodi yang lembut di antara genderang perang dan ratapan.
Konteks sejarah Kitab Rut sangatlah penting untuk kita pahami. Kitab ini terjadi "pada zaman para hakim memerintah" (Rut 1:1). Zaman hakim-hakim adalah periode yang ditandai oleh kekacauan, ketidaktaatan, dan kejatuhan moral yang berulang-ulang di Israel. Setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri, dan hasilnya adalah siklus dosa, penindasan, seruan pertolongan, dan penyelamatan ilahi yang terus berulang. Dalam narasi ini, tidak ada raja yang memerintah, dan umat Tuhan seringkali lupa akan perjanjian mereka dengan Allah. Namun, di tengah semua kegelapan itu, Kitab Rut menyingkapkan bahwa kedaulatan Allah tetap bekerja, bahkan di balik layar, menganyam rencana penebusan-Nya melalui kehidupan orang-orang biasa yang menunjukkan kesetiaan luar biasa.
Kisah Rut adalah kisah tentang kesetiaan, pengorbanan, cinta yang melampaui batas budaya dan suku, dan yang terpenting, tentang penebusan. Ini adalah kisah tentang bagaimana Tuhan menggunakan seorang wanita Moab, seorang asing, untuk menjadi bagian integral dari garis keturunan Mesias. Ini adalah bukti nyata bahwa kasih dan anugerah Allah tidak terbatas pada batas-batas tertentu, melainkan menjangkau semua orang yang bersedia membuka hati mereka untuk-Nya.
Melalui khotbah ini, kita akan menjelajahi setiap bab dalam Kitab Rut, menggali makna teologisnya, dan mencari aplikasi praktis bagi kehidupan kita saat ini. Kita akan melihat bagaimana tema-tema seperti hesed (kasih setia), kedaulatan ilahi, penebusan, dan harapan yang teguh, tetap relevan dan memiliki kekuatan transformatif bagi kita di abad ini. Mari kita siapkan hati dan pikiran kita untuk belajar dari kisah Rut, Naomi, dan Boaz, dan menemukan kembali keindahan Injil yang tersembunyi dalam lembaran-lembaran kuno ini.
Bab 1: Kepahitan dan Pilihan yang Mengubah Hidup
1.1. Kepergian dan Kepedihan di Tanah Asing (Rut 1:1-5)
Kisah ini dimulai dengan latar belakang yang suram: "Pada zaman para hakim memerintah, ada kelaparan di tanah itu." Kelaparan adalah bencana yang mengerikan di dunia kuno, seringkali dipandang sebagai tanda penghukuman ilahi atas ketidaksetiaan umat-Nya. Dalam situasi putus asa ini, seorang pria bernama Elimelekh dari Betlehem, Yehuda, memutuskan untuk meninggalkan tanah perjanjian dan mencari penghidupan di Moab. Keputusan ini, meskipun dapat dimengerti dari sudut pandang manusia yang dilanda kelaparan, juga bisa dilihat sebagai langkah yang keluar dari kebergantungan penuh pada Tuhan di tanah perjanjian.
Elimelekh, istrinya Naomi, dan kedua putra mereka, Mahlon dan Kilyon, bermigrasi ke Moab. Moab adalah negeri di sebelah timur Laut Mati, dan orang Moab memiliki sejarah panjang konflik dengan Israel. Mereka adalah musuh tradisional, bahkan dilarang masuk ke dalam jemaah TUHAN sampai generasi kesepuluh (Ulangan 23:3-6). Ironisnya, nama Betlehem berarti "Rumah Roti", tetapi di sana justru ada kelaparan. Keluarga ini pergi mencari "roti" di tanah asing, menjauh dari Rumah Roti.
Di Moab, Mahlon dan Kilyon mengambil istri dari antara wanita Moab: Orpa dan Rut. Selama sepuluh tahun mereka tinggal di sana, tetapi tragedi demi tragedi menimpa keluarga ini. Pertama, Elimelekh meninggal. Kemudian, kedua putranya, Mahlon dan Kilyon, juga meninggal. Naomi ditinggalkan sendirian, tanpa suami, tanpa putra, dan tanpa cucu. Ia adalah seorang janda yang diliputi kesedihan mendalam, jauh dari tanah airnya, kehilangan seluruh keluarganya. Kepahitan dan keputusasaan menyelimutinya.
"Naomi ditinggalkan tanpa kedua anaknya dan tanpa suaminya." (Rut 1:5)
Situasi Naomi adalah gambaran kekosongan yang total. Ia tidak hanya kehilangan orang yang dicintai, tetapi juga kehilangan keamanan ekonomi dan sosial, yang sangat bergantung pada pria dalam masyarakat kuno. Ini adalah titik terendah dalam hidupnya, sebuah jurang keputusasaan yang nyata.
1.2. Pilihan yang Berani: Kesetiaan Rut yang Melampaui Batas (Rut 1:6-18)
Setelah mendengar bahwa kelaparan di Yehuda telah berakhir dan TUHAN telah memperhatikan umat-Nya, Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem. Ia mulai perjalanannya pulang bersama kedua menantunya. Di tengah perjalanan, Naomi menyadari beban yang akan ia pikul kepada Orpa dan Rut jika mereka mengikutinya. Ia mendorong mereka untuk kembali ke rumah ibu mereka, ke Moab, dan mencari suami baru di antara bangsa mereka sendiri. Naomi memberkati mereka, berharap TUHAN akan menunjukkan kasih setia kepada mereka seperti yang telah mereka tunjukkan kepada suami-suami mereka yang telah meninggal dan kepadanya.
Orpa dan Rut menangis. Orpa mencium mertuanya dan kembali ke bangsanya dan ilahnya. Ini adalah pilihan yang dapat dimengerti, bahkan bijaksana dari sudut pandang manusia. Ia memilih jalan yang lebih mudah, kembali ke apa yang ia kenal, ke keluarga dan budayanya. Namun, Rut membuat pilihan yang berbeda, sebuah pilihan yang akan tercatat dalam sejarah ilahi. Ia berpegang teguh pada Naomi, menolak untuk kembali.
Naomi mencoba lagi membujuk Rut, bahkan menunjuk pada pilihan Orpa sebagai contoh. Tetapi Rut menjawab dengan salah satu deklarasi kesetiaan yang paling kuat dan indah dalam seluruh Alkitab:
"Janganlah paksa aku meninggalkan engkau dan pulang tidak mengikut engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamu adalah bangsaku dan Allahmu adalah Allahku; di mana engkau mati, di situ pun aku mati, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari itu, jika sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1:16-17)
Rut dan Naomi, simbol kesetiaan dan kasih setia (Hesed).
Pernyataan ini bukan hanya ekspresi kasih sayang seorang menantu kepada mertuanya, tetapi juga deklarasi iman yang mendalam. Rut, seorang Moab, menyatakan kesetiaannya tidak hanya kepada Naomi, tetapi juga kepada umat Naomi ("bangsamu adalah bangsaku") dan kepada Allah Naomi ("Allahmu adalah Allahku"). Ini adalah pertobatan sejati, sebuah keputusan untuk meninggalkan berhala-berhala Moab dan menyembah TUHAN Israel. Ini adalah sebuah lompatan iman yang luar biasa, meninggalkan keamanan masa lalu untuk masa depan yang tidak pasti, semata-mata karena kesetiaannya dan imannya.
1.3. Kembali ke Betlehem dengan Kepahitan (Rut 1:19-22)
Ketika Naomi dan Rut tiba di Betlehem, seluruh kota heboh menyambut mereka. Orang-orang bertanya, "Inikah Naomi?" Pertanyaan ini menunjukkan betapa Naomi telah berubah, mungkin karena penampilannya yang merana atau karena aura kesedihan yang menyelimutinya. Naomi membalas pertanyaan mereka dengan kepahitan yang mendalam. Ia berkata:
"Janganlah sebutkan aku Naomi (Menyenangkan), melainkan sebutkanlah aku Mara (Pahit), sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak hal yang pahit kepadaku. Dengan tangan penuh aku pergi, tetapi dengan tangan kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapa kamu menyebutkan aku Naomi, padahal TUHAN telah mempersaksikan menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku?" (Rut 1:20-21)
Ucapan Naomi mencerminkan teologi tradisional pada masanya, di mana kemakmuran seringkali dihubungkan dengan berkat ilahi dan penderitaan dengan penghukuman. Ia merasa Allah telah melawannya, mengambil segalanya darinya. Ia pergi dengan "tangan penuh" – memiliki suami dan dua putra – tetapi kembali dengan "tangan kosong." Kepahitan ini sangatlah manusiawi. Ia berduka, ia merasa ditinggalkan, dan ia melihat tangannya Tuhan dalam segala kemalangannya, meskipun dalam cara yang negatif.
Namun, di sini ada ironi yang indah. Naomi berkata ia kembali dengan "tangan kosong," tetapi ia tidak sendirian. Ia memiliki Rut, seorang menantu yang telah menunjukkan kasih setia yang luar biasa. Naomi mungkin tidak menyadarinya saat itu, tetapi Rut adalah berkat ilahi yang paling besar, benih harapan yang akan tumbuh di kemudian hari. Tuhan tidak meninggalkannya kosong; Ia telah memberinya hadiah yang jauh lebih berharga daripada harta benda.
Mereka tiba di Betlehem pada permulaan musim menuai jelai, sebuah detail yang kelihatannya kecil tetapi sangat penting untuk alur cerita selanjutnya. Ini menunjukkan waktu yang tepat, sebuah providensi ilahi yang akan segera terungkap.
Pelajaran dari Bab 1:
- Kelaparan dan Keputusan: Kelaparan mendorong Elimelekh dan keluarganya keluar dari tanah perjanjian. Ini mengingatkan kita bahwa keputusan yang diambil dalam keputusasaan, meskipun dapat dimengerti, seringkali memiliki konsekuensi jangka panjang. Terkadang, kita harus belajar untuk tetap berpegang teguh pada janji Tuhan bahkan di tengah kesulitan.
- Kesetiaan yang Menguji Batas: Pilihan Rut untuk tetap bersama Naomi adalah puncak dari kasih setia (hesed). Ini melampaui ikatan keluarga biasa, mencapai tingkat pengorbanan dan komitmen iman. Ini menantang kita untuk bertanya: Sejauh mana kesetiaan kita kepada Tuhan dan kepada sesama yang membutuhkan? Apakah kita bersedia melangkah keluar dari zona nyaman kita dan bahkan menghadapi ketidakpastian demi komitmen kita?
- Kepahitan dan Harapan: Naomi mengalami kepahitan yang mendalam, dan itu adalah perasaan yang valid. Kita semua mengalami masa-masa "Mara" dalam hidup kita. Namun, Kitab Rut mengajarkan kita bahwa bahkan di tengah kepahitan yang paling dalam, Tuhan tidak pernah benar-benar meninggalkan kita "kosong". Seringkali, berkat-berkat tersembunyi dalam bentuk orang-orang atau peristiwa yang tidak kita duga, yang nantinya akan membawa pemulihan dan harapan.
Bab 2: Anugerah di Ladang Orang Asing
2.1. Rut Memungut Jelai: Pekerjaan dan Kebutuhan (Rut 2:1-3)
Setelah tiba di Betlehem, realitas kehidupan yang keras segera menghantam Naomi dan Rut. Mereka adalah dua janda tanpa sumber pendapatan. Dalam hukum Israel (Imamat 19:9-10; Ulangan 24:19-22), ada provisi khusus bagi orang miskin, janda, dan orang asing untuk memungut sisa-sisa hasil panen (jelai atau gandum) di ladang setelah para pekerja utama selesai menuai. Ini adalah bentuk jaring pengaman sosial yang diatur oleh Allah, menunjukkan kasih dan keadilan-Nya bagi mereka yang paling rentan dalam masyarakat.
Rut, dengan semangat inisiatif dan kerendahan hatinya, berkata kepada Naomi, "Biarkanlah kiranya aku pergi ke ladang memungut jelai di belakang orang pada siapa kudapat belas kasihan." Ini adalah tindakan keberanian dan kerelaan berkorban. Ia, seorang wanita asing di negeri yang baru, bersedia melakukan pekerjaan kasar dan rendahan untuk menghidupi mertuanya dan dirinya sendiri. Ia tidak menunggu pertolongan datang, melainkan secara aktif mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Secara kebetulan (atau lebih tepatnya, secara providensial), Rut pergi ke ladang yang dimiliki oleh seorang pria bernama Boaz. Penulis Alkitab dengan sengaja mencatat bahwa Boaz adalah "seorang kerabat dari pihak suami Naomi, dari kaum Elimelekh, seorang yang kaya dan terpandang." Frasa "secara kebetulan" (wayyiqer dalam bahasa Ibrani) seringkali digunakan dalam Alkitab untuk menutupi tangan Allah yang bekerja di balik layar, mengarahkan peristiwa-peristiwa sehari-hari menuju tujuan-Nya yang lebih besar. Bagi kita mungkin terlihat kebetulan, namun bagi Allah, itu adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna.
2.2. Kebaikan Hati Boaz: Anugerah yang Tak Terduga (Rut 2:4-16)
Boaz adalah sosok yang luar biasa. Ketika ia tiba di ladangnya, sapaannya kepada para penuai adalah "TUHAN menyertai kamu!" dan jawaban mereka adalah "TUHAN memberkati tuan!" Ini menunjukkan gambaran tentang tempat kerja yang penuh spiritualitas, saling menghormati, dan takut akan Tuhan. Ini adalah kontras yang mencolok dengan perilaku yang sering digambarkan dalam Kitab Hakim-hakim.
Boaz memperhatikan Rut, seorang wanita asing yang bekerja keras di ladangnya. Ia bertanya kepada mandornya tentang wanita itu. Mandor menjelaskan bahwa Rut adalah wanita Moab yang kembali bersama Naomi, dan ia telah bekerja keras tanpa henti sejak pagi. Boaz kemudian mendekati Rut dan menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa. Ia mengizinkan Rut untuk tetap memungut jelai di ladangnya, bahkan melarang para bujangnya mengganggunya. Ia menawarkannya air dari bejana para pekerja, dan bahkan menyuruh para pekerja untuk sengaja meninggalkan beberapa ikatan jelai agar Rut dapat memungut lebih banyak.
"Kiranya TUHAN membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upah penuh oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung!" (Rut 2:12)
Rut memungut jelai di ladang Boaz, menunjukkan kerendahan hati dan ketekunan.
Rut tersungkur di hadapan Boaz, bingung mengapa ia, seorang asing, mendapatkan perhatian dan kebaikan seperti itu. Boaz menjawab bahwa ia telah mendengar segala sesuatu yang telah diperbuat Rut terhadap mertuanya setelah kematian suaminya, dan bagaimana ia meninggalkan ayah, ibu, dan tanah kelahirannya untuk datang kepada suatu bangsa yang sebelumnya tidak ia kenal. Pujian Boaz adalah pengakuan atas hesed (kasih setia) Rut yang luar biasa. Ia melihat melampaui status sosial dan asal-usul Rut, dan mengakui karakternya yang mulia.
Boaz menggunakan metafora yang indah: Rut datang "berlindung di bawah sayap TUHAN, Allah Israel." Ini adalah gambaran tentang burung induk yang melindungi anak-anaknya di bawah sayapnya, sebuah simbol perlindungan dan keamanan. Ini adalah pengakuan Boaz bahwa Rut telah beralih kepercayaan, bahwa ia sekarang adalah seorang penganut Yahweh, dan karenanya layak mendapatkan berkat dan perlindungan-Nya.
2.3. Naomi Mengenali Rencana Allah (Rut 2:17-23)
Rut kembali kepada Naomi pada sore hari dengan hasil panen yang melimpah, jauh lebih banyak dari yang ia harapkan, sekitar satu efa jelai (sekitar 15-20 kg). Ia juga membawa sisa makanan dari santapan Boaz, menunjukkan betapa Boaz telah memperlakukan dia dengan hormat dan kemurahan hati. Naomi terkejut dengan jumlah jelai yang dibawa Rut. Ia bertanya di ladang siapa Rut bekerja. Ketika Rut menceritakan tentang Boaz, Naomi langsung mengenali bahwa ini bukanlah "kebetulan" biasa.
"Diberkatilah kiranya dia oleh TUHAN, yang kasih setia-Nya tidak putus-putus terhadap orang yang hidup dan orang yang mati!" (Rut 2:20)
Naomi kini mulai melihat tangan TUHAN yang bekerja. Ia yang sebelumnya penuh kepahitan, kini mulai melihat kilasan harapan. Ia menyebut Boaz sebagai "salah seorang penebus kita." Ini adalah konsep kunci dalam hukum Israel: go'el, atau kerabat penebus. Seorang go'el memiliki kewajiban untuk menebus harta milik keluarga yang hilang, atau untuk mengambil janda dari saudara yang meninggal untuk melanjutkan garis keturunan. Ini adalah peran yang mulia, menjaga nama dan warisan keluarga. Naomi, dengan kearifannya, segera menyadari potensi penyelamatan yang ada pada diri Boaz bagi keluarga mereka.
Naomi menyuruh Rut untuk terus memungut jelai di ladang Boaz, agar ia aman dan tidak diganggu oleh pemuda-pemuda dari ladang lain. Rut patuh dan terus bekerja di ladang Boaz sampai akhir panen jelai dan gandum, tinggal bersama Naomi.
Pelajaran dari Bab 2:
- Inisiatif dan Kerendahan Hati: Rut tidak menunggu nasib, melainkan bertindak dengan inisiatif dan kerendahan hati untuk mencari penghidupan. Ini mengajarkan kita pentingnya kerja keras, tanggung jawab, dan kesediaan untuk melakukan apa yang perlu, bahkan jika itu adalah pekerjaan yang tidak menarik di mata dunia.
- Kebaikan Hati dan Kemurahan Hati: Boaz adalah teladan seorang pemimpin yang saleh, murah hati, dan bertanggung jawab secara sosial. Ia tidak hanya memenuhi hukum dengan mengizinkan Rut memungut jelai, tetapi ia melampauinya dengan menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa. Ini adalah panggilan bagi kita untuk tidak hanya melakukan apa yang benar, tetapi juga melampaui itu dengan menunjukkan kasih, anugerah, dan kemurahan hati kepada orang lain, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
- Providensi Ilahi di Balik "Kebetulan": Apa yang tampak seperti kebetulan bagi Rut, adalah bagian dari rencana ilahi yang sempurna. Allah bekerja di balik layar, mengarahkan langkah-langkah kita, menghubungkan kita dengan orang-orang yang tepat pada waktu yang tepat. Ini menguatkan iman kita untuk percaya bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu, bahkan detail-detail kecil dalam hidup kita, untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar. Kita mungkin tidak selalu melihat tangan-Nya secara langsung, tetapi kita bisa mempercayai keberadaan-Nya.
- Konsep Penebusan: Pengenalan terhadap Boaz sebagai "penebus" (go'el) mulai menunjuk pada tema penebusan yang lebih besar, yang akan mencapai puncaknya dalam Kristus. Penebus bukan hanya penyelamat ekonomi atau sosial, tetapi seseorang yang mengembalikan sesuatu yang hilang atau terenggut, membawa pemulihan dan harapan.
Bab 3: Malam di Pengirikan dan Janji Penebusan
3.1. Rencana Naomi: Mencari Kesejahteraan bagi Rut (Rut 3:1-5)
Setelah musim panen jelai dan gandum selesai, Naomi menyadari bahwa sudah waktunya untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk menjamin masa depan Rut. Ia ingin memberikan Rut "tempat perhentian," yaitu keamanan dan stabilitas dalam sebuah pernikahan. Naomi adalah seorang ibu mertua yang penuh kasih, yang memikirkan kesejahteraan menantunya seolah-olah Rut adalah putrinya sendiri. Ini adalah tindakan kasih setia yang timbal balik.
Naomi kemudian menyusun rencana yang berani dan agak tidak biasa, yang berkaitan dengan adat istiadat perkawinan levirat dan peran kerabat penebus (go'el). Ia menyuruh Rut untuk membersihkan diri, berbau harum, mengenakan pakaian terbaiknya, dan pergi ke tempat pengirikan di mana Boaz sedang menampi jelai di malam hari. Setelah Boaz makan dan minum serta berbaring tidur, Rut harus mendekat, menyingkapkan penutup kakinya, dan berbaring di kakinya. Naomi menjelaskan, "Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat."
Rencana ini mungkin terdengar mengejutkan bagi pembaca modern. Berbaring di kaki seorang pria pada malam hari di tempat yang terpencil bisa diartikan salah. Namun, dalam konteks budaya kuno Israel, tindakan ini memiliki makna simbolis yang kuat. Ini adalah isyarat untuk meminta Boaz untuk melaksanakan kewajibannya sebagai kerabat penebus. Menyingkapkan penutup kaki Boaz dan berbaring di sana adalah cara Rut untuk menyatakan, "Saya adalah wanita yang membutuhkan perlindungan Anda sebagai penebus. Saya menyerahkan diri saya ke bawah sayap perlindungan Anda." Ini bukan tindakan seksual, melainkan ritual yang formal untuk menyampaikan sebuah permohonan pernikahan.
Rut menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada Naomi. Ia berkata, "Segala yang kaukatakan itu akan kulakukan." Ini sekali lagi menegaskan karakter Rut yang penuh ketaatan dan kepercayaan kepada mertuanya, sebuah gambaran yang kontras dengan ketidaktaatan yang meluas pada zaman hakim-hakim.
3.2. Pertemuan Rahasia dan Reaksi Boaz (Rut 3:6-14)
Rut melakukan persis seperti yang dikatakan Naomi. Ia pergi ke tempat pengirikan, menunggu sampai Boaz tertidur. Kemudian, dengan hati-hati, ia mendekat, menyingkapkan penutup kaki Boaz, dan berbaring. Tengah malam, Boaz terbangun terkejut dan merasakan ada seseorang di kakinya. Ia bertanya, "Siapakah engkau ini?"
Rut menjawab, "Akulah Rut, budakmu. Kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi budakmu ini, sebab engkaulah seorang penebus." Jawaban Rut ini adalah gema dari ucapan Boaz sendiri di bab sebelumnya, di mana ia berharap TUHAN akan memberikan Rut perlindungan di bawah sayap-Nya. Sekarang, Rut secara eksplisit meminta Boaz untuk menjadi perwujudan fisik dari perlindungan ilahi itu. Ia secara terbuka meminta Boaz untuk memenuhi perannya sebagai go'el, yaitu mengambilnya sebagai istri.
Reaksi Boaz sungguh patut diacungi jempol. Ia tidak marah atau mengambil keuntungan dari situasi yang rentan ini. Sebaliknya, ia memberkati Rut:
"Diberkatilah engkau oleh TUHAN, anakku, engkau menunjukkan kasih setia (hesed) yang terakhir lebih besar dari pada yang mula-mula itu, karena engkau tidak mengejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya. Maka sekarang, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota ini tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik." (Rut 3:10-11)
Boaz dan Rut di tempat pengirikan, Boaz berjanji menjadi penebus.
Boaz memuji Rut karena "kasih setia yang terakhir"nya, yang ia katakan lebih besar dari yang mula-mula. Kasih setia yang mula-mula adalah keputusannya untuk meninggalkan Moab dan tetap bersama Naomi. Kasih setia yang terakhir adalah keputusannya untuk mencari perlindungan dari Boaz, bukan dari pemuda-pemuda yang mungkin lebih menarik secara fisik atau ekonomi. Ini menunjukkan bahwa Rut tidak mencari keuntungan pribadi semata, melainkan mencari keamanan dan pemulihan bagi keluarga Naomi, serta meneruskan nama Elimelekh yang telah mati.
Boaz juga menegaskan reputasi Rut sebagai "perempuan baik-baik" (eshet hayil), sebuah ungkapan yang sama dengan yang digunakan untuk menggambarkan wanita ideal dalam Amsal 31. Ini adalah pujian tertinggi yang bisa diberikan kepada seorang wanita pada masa itu. Boaz meyakinkan Rut bahwa ia akan melakukan segala yang diminta Rut, tetapi ada satu kendala: ada seorang kerabat penebus lain yang lebih dekat daripada Boaz. Boaz, sebagai pria yang berintegritas, tidak akan melanggar hukum atau adat istiadat. Ia berjanji akan menyelesaikan masalah ini di pagi hari.
Boaz kemudian menyuruh Rut untuk tidur di situ sampai pagi dan pulang sebelum ada yang melihat, untuk menghindari gosip dan melindungi reputasi Rut. Ia juga memberinya enam takaran jelai untuk dibawa pulang kepada Naomi, sebagai tanda bahwa ia serius dengan janjinya.
3.3. Rut Kembali kepada Naomi: Penantian dalam Iman (Rut 3:15-18)
Rut kembali kepada Naomi, dan Naomi bertanya, "Siapakah engkau ini, anakku?" Ini bukan pertanyaan tentang identitas fisik, melainkan pertanyaan tentang status Rut: apakah ia pulang sebagai seorang yang dijanjikan akan ditebus, atau ia masih tanpa harapan? Rut menceritakan segala sesuatu yang terjadi, dan bagaimana Boaz memberinya jelai sebagai tanda. Naomi yang bijaksana memahami isyarat itu.
"Duduklah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini." (Rut 3:18)
Naomi menyuruh Rut untuk menunggu dengan sabar. Ia tahu karakter Boaz: ia adalah pria yang akan menepati janjinya dan tidak akan beristirahat sebelum menyelesaikan apa yang telah ia mulai. Ini adalah momen penantian, penantian dalam iman, mempercayai bahwa Tuhan sedang bekerja melalui Boaz untuk menggenapi janji-janji-Nya.
Pelajaran dari Bab 3:
- Mencari Kesejahteraan bagi Sesama: Rencana Naomi untuk Rut menunjukkan kasih dan kepedulian yang mendalam. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi secara aktif mencari kebaikan bagi menantunya. Ini adalah teladan bagi kita untuk mencari kesejahteraan orang lain, terutama mereka yang rentan, dan mengambil langkah nyata untuk membantu mereka menemukan keamanan dan harapan.
- Ketaatan dan Keberanian dalam Iman: Rut menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada Naomi, bahkan dalam situasi yang berisiko. Keberaniannya untuk mendekati Boaz di pengirikan adalah tindakan iman yang besar, mempercayai nasihat Naomi dan janji Tuhan. Terkadang, Tuhan memanggil kita untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa atau menantang, yang membutuhkan ketaatan dan keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman kita.
- Integritas dan Respons yang Benar: Boaz adalah contoh sempurna dari seorang pria yang berintegritas. Ia tidak memanfaatkan situasi Rut yang rentan, melainkan melindungi kehormatannya dan segera bertindak untuk memenuhi perannya sebagai penebus sesuai dengan hukum. Ini adalah panggilan bagi kita, terutama bagi mereka yang memiliki posisi kekuasaan atau pengaruh, untuk bertindak dengan integritas, keadilan, dan kemurahan hati.
- Pentingnya Penebus (Go'el): Konsep go'el semakin mengemuka. Boaz bersedia menjadi penebus, yang berarti ia akan mengembalikan apa yang hilang, memulihkan nama keluarga, dan memberikan harapan masa depan. Ini adalah cerminan dari Kristus, Penebus agung kita, yang datang untuk menebus kita dari dosa, mengembalikan kita kepada Allah, dan memberikan kita kehidupan kekal.
- Penantian yang Percaya: Naomi menyuruh Rut untuk menanti dengan sabar, percaya pada karakter Boaz. Ini adalah pelajaran tentang penantian dalam iman. Seringkali, setelah kita melakukan bagian kita, yang tersisa adalah menunggu Tuhan untuk bertindak. Penantian ini bukan pasif, melainkan penantian yang penuh doa dan kepercayaan bahwa Tuhan setia pada janji-Nya.
Bab 4: Penebusan, Pemulihan dan Warisan Mesias
4.1. Boaz di Gerbang Kota: Hukum dan Kesaksian (Rut 4:1-6)
Seperti yang dijanjikannya, Boaz tidak membuang waktu. Pagi harinya, ia pergi ke gerbang kota, tempat di mana urusan hukum dan bisnis masyarakat Israel kuno diselesaikan. Ini adalah tempat umum, di mana para tua-tua kota dan saksi-saksi dapat hadir untuk memastikan keadilan dan legalitas setiap transaksi. Boaz duduk di sana, menunggu kerabat penebus yang lebih dekat yang telah ia sebutkan sebelumnya.
Ketika kerabat itu lewat, Boaz memanggilnya untuk duduk bersama sepuluh orang tua-tua kota sebagai saksi. Boaz menjelaskan situasi tanah Elimelekh, yang kini perlu dijual oleh Naomi. Ia menawarkan kerabat yang lebih dekat itu kesempatan pertama untuk menebus tanah tersebut, sesuai dengan hukum. Ini adalah hak istimewa, tetapi juga sebuah kewajiban.
Kerabat itu awalnya menyatakan keinginannya untuk menebus tanah itu. Ini mungkin karena potensi keuntungan finansial dari tanah tersebut. Namun, Boaz kemudian menambahkan syarat yang krusial: "Pada hari engkau membeli ladang itu dari tangan Naomi dan dari tangan Rut, perempuan Moab itu, engkau juga memperoleh Rut, janda orang yang telah meninggal itu, untuk menegakkan nama orang yang telah meninggal itu di atas milik pusakanya."
Inilah inti dari peran go'el: menebus tanah dan juga menikahi janda yang tanpa anak untuk melestarikan nama dan garis keturunan orang yang meninggal. Ini berarti bahwa anak pertama yang lahir dari Rut tidak akan dianggap sebagai anak kerabat penebus itu, melainkan sebagai anak dari Mahlon yang telah meninggal, sehingga warisan tetap ada di bawah nama Elimelekh dan Mahlon. Kewajiban ini, meskipun mulia secara teologis, bisa menjadi beban ekonomi dan sosial bagi penebus, karena ia harus mewariskan sebagian hartanya kepada anak yang bukan secara biologis adalah miliknya dan juga menjaga nama keluarga yang lain.
Mendengar hal ini, kerabat itu berubah pikiran. Ia berkata, "Aku tidak dapat menebusnya, supaya jangan merusakkan milik pusakaku sendiri. Tebuslah bagimu apa yang seharusnya kutebus, sebab aku tidak dapat menebusnya." Ia menolak kewajiban penebusan itu karena akan merugikan warisan keluarganya sendiri. Ia tidak mau mengambil risiko atau beban yang menyertainya.
4.2. Penebusan oleh Boaz: Pernikahan dan Berkat (Rut 4:7-12)
Dalam hukum Israel, untuk mengesahkan transaksi penebusan, ada ritual pelepasan sandal. Orang yang menolak hak penebusan akan melepas sandalnya dan memberikannya kepada pihak yang menebus. Ini adalah cara publik untuk menyatakan pengalihan hak. Kerabat yang lebih dekat itu melepaskan sandalnya, dan dengan demikian secara resmi menyerahkan hak dan kewajiban penebusan kepada Boaz.
Boaz kemudian menyatakan di hadapan para tua-tua dan seluruh rakyat di gerbang kota:
"Kamulah saksi pada hari ini, bahwa segala milik Elimelekh dan segala milik Kilyon dan Mahlon, telah kubeli dari tangan Naomi. Dan juga Rut, perempuan Moab, istri Mahlon itu, telah kuambil menjadi istriku untuk menegakkan nama orang yang telah meninggal itu di atas milik pusakanya, supaya nama orang itu jangan terhapus dari antara saudara-saudaranya dan dari antara gerbang tempat tinggalnya. Kamulah saksi pada hari ini." (Rut 4:9-10)
Pernyataan Boaz ini adalah deklarasi publik yang sangat penting. Ia tidak hanya membeli tanah, tetapi ia juga secara sukarela mengambil Rut, seorang wanita Moab yang janda, menjadi istrinya. Tindakannya ini menunjukkan komitmennya yang mendalam terhadap hesed (kasih setia) dan kesetiaannya pada hukum serta kehormatan keluarga. Ia bersedia menanggung beban dan risiko untuk memulihkan nama keluarga Elimelekh yang hampir punah.
Seluruh rakyat dan para tua-tua di gerbang kota memberkati Boaz dan Rut. Mereka membandingkan Rut dengan Rahel dan Lea, dua ibu bangsa Israel, dan berharap Boaz akan menjadi orang yang berpengaruh di Betlehem. Mereka juga berdoa agar rumah Boaz menjadi seperti rumah Peres, putra Yehuda, yang merupakan nenek moyang penting dalam garis keturunan Israel.
4.3. Kelahiran Obed dan Garis Keturunan Mesias (Rut 4:13-22)
Boaz mengambil Rut menjadi istrinya. TUHAN memberikan kehamilan kepada Rut, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Ini adalah puncak pemulihan dan sukacita. Wanita-wanita di kota itu bersukacita bersama Naomi, memuji TUHAN yang telah memberinya seorang penebus. Mereka berkata kepada Naomi:
"Terpujilah TUHAN, yang pada hari ini tidak membiarkan engkau kekurangan seorang penebus! Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel. Dan dialah yang akan memulihkan hidupmu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki." (Rut 4:14-15)
Naomi memegang bayi Obed, pemulihan dan sukacita.
Wanita-wanita itu mengakui nilai Rut yang luar biasa, membandingkannya dengan "tujuh anak laki-laki." Dalam masyarakat kuno, anak laki-laki adalah jaminan masa depan dan warisan. Mengatakan Rut lebih berharga dari tujuh anak laki-laki adalah pujian tertinggi atas kesetiaan dan kasih setia (hesed) yang ia tunjukkan.
Naomi mengambil bayi itu, memangkunya, dan menjadi pengasuhnya. Anak itu diberi nama Obed. Namun, yang paling signifikan adalah silsilah yang mengakhiri Kitab Rut:
Boaz memperanakkan Obed; Obed memperanakkan Isai; Isai memperanakkan Daud.
Inilah puncak dari seluruh cerita! Kitab yang dimulai dengan kelaparan, kematian, dan kepahitan, berakhir dengan kelahiran seorang anak yang akan menjadi kakek dari Raja Daud yang agung. Dan dari garis keturunan Daud inilah, Mesias yang dijanjikan, Yesus Kristus, akan lahir (Matius 1:5).
Pelajaran dari Bab 4:
- Integritas dan Keadilan Boaz: Boaz adalah contoh integritas yang luar biasa. Ia tidak melewati prosedur hukum, bahkan ketika itu berarti menunda tujuannya sendiri. Ia memastikan semuanya dilakukan secara terbuka dan adil. Ini mengajarkan kita pentingnya menjunjung tinggi keadilan dan integritas dalam semua tindakan kita.
- Biaya Penebusan: Kerabat yang lebih dekat menolak untuk menebus karena "merusakkan milik pusaka"nya. Ini mengingatkan kita bahwa penebusan selalu datang dengan biaya. Boaz bersedia menanggung biaya itu, baik secara finansial maupun sosial, demi kebaikan orang lain dan demi kehormatan nama yang hilang. Ini adalah gambaran yang sangat kuat tentang Kristus, yang bersedia membayar harga tertinggi – nyawa-Nya sendiri – untuk menebus kita dari dosa, meskipun kita adalah orang asing dan tidak layak.
- Transformasi dari Pahit menjadi Manis: Naomi yang dulunya ingin dipanggil Mara (pahit), kini memegang cucunya, Obed, yang berarti "pelayan" atau "penyembah." Hidupnya telah dipulihkan secara menyeluruh. Dari kekosongan, ia dipenuhi dengan sukacita dan harapan. Ini adalah kisah Injil dalam miniatur, bagaimana Allah mengubah kepahitan kita menjadi manis, kesedihan kita menjadi sukacita, dan kekosongan kita menjadi kelimpahan.
- Kedaulatan Allah dalam Sejarah: Kisah Rut adalah pengingat yang luar biasa tentang bagaimana Allah bekerja di balik layar, mengarahkan peristiwa-peristiwa sehari-hari, bahkan melalui orang-orang yang tampaknya tidak signifikan (seorang janda Moab), untuk mencapai tujuan-Nya yang besar. Dari tragedi pribadi di Moab, melalui tindakan kasih setia dan integritas, lahirlah garis keturunan yang akan membawa Raja Israel terbesar, dan akhirnya, Raja di atas segala raja, Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa setiap kehidupan, setiap tindakan kesetiaan, setiap pilihan anugerah, memiliki tempat dalam rencana agung Allah.
Tema-tema Utama dalam Kitab Rut
5.1. Kasih Setia (Hesed)
Tema hesed adalah benang merah yang mengikat seluruh Kitab Rut. Hesed adalah lebih dari sekadar "kasih" atau "kebaikan hati"; ini adalah kasih setia yang aktif, loyal, tidak putus-putus, dan seringkali melampaui kewajiban. Ini adalah kasih yang ditunjukkan dalam konteks perjanjian atau komitmen, yang bergerak untuk memenuhi kebutuhan orang lain bahkan dengan pengorbanan pribadi. Kitab Rut menunjukkan hesed dari berbagai arah:
- Rut kepada Naomi: Ini adalah contoh hesed yang paling mencolok. Rut memilih untuk meninggalkan tanah air, keluarga, dan ilahnya untuk tetap bersama Naomi di tanah yang asing, tanpa jaminan masa depan. Pernyataan Rut di Rut 1:16-17 adalah epitome dari hesed.
- Boaz kepada Rut: Boaz menunjukkan hesed melalui kemurahan hatinya di ladang (Rut 2), perlindungan yang ia berikan, dan yang terpenting, kesediaannya untuk menjadi penebus, mengambil seorang janda Moab sebagai istrinya dan menanggung semua kewajiban yang menyertainya. Ia melihat dan membalas hesed Rut.
- Allah kepada Umat-Nya: Naomi mengakui hesed Allah yang "tidak putus-putus terhadap orang yang hidup dan orang yang mati" (Rut 2:20). Melalui tangan-tangan manusia — Rut dan Boaz — Allah menunjukkan hesed-Nya kepada Naomi yang putus asa, mengubah kepahitan menjadi sukacita dan kekosongan menjadi kelimpahan.
Hesed dalam Kitab Rut mengajarkan kita tentang sifat kasih Allah yang tak terbatas dan bagaimana kita dipanggil untuk mempraktikkan kasih setia ini dalam hubungan kita dengan sesama.
5.2. Kedaulatan Allah (Providensi Ilahi)
Meskipun nama Allah tidak terlalu sering disebutkan secara eksplisit dalam narasi langsung oleh para karakter, tangan Allah yang berdaulat bekerja di setiap peristiwa. Tidak ada mukjizat yang spektakuler, tetapi rangkaian "kebetulan" yang sempurna menunjukkan kendali Allah atas detail-detail kehidupan:
- Rut "secara kebetulan" memungut jelai di ladang Boaz (Rut 2:3).
- Boaz tiba di ladangnya pada saat Rut ada di sana (Rut 2:4).
- Boaz adalah kerabat penebus yang berintegritas dan bersedia (Rut 2:20, 3:9-13, 4:1-12).
- Ada kerabat yang lebih dekat, tetapi ia menolak hak penebusan, membuka jalan bagi Boaz (Rut 4:6).
- TUHAN yang memberikan Rut kehamilan (Rut 4:13).
Kedaulatan Allah dalam Kitab Rut adalah kedaulatan yang bekerja di balik layar, menganyam setiap benang kehidupan yang tampaknya biasa-biasa saja menjadi permadani rencana penebusan yang agung. Ini memberi kita penghiburan dan keyakinan bahwa Allah kita adalah Allah yang memperhatikan setiap detail, bahkan di tengah keputusasaan dan ketidakpastian.
5.3. Penebusan (Go'el)
Konsep go'el (kerabat penebus) adalah pusat dari teologi Kitab Rut dan merupakan salah satu benih Injil yang paling jelas di Perjanjian Lama. Seorang go'el memiliki tiga fungsi utama:
- Menebus tanah keluarga yang dijual karena kemiskinan (Imamat 25:25).
- Menebus anggota keluarga yang menjadi budak (Imamat 25:47-49).
- Menikahi janda dari saudara yang meninggal tanpa anak, untuk melestarikan nama dan garis keturunan keluarga (hukum levirat, Ulangan 25:5-10).
Boaz dengan setia memenuhi semua peran ini. Ia menebus tanah Elimelekh dan menikahi Rut, seorang janda yang tidak memiliki harapan, untuk menegakkan nama Mahlon yang telah meninggal. Tindakan Boaz adalah gambaran yang indah tentang Yesus Kristus, Penebus agung kita. Kita, seperti Rut, adalah orang asing, terasing dari Allah karena dosa. Kita tanpa harapan, miskin secara rohani, dan tidak dapat menebus diri kita sendiri. Tetapi Kristus, Penebus kita yang sempurna, dengan kasih setia-Nya yang tak terbatas, bersedia membayar harga tertinggi – nyawa-Nya di kayu salib – untuk menebus kita, membawa kita ke dalam keluarga-Nya, dan memberi kita warisan hidup kekal. Seperti Boaz yang membawa Rut dari kekosongan ke kelimpahan, Kristus membawa kita dari kegelapan dosa ke dalam terang kasih karunia-Nya.
5.4. Harapan di Tengah Kesusahan
Kisah ini dimulai dengan kepahitan, kehilangan, dan keputusasaan Naomi. Ia adalah gambaran jiwa yang hancur. Namun, Kitab Rut menunjukkan bahwa bahkan dalam jurang keputusasaan yang paling dalam, Tuhan menyediakan harapan. Harapan ini datang melalui tindakan kasih setia Rut dan kemurahan hati Boaz. Naomi yang tadinya merasa "kosong," kini dipenuhi dengan seorang cucu yang menjadi "pemulih hidupnya." Ini adalah pesan yang kuat bagi kita bahwa tidak peduli seberapa gelap situasi kita, Allah selalu memiliki rencana untuk membawa pemulihan, sukacita, dan harapan baru.
5.5. Anugerah bagi Orang Luar
Rut adalah seorang wanita Moab. Orang Moab adalah musuh Israel dan dilarang masuk ke dalam jemaah TUHAN. Namun, dalam Kitab Rut, seorang wanita Moab bukan hanya diterima, tetapi juga diberkati, dan yang paling menakjubkan, ia menjadi nenek buyut dari Raja Daud dan nenek moyang dari Yesus Kristus. Ini adalah pernyataan yang radikal tentang anugerah Allah yang inklusif, yang melampaui batas-batas ras, suku, dan budaya. Ini adalah bukti bahwa anugerah Allah tersedia bagi semua yang bersedia berbalik kepada-Nya dengan iman dan kesetiaan, tanpa memandang latar belakang mereka.
Penerapan Kontemporer: Kisah Rut untuk Kehidupan Kita Sekarang
Kisah Rut, meskipun terjadi ribuan tahun yang lalu, memiliki relevansi yang sangat mendalam bagi kehidupan kita di zaman modern ini. Tema-tema yang disajikannya adalah tema-tema universal yang masih bergema dalam hati manusia.
6.1. Kesetiaan (Hesed) dalam Hubungan Kita
Di dunia yang semakin individualistis dan transaksional ini, kesetiaan seringkali menjadi barang langka. Kita melihat pernikahan yang mudah bubar, persahabatan yang rapuh, dan komitmen yang setengah-setengah. Kisah Rut menantang kita untuk merefleksikan kembali arti hesed. Bagaimana kita menunjukkan kasih setia yang tidak putus-putus kepada pasangan, keluarga, teman, dan sesama anggota gereja?
- Apakah kita bersedia untuk berdiri teguh di samping orang yang kita cintai, bahkan ketika keadaan menjadi sulit dan tidak menjanjikan keuntungan pribadi?
- Apakah kita memiliki komitmen yang melampaui kenyamanan dan pengorbanan, seperti Rut kepada Naomi?
- Bagaimana kita bisa menjadi "Boaz" dalam lingkungan kita, yaitu seseorang yang secara aktif mencari kesempatan untuk menunjukkan kebaikan, perlindungan, dan kemurahan hati kepada mereka yang rentan dan membutuhkan, bahkan jika mereka adalah "orang luar"?
Mari kita memohon kepada Tuhan untuk memenuhi kita dengan roh hesed ini, sehingga kita dapat menjadi agen kasih dan kesetiaan-Nya di dunia yang seringkali kering akan hal tersebut.
6.2. Melihat Tangan Tuhan yang Berdaulat dalam Hidup Sehari-hari
Di tengah tekanan hidup, masalah pekerjaan, tantangan keluarga, atau ketidakpastian masa depan, mudah bagi kita untuk merasa cemas dan berpikir bahwa kita sendirian. Kisah Rut mengingatkan kita tentang providensi Allah yang bekerja di balik setiap "kebetulan." Allah tidak selalu bekerja dengan cara yang dramatis, tetapi Dia aktif dalam detail-detail kehidupan kita.
- Bisakah kita belajar untuk melihat "tangan Tuhan" dalam pertemuan-pertemuan tak terduga, dalam pertolongan yang tiba-tiba datang, atau dalam pintu yang terbuka pada waktu yang tepat?
- Apakah kita mempercayai bahwa Allah sedang menganyam setiap peristiwa, baik suka maupun duka, untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar dalam hidup kita?
Kepercayaan pada kedaulatan Allah tidak berarti kita pasif, tetapi itu berarti kita dapat menyerahkan kekhawatiran kita kepada-Nya, bekerja dengan rajin seperti Rut, dan menanti dengan sabar seperti Naomi, mengetahui bahwa Dia memegang kendali.
6.3. Menjadi Penebus atau Pembawa Harapan
Konsep penebusan bukan hanya tentang Boaz dan Rut, atau Kristus dan kita. Kita juga dipanggil untuk menjadi "penebus" dalam arti yang lebih kecil, yaitu pembawa pemulihan dan harapan bagi orang lain. Di sekitar kita, mungkin ada banyak "Naomi" yang pahit, "Rut" yang putus asa, atau "Mahal" yang kehilangan harapan.
- Bagaimana kita dapat menebus nama baik yang telah dirusak?
- Bagaimana kita dapat membawa pemulihan kepada hubungan yang retak?
- Bagaimana kita dapat menjadi berkat materi atau emosional bagi mereka yang berada dalam kemiskinan atau kesedihan, mengangkat mereka dari keadaan "kosong" menjadi "penuh"?
Setiap tindakan kebaikan, setiap kata penghiburan, setiap uluran tangan yang kita berikan, dapat menjadi cerminan dari Kristus, Penebus Agung kita, membawa secercah harapan dan pemulihan bagi dunia yang hancur.
6.4. Inklusi dan Kasih bagi "Orang Luar"
Kisah Rut, seorang wanita Moab di garis keturunan Mesias, adalah pengingat yang kuat akan kasih Allah yang inklusif. Di tengah dunia yang sering memecah belah berdasarkan ras, etnis, status sosial, atau keyakinan, Kitab Rut menyerukan kita untuk merangkul orang lain dengan kasih karunia. Yesus sendiri merangkul orang Samaria, pemungut cukai, dan orang-orang buangan masyarakat.
- Apakah gereja kita, komunitas kita, dan hati kita terbuka bagi "orang luar"?
- Apakah kita siap untuk melampaui prasangka dan melihat nilai ilahi dalam setiap individu, terlepas dari latar belakang mereka?
Kisah Rut adalah undangan untuk mengikuti jejak Allah yang merangkul, mencintai, dan menebus semua orang, membawa mereka ke dalam keluarga perjanjian-Nya.
6.5. Dari Kepahitan Menuju Harapan
Banyak dari kita mungkin pernah mengalami masa-masa "Mara" seperti Naomi, merasa ditinggalkan, pahit, atau kosong. Namun, kisah Rut menunjukkan bahwa kepahitan bukanlah akhir cerita. Allah mampu mengubah ratapan menjadi tari-tarian, dan kesedihan menjadi sukacita yang meluap. Yang dibutuhkan adalah iman, kesetiaan, dan kesediaan untuk melihat tangan Allah yang bekerja, bahkan ketika itu tersembunyi.
- Jika saat ini Anda berada dalam masa "Mara," apakah Anda masih dapat berpegang pada harapan bahwa Allah akan memulihkan Anda?
- Apakah Anda bersedia untuk membiarkan Allah menggunakan "Rut" dan "Boaz" dalam hidup Anda untuk membawa pemulihan?
Biarkan kisah Rut menjadi pengingat bahwa bahkan dalam keputusasaan yang paling dalam, ada harapan yang teguh karena Allah kita adalah Allah penebusan.
Kesimpulan: Kemenangan Kasih Setia dan Penebusan
Saudara-saudari yang terkasih, kita telah menelusuri perjalanan luar biasa dari Kitab Rut, dari kelaparan di Betlehem hingga kepahitan Naomi di Moab, dari pilihan kesetiaan Rut yang radikal, hingga kebaikan hati Boaz yang dermawan, dan akhirnya, pada pemulihan yang lengkap melalui kelahiran Obed, kakek Raja Daud, yang mengarah pada garis keturunan Mesias, Yesus Kristus.
Kitab Rut adalah sebuah mahakarya ilahi yang mengajarkan kita bahwa bahkan di tengah kekacauan dan kegelapan dunia, kasih setia (hesed) Allah tidak pernah gagal. Allah bekerja di balik layar, menganyam setiap peristiwa, setiap pilihan, setiap tindakan kasih, untuk mencapai rencana penebusan-Nya yang agung. Ia mengubah kekosongan menjadi kelimpahan, kepahitan menjadi sukacita, dan keputusasaan menjadi harapan yang hidup.
Kisah ini adalah pengingat yang kuat bahwa nilai sejati seseorang tidak terletak pada kekayaan, status, atau asal-usulnya, tetapi pada karakter yang dibentuk oleh iman dan kasih setia. Rut, seorang wanita asing yang janda dan miskin, diangkat dan diberkati karena hesed-nya. Boaz, seorang pria kaya dan berpengaruh, dipuji karena integritas dan kemurahannya yang mencerminkan hesed Allah.
Pada akhirnya, Kitab Rut menunjuk pada Penebus yang terbesar, Yesus Kristus. Sama seperti Boaz yang menebus Naomi dan Rut dari kemiskinan dan kepunahan nama keluarga, Kristus telah menebus kita dari perbudakan dosa dan kematian. Ia telah mengambil kita, orang-orang asing dan tidak layak, dan membawa kita ke dalam keluarga Allah, memberi kita warisan yang kekal. Di bawah sayap-Nya, kita menemukan perlindungan yang sejati, kasih yang tak terbatas, dan harapan yang tidak pernah pudar.
Mari kita semua mengambil pelajaran dari Kitab Rut. Mari kita hidup dengan kasih setia yang aktif dan tanpa pamrih. Mari kita percaya pada kedaulatan Allah yang bekerja di setiap detail hidup kita. Dan yang terpenting, mari kita senantiasa bersukacita dalam penebusan yang telah kita terima melalui Yesus Kristus, dan menjadi saluran berkat dan harapan bagi orang-orang di sekitar kita, memuliakan nama-Nya yang agung. Amin.