Pasal 9 dari Injil Matius adalah sebuah babak yang kaya akan demonstrasi kuasa ilahi dan belas kasih yang mendalam dari Tuhan Yesus Kristus. Setelah serangkaian mukjizat yang mengagumkan – penyembuhan orang lumpuh, pengusiran roh jahat, penyembuhan wanita yang sakit pendarahan, dan kebangkitan anak perempuan Yairus – Yesus tidak berhenti. Pelayanan-Nya adalah pelayanan yang dinamis, tanpa henti, didorong oleh sebuah tujuan ilahi dan hati yang penuh kasih. Puncak dari gambaran pelayanan-Nya yang intensif ini terangkum dalam empat ayat terakhir pasal tersebut, Matius 9:35-38. Ayat-ayat ini bukan hanya sekadar catatan historis, melainkan sebuah jendela ke dalam hati Kristus, sebuah panggilan bagi kita, dan sebuah cetak biru untuk misi gereja di setiap zaman.
Matius 9:35-38 (TB):
35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat mereka dan memberitakan Injil Kerajaan serta menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan.
36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
38 Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Mari kita selami lebih dalam setiap aspek dari perikop yang penuh kuasa ini, memahami konteksnya, menangkap esensi pesannya, dan menerapkannya dalam kehidupan kita hari ini.
I. Pelayanan Yesus yang Menyeluruh (Ayat 35)
Ayat 35 memberikan kita gambaran komprehensif tentang inti pelayanan Yesus. Ini bukan hanya sebuah daftar aktivitas, melainkan sebuah pernyataan misi yang terintegrasi, menunjukkan keutuhan pribadi dan tujuan-Nya. "Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat mereka dan memberitakan Injil Kerajaan serta menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan."
A. Pelayanan yang Bergerak dan Menjangkau
Frasa "berkeliling ke semua kota dan desa" menunjukkan sifat pelayanan Yesus yang proaktif dan menjangkau. Ia tidak menunggu orang datang kepada-Nya; Ia pergi kepada mereka. Ini adalah model misi yang mendasari iman Kristen. Yesus tidak membatasi pelayanan-Nya pada satu lokasi sentral seperti Yerusalem atau Kapernaum, tetapi secara sengaja dan sistematis menjangkau setiap pelosok, dari pusat perkotaan hingga pedesaan yang terpencil. Hal ini mengajarkan kita pentingnya menjangkau semua lapisan masyarakat, tanpa pandang bulu, dengan membawa kabar baik.
- Implikasi Geografis: Yesus tidak terikat oleh batas-batas. Setiap kota, setiap desa, setiap rumah adalah ladang pelayanan.
- Implikasi Demografis: Ia menjangkau setiap orang, dari yang paling terpelajar di sinagoge hingga petani sederhana di desa.
- Implikasi Metodologis: Pelayanan-Nya adalah pelayanan yang dinamis, tidak pasif, selalu mencari kesempatan untuk melayani.
B. Tiga Pilar Pelayanan Yesus: Mengajar, Memberitakan, Menyembuhkan
Ayat ini secara spesifik menyebutkan tiga dimensi utama pelayanan Yesus, yang sering disebut sebagai "Tiga Misi Kristus":
- Mengajar dalam Rumah-rumah Ibadat Mereka (Didache): Yesus adalah seorang Rabbi, seorang pengajar. Ia tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menyingkapkan kebenaran ilahi, menafsirkan hukum Taurat, dan mengungkapkan rahasia Kerajaan Allah. Pengajaran-Nya memiliki otoritas dan kedalaman yang belum pernah didengar sebelumnya. Mengajar adalah fondasi untuk pemahaman yang benar tentang Allah dan kehendak-Nya.
- Memberitakan Injil Kerajaan (Kerygma): Ini adalah pemberitaan kabar baik tentang kedatangan Kerajaan Allah. Injil bukan sekadar filosofi moral, melainkan berita transformatif bahwa Allah telah bertindak dalam Yesus untuk menyelamatkan manusia, menegakkan pemerintahan-Nya, dan memulihkan segala sesuatu. Pemberitaan ini menuntut respons iman dan pertobatan. Ini adalah inti pesan keselamatan.
- Menyembuhkan Segala Penyakit dan Kelemahan (Diakonia): Yesus tidak hanya melayani jiwa, tetapi juga tubuh dan pikiran. Mukjizat penyembuhan-Nya adalah tanda nyata dari kuasa Kerajaan Allah yang telah datang, mengalahkan efek dosa dan kehancuran. Ini menunjukkan belas kasih-Nya yang mendalam terhadap penderitaan manusia dan membuktikan bahwa Ia adalah Mesias yang dinubuatkan. Pelayanan ini menunjukkan bahwa iman Kristen tidak hanya berbicara tentang hal-hal rohani, tetapi juga peduli terhadap kondisi fisik dan emosional manusia.
Ketiga aspek ini saling terkait dan saling menguatkan. Pengajaran memberikan pemahaman, pemberitaan memberikan harapan, dan penyembuhan menegaskan kuasa dan kasih Allah. Pelayanan Yesus adalah model holistik yang melayani seluruh keberadaan manusia—roh, jiwa, dan tubuh.
"Yesus tidak hanya menjadi teladan dalam perkataan-Nya, tetapi juga dalam tindakan-Nya. Ia menunjukkan kepada kita bahwa iman sejati termanifestasi dalam kepedulian yang konkret terhadap sesama, baik secara rohani maupun jasmani."
II. Hati Yesus yang Berbelas Kasih (Ayat 36)
Setelah menggambarkan aktivitas pelayanan-Nya, Matius membawa kita ke dalam inti motif Yesus: belas kasihan. "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala."
A. Melihat dengan Mata Kristus
Frasa "Melihat orang banyak itu" bukan sekadar pengamatan fisik. Ini adalah pandangan yang menembus permukaan, melihat ke dalam kondisi batin dan spiritual mereka. Yesus tidak melihat massa anonim; Ia melihat individu-individu dengan segala penderitaan, kebingungan, dan kebutuhan mereka. Ia melihat mereka sebagai manusia ciptaan Allah yang berharga, namun tersesat dan terluka.
- Tidak Acuh Tak Acuh: Berbeda dengan banyak pemimpin agama pada masa itu yang mungkin melihat orang banyak sebagai gangguan atau sumber pendapatan, Yesus melihat mereka dengan empati yang mendalam.
- Melihat Kebutuhan Sejati: Di balik kerumunan, Ia melihat hati yang hancur, jiwa yang lapar, dan roh yang putus asa.
B. Tergerak oleh Belas Kasihan (Splagchnizomai)
Kata Yunani yang digunakan di sini, splagchnizomai, adalah salah satu kata terkuat dalam Perjanjian Baru untuk mengungkapkan belas kasihan. Secara harfiah berarti "merasakan di usus" atau "dari perut", yang menunjukkan rasa sakit yang mendalam dan respons yang visceral, bukan hanya emosi dangkal. Ini adalah belas kasihan yang menggerakkan seseorang untuk bertindak, bukan hanya merasa kasihan. Ini adalah belas kasihan yang sama yang mendorong Bapa dalam perumpamaan Anak yang Hilang (Lukas 15:20) dan orang Samaria yang Baik Hati (Lukas 10:33).
Belas kasihan Yesus adalah:
- Murni: Tidak dimotivasi oleh keuntungan pribadi atau pujian.
- Mendalam: Menembus hingga ke inti keberadaan-Nya.
- Menggerakkan: Belas kasihan ini selalu diikuti oleh tindakan.
C. Kondisi Orang Banyak: Lelah dan Terlantar Seperti Domba yang Tidak Bergembala
Inilah inti dari apa yang Yesus lihat dan rasakan. Gambaran "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala" adalah metafora yang kuat dan menyedihkan. Ini mengungkapkan kondisi spiritual, emosional, dan bahkan fisik dari orang banyak tersebut.
- Lelah (eklymenoi): Kata ini berarti "habis tenaga", "lemah", "pingsan". Mereka lelah bukan hanya secara fisik karena mengikuti Yesus, tetapi lebih dalam lagi, mereka lelah karena beban hidup, ekspektasi agama yang legalistik, dan mungkin juga penindasan politik. Mereka telah mencoba mencari makna dan kedamaian, tetapi tidak menemukannya.
- Terlantar (errimmenoi): Kata ini berarti "terjatuh", "terbaring tak berdaya", "terserak". Ini menggambarkan keadaan tanpa arah, tanpa perlindungan, rentan terhadap bahaya dan eksploitasi. Mereka adalah domba yang ditinggalkan, tanpa gembala untuk menuntun, melindungi, dan memberi makan mereka.
Metafora "domba yang tidak bergembala" sangat relevan dalam konteks Israel. Dalam Perjanjian Lama, para pemimpin Israel sering disebut "gembala" umat. Namun, seringkali mereka gagal dalam tugas ini, membiarkan domba-domba Allah tersesat dan menderita (misalnya, Yehezkiel 34). Yesus, Sang Gembala Agung, melihat kegagalan ini dan datang untuk memenuhi peran sebagai Gembala Sejati (Yohanes 10).
Kondisi ini mencerminkan:
- Kelemahan Spiritual: Mereka tidak memiliki pemimpin rohani yang benar-benar peduli atau membimbing mereka menuju Allah.
- Kebutuhan akan Perlindungan: Mereka rentan terhadap ajaran sesat, kekecewaan, dan keputusasaan.
- Kebutuhan akan Petunjuk: Mereka tidak tahu ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan untuk menemukan kedamaian dan tujuan.
III. Panen yang Besar (Ayat 37)
Dari hati yang berbelas kasihan, Yesus kemudian mengangkat pandangan-Nya ke gambaran yang lebih besar, gambaran misi. "Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: 'Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.'"
A. Metafora Panen: Siap Sedia untuk Dituai
Panen adalah metafora yang kaya dalam Alkitab, seringkali mengacu pada penghakiman akhir atau pengumpulan umat Allah. Namun, dalam konteks ini, Yesus menggunakannya untuk menggambarkan jiwa-jiwa yang siap untuk menerima Injil. "Tuaian memang banyak" berarti ada sejumlah besar orang yang, meskipun lelah dan terlantar, memiliki hati yang siap untuk menerima pesan Kerajaan Allah.
- Kesiapan: Tanaman yang siap panen tidak bisa menunggu. Ada urgensi. Jika tidak dipanen, hasilnya akan membusuk dan hilang. Demikian pula, ada jendela kesempatan untuk menjangkau jiwa-jiwa.
- Kelimpahan: Kata "banyak" (polys) menunjukkan jumlah yang sangat besar, melampaui apa yang dapat ditangani oleh sumber daya yang ada.
Apa yang membuat orang banyak ini "siap untuk dipanen"?
- Kebutuhan yang Mendesak: Mereka lapar akan kebenaran, keadilan, dan kasih. Mereka telah mencoba berbagai jalan dan kecewa.
- Kehadiran Yesus: Pelayanan Yesus telah membuka hati mereka dan menunjukkan kepada mereka sebuah jalan yang lebih baik. Mukjizat-Nya menarik perhatian, pengajaran-Nya menawan hati, dan kasih-Nya menyentuh jiwa.
- Kehausan Spiritual: Di tengah kekosongan rohani, mereka haus akan sesuatu yang otentik dan bermakna.
Ini adalah pengingat bahwa di setiap generasi, di setiap masyarakat, ada jiwa-jiwa yang siap mendengar kabar baik, asalkan ada yang memberitakannya kepada mereka.
B. Realitas yang Mendesak: Waktu Terbatas
Konsep panen juga membawa nuansa urgensi. Panen tidak bisa ditunda. Ada waktu yang tepat untuk menuai, dan jika waktu itu terlewat, seluruh kerja keras menanam dan memelihara akan sia-sia. Demikian pula, dalam misi Allah, ada urgensi untuk menjangkau orang-orang sebelum kesempatan berlalu atau hati mereka mengeras. Setiap hari adalah kesempatan untuk menuai.
IV. Pekerja yang Sedikit dan Doa yang Mendesak (Ayat 38)
Kontras dengan kelimpahan panen adalah kelangkaan pekerja. "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
A. Realitas Pekerja yang Sedikit
Ini adalah pengamatan yang menyedihkan namun realistis. Mengapa pekerja sedikit? Ini bukan hanya masalah angka, tetapi juga kualitas dan komitmen. Mungkin karena:
- Kurangnya Kesadaran: Banyak orang Kristen tidak menyadari urgensi atau besarnya ladang panen.
- Ketakutan atau Ketidakmampuan: Merasa tidak dilengkapi atau tidak cukup baik untuk melayani.
- Prioritas yang Salah: Lebih fokus pada kepentingan pribadi daripada Kerajaan Allah.
- Kurangnya Panggilan: Tidak banyak yang secara spesifik diutus atau merespons panggilan untuk pelayanan penuh waktu.
Kenyataan ini berlaku di setiap zaman. Bahkan saat ini, dengan miliaran orang di dunia yang belum mengenal Kristus, dan banyak yang "lelah dan terlantar", jumlah pekerja yang berdedikasi masih jauh dari cukup untuk menjangkau mereka semua.
B. Perintah Doa yang Mendesak
Matius 9:38 bukanlah sebuah keluhan, melainkan sebuah instruksi, sebuah perintah. Yesus tidak berkata, "Mengeluhlah tentang kurangnya pekerja," tetapi "mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian."
- Siapa yang Dimintai? Tuan yang Empunya Tuaian. Ini adalah poin krusial. Panen bukanlah milik kita; itu adalah milik Allah. Dialah yang memiliki kedaulatan atas ladang itu, dan Dialah yang berhak mengirimkan pekerja. Ini mengajarkan kita untuk bergantung sepenuhnya pada Allah dalam misi. Kita tidak bisa menciptakan pekerja; kita harus memohon kepada Sang Tuan.
- Apa yang Diminta? Mengirimkan Pekerja-pekerja. Kata "mengirimkan" (ekballo) berarti "mendorong keluar," "mengutus dengan kuat." Ini menyiratkan bahwa kadang-kadang pekerja harus didorong keluar dari zona nyaman mereka, mungkin bahkan melawan keengganan mereka sendiri, oleh kuasa dan kehendak Allah. Doa ini adalah permohonan agar Allah mengintervensi secara ilahi, memanggil dan mengutus orang-orang untuk pekerjaan-Nya.
Doa ini adalah pengakuan akan kedaulatan Allah dan pada saat yang sama, pengakuan akan tanggung jawab kita. Kita berdoa bukan karena kita pasif, tetapi karena kita percaya bahwa doa adalah sarana Allah untuk mencapai tujuan-Nya, dan seringkali, kita sendirilah yang menjadi jawaban atas doa itu.
"Doa untuk pekerja adalah doa yang paling strategis dalam misi. Tanpa pekerja, tuaian tidak akan terangkut. Dengan berdoa, kita berpartisipasi dalam misi Allah dengan cara yang paling fundamental."
V. Relevansi untuk Masa Kini: Panggilan bagi Kita
Perikop Matius 9:35-38 bukan hanya sebuah narasi sejarah, tetapi sebuah tantangan yang abadi bagi setiap pengikut Kristus dan bagi gereja secara keseluruhan. Ini adalah panggilan untuk melihat dunia dengan mata Yesus, merasakan belas kasihan-Nya, dan bertindak sesuai dengan instruksi-Nya.
A. Melihat Dunia dengan Mata Yesus: Mengenali "Domba yang Tidak Bergembala"
Di sekitar kita, di kota-kota dan desa-desa kita, masih banyak orang yang "lelah dan terlantar". Mungkin mereka tidak secara fisik lelah, tetapi lelah secara emosional karena tekanan hidup, secara mental karena kebingungan moral, dan secara spiritual karena kekosongan atau beban dosa. Mereka adalah orang-orang yang kehilangan arah dalam masyarakat yang semakin kompleks, yang mencari makna di tempat yang salah, yang merindukan kedamaian tetapi hanya menemukan kekecewaan.
- Masyarakat yang Terfragmentasi: Banyak yang merasa terasing, kesepian, meskipun dikelilingi oleh orang lain.
- Krisis Kesehatan Mental: Depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya adalah tanda kelelahan dan keterlantaran jiwa.
- Pencarian Spiritual: Banyak yang haus akan sesuatu yang lebih dari sekadar materi, tetapi belum menemukan Yesus sebagai Gembala Sejati.
Apakah kita memiliki mata seperti Yesus untuk melihat kebutuhan ini, ataukah kita hanya melihat keramaian, gangguan, atau bahkan ancaman?
B. Merasakan Hati Yesus: Belas Kasihan yang Menggerakkan
Belas kasihan Yesus adalah pendorong utama pelayanan-Nya. Tanpa belas kasihan yang tulus, pelayanan kita akan menjadi tugas yang kering, tidak efektif, dan bahkan merusak. Kita perlu meminta kepada Tuhan untuk menanamkan hati yang penuh belas kasihan seperti hati-Nya, yang tidak hanya merasa kasihan tetapi juga tergerak untuk bertindak.
- Mengatasi Apati: Belas kasihan menuntut kita untuk keluar dari zona nyaman dan peduli pada orang lain.
- Mengatasi Penilaian: Belas kasihan melihat melampaui dosa dan kegagalan, melihat potensi dan nilai yang Allah tempatkan dalam setiap individu.
- Menginspirasi Tindakan: Belas kasihan yang sejati tidak dapat tinggal diam. Ia akan selalu mencari cara untuk membantu, menghibur, dan memberitakan harapan.
C. Menyadari "Panen yang Besar": Kesempatan yang Luas
Meskipun dunia terlihat semakin menantang, kita harus tetap melihatnya sebagai "panen yang besar". Ada banyak pintu terbuka, banyak hati yang siap, dan banyak kesempatan untuk memberitakan Injil. Mungkin bukan di setiap tempat atau setiap orang, tetapi di mana-mana ada "tanaman" yang siap untuk dipanen. Teknologi, globalisasi, dan bahkan krisis global dapat membuka jalan baru bagi Injil.
- Melalui Hubungan Pribadi: Keluarga, teman, rekan kerja, tetangga adalah ladang panen terdekat kita.
- Melalui Pelayanan Sosial: Menjadi saluran berkat melalui kepedulian sosial, keadilan, dan kemanusiaan.
- Melalui Media Digital: Internet dan media sosial adalah platform yang luas untuk menjangkau jiwa-jiwa.
D. Menjadi Bagian dari Jawaban: Doa dan Kesiapan sebagai Pekerja
Panggilan untuk berdoa bagi pekerja bukanlah alasan untuk menghindari menjadi pekerja itu sendiri. Sebaliknya, seringkali ketika kita berdoa dengan sungguh-sungguh, Roh Kudus akan menggerakkan kita sendiri untuk menjadi bagian dari jawaban doa tersebut.
- Berdoa dengan Sungguh-sungguh: Ini adalah perintah yang jelas dari Yesus. Gereja dan setiap orang percaya harus menjadikan doa untuk pekerja sebagai prioritas. Doa ini harus spesifik, penuh iman, dan terus-menerus. Kita berdoa agar Allah memanggil dan melengkapi lebih banyak misionaris, penginjil, gembala, pengajar, pemimpin gereja, dan setiap orang percaya untuk mengambil bagian dalam misi-Nya.
- Menjadi Pekerja: Setelah berdoa, kita juga harus bertanya kepada diri sendiri, "Mungkinkah saya adalah salah satu pekerja yang Tuhan inginkan untuk diutus?" Menjadi pekerja tidak selalu berarti menjadi misionaris atau pendeta penuh waktu. Ini bisa berarti:
- Bersaksi dalam Kehidupan Sehari-hari: Membagikan iman kita secara alami kepada orang-orang di sekitar kita.
- Melayani dalam Gereja Lokal: Menggunakan karunia kita untuk membangun tubuh Kristus dan menjangkau komunitas.
- Mendukung Misi: Memberikan dukungan finansial, doa, atau logistik kepada mereka yang diutus ke ladang misi.
- Hidup secara Misioner: Menjadikan hidup kita sendiri sebagai surat Kristus yang terbaca oleh semua orang, menunjukkan kasih dan kebenaran Allah dalam setiap tindakan dan interaksi.
Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi "pekerja" dalam ladang Tuhan, dalam kapasitas apa pun yang Tuhan berikan. Mungkin karunia kita adalah mengajar anak-anak, melayani yang miskin, menjadi pendengar yang baik, atau hanya menjadi terang di tempat kerja. Yang penting adalah kesediaan hati untuk dipakai Tuhan.
E. Tantangan dalam Menjadi Pekerja
Menjadi pekerja di ladang Tuhan tentu memiliki tantangan tersendiri. Beberapa di antaranya mungkin termasuk:
- Rasa Tidak Mampu: Banyak yang merasa tidak memiliki cukup pengetahuan, karunia, atau pengalaman untuk melayani. Namun, Tuhan tidak memanggil yang terlayani, tetapi melengkapi yang terpanggil. Roh Kudus akan memberdayakan kita.
- Ketakutan akan Penolakan: Kekhawatiran akan ditolak atau diolok-olok saat memberitakan Injil. Namun, kita harus mengingat bahwa kita adalah duta Kristus, dan pesan yang kita bawa adalah pesan kehidupan.
- Kesibukan Hidup: Dunia seringkali menuntut waktu dan energi kita secara berlebihan, membuat kita sulit meluangkan waktu untuk pelayanan. Ini menuntut prioritas yang jelas dan komitmen yang kuat.
- Kekeringan Rohani: Pekerja juga bisa merasa lelah dan tercerai-berai. Penting untuk terus-menerus mengisi ulang diri dalam hadirat Tuhan melalui doa, Firman, dan persekutuan.
Meskipun ada tantangan, kita harus mengingat bahwa Tuan yang empunya tuaian adalah Allah yang setia. Ia tidak akan meninggalkan pekerja-Nya tanpa dukungan. Ia menyediakan perlindungan, kekuatan, dan bimbingan bagi mereka yang melayani-Nya dengan tulus.
VI. Kisah-kisah Inspiratif Pekerja Tuaian
Sepanjang sejarah kekristenan, telah ada banyak individu dan kelompok yang menanggapi panggilan Matius 9:35-38, menjadi pekerja-pekerja di ladang Tuhan yang luas.
A. Misionaris Perintis
Sejarah misionaris penuh dengan cerita-cerita tentang orang-orang yang, tergerak oleh belas kasihan Kristus, meninggalkan segalanya untuk menjangkau "domba-domba yang tidak bergembala" di belahan dunia yang jauh. Tokoh-tokoh seperti William Carey, "Bapak Misi Modern," yang pergi ke India pada abad ke-18 dan menghadapi banyak kesulitan tetapi tidak pernah menyerah. Atau David Livingstone, yang menjelajahi Afrika, tidak hanya memberitakan Injil tetapi juga melawan perbudakan dan membuka jalur bagi peradaban. Mereka adalah contoh nyata dari pekerja yang diutus Tuan, dengan visi yang jelas tentang panen yang besar dan hati yang penuh kasih.
- William Carey: Memulai pelayanan di India, menerjemahkan Alkitab ke berbagai bahasa daerah, mendirikan sekolah, dan melawan praktik-praktik yang tidak manusiawi.
- David Livingstone: Menggunakan eksplorasinya di Afrika untuk menginjili dan memerangi perdagangan budak.
- Hudson Taylor: Pendiri China Inland Mission, yang mengadopsi cara hidup dan pakaian Tiongkok untuk menjangkau masyarakat lokal dengan lebih efektif.
Kisah-kisah mereka mengingatkan kita bahwa meskipun ladang itu luas dan pekerjanya sedikit, satu orang yang dipenuhi Roh Kudus dapat membuat perbedaan yang monumental.
B. Pelayanan di Komunitas Lokal
Pekerja tuaian tidak hanya berada di garis depan misi lintas budaya. Mereka juga ada di tengah-tengah kita, di gereja-gereja lokal dan komunitas kita sendiri. Setiap guru sekolah minggu yang dengan sabar mengajar anak-anak tentang Yesus, setiap relawan yang melayani di dapur umum untuk tunawisma, setiap anggota gereja yang mengunjungi orang sakit atau berduka, setiap pemimpin kaum muda yang membimbing generasi berikutnya – mereka semua adalah pekerja-pekerja yang menjawab panggilan Kristus.
Contoh pelayanan lokal:
- Program Pelayanan Kebutuhan Khusus: Gereja-gereja yang menjangkau anak-anak dan keluarga dengan kebutuhan khusus, menunjukkan kasih Kristus dalam cara yang inklusif.
- Pelayanan Bantuan Bencana: Tim-tim gereja yang dengan cepat merespons bencana alam, memberikan bantuan praktis dan penghiburan rohani kepada korban.
- Pusat Pembelajaran Komunitas: Menyediakan les gratis atau program pengembangan keterampilan untuk membantu anggota komunitas yang kurang beruntung.
Pelayanan-pelayanan ini mungkin tidak selalu mendapat sorotan, tetapi di mata Tuhan, setiap tindakan belas kasihan dan pelayanan adalah bagian dari mengumpulkan tuaian.
C. Generasi Muda sebagai Pekerja
Panggilan untuk menjadi pekerja bukan hanya untuk orang dewasa atau mereka yang telah "berpengalaman". Yesus sendiri memanggil murid-murid-Nya yang muda dan tidak terlatih. Saat ini, semakin banyak generasi muda yang tergerak untuk melayani Tuhan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan semangat, inovasi, dan keterbukaan terhadap budaya baru, mereka membawa energi yang luar biasa ke ladang misi.
- Misi Jangka Pendek: Banyak mahasiswa dan kaum muda bergabung dengan tim misi jangka pendek, mengalami secara langsung kebutuhan di ladang, dan seringkali membawa pulang visi yang mengubah hidup mereka.
- Pelayanan Digital: Generasi muda juga memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan Injil dan mendiskusikan iman dengan sesama mereka, menjangkau audiens global yang sebelumnya tidak mungkin.
Masa depan misi sangat bergantung pada kesediaan generasi baru untuk mendengar panggilan Tuhan dan melangkah maju sebagai pekerja.
VII. Mempraktikkan Matius 9:35-38 dalam Hidup Kita
Bagaimana kita, sebagai individu dan sebagai gereja, dapat secara praktis mengintegrasikan pelajaran dari Matius 9:35-38 ke dalam kehidupan sehari-hari?
A. Pengembangan Sensitivitas Spiritual
Langkah pertama adalah mengembangkan "mata Yesus" dan "hati Yesus." Ini berarti melatih diri kita untuk:
- Melihat Melampaui Permukaan: Tidak hanya melihat kesuksesan atau kegagalan orang lain, tetapi melihat kebutuhan mendalam, luka hati, dan kekosongan spiritual mereka.
- Mendengarkan dengan Empati: Memberi waktu untuk mendengarkan cerita orang lain, tanpa menghakimi, dan berusaha memahami perspektif mereka.
- Membaca Situasi dengan Doa: Ketika kita menghadapi orang-orang yang tampaknya "lelah dan terlantar," berdoalah secara instan agar Tuhan menunjukkan kepada kita bagaimana kita bisa menjadi saluran belas kasihan-Nya.
Ini adalah proses seumur hidup yang membutuhkan ketergantungan pada Roh Kudus untuk membukakan mata hati kita.
B. Prioritaskan Doa untuk Pekerja
Perintah Yesus adalah jelas: "mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Doa ini harus menjadi bagian integral dari kehidupan doa pribadi dan gereja kita.
- Doa Pribadi: Jadwalkan waktu untuk secara spesifik mendoakan pekerja-pekerja misi, gereja lokal, dan bahkan diri sendiri untuk menjadi pekerja yang setia.
- Doa Bersama: Dorong gereja Anda untuk memiliki waktu doa khusus untuk misi dan pekerja. Ini bisa dalam kebaktian, kelompok kecil, atau acara doa khusus.
- Mendoakan Generasi Mendatang: Berdoa agar Tuhan membangkitkan generasi baru pekerja dari keluarga dan komunitas kita.
Doa adalah kekuatan pendorong di balik semua misi yang efektif.
C. Menjadi Pekerja yang Tersedia dan Dilengkapi
Setelah berdoa, tanyalah diri Anda: "Bagaimana saya bisa menjadi bagian dari jawaban doa ini?"
- Kesediaan: Sediakan diri Anda untuk digunakan Tuhan. Ini mungkin berarti melangkah keluar dari zona nyaman Anda, mengambil risiko, atau mempelajari hal baru. Bersikaplah terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus.
- Pelatihan dan Peralatan: Meskipun Tuhan memanggil yang sederhana, Ia juga melengkapi mereka. Manfaatkan kesempatan untuk belajar Firman Tuhan, melatih keterampilan pelayanan, dan bertumbuh dalam karunia-karunia rohani Anda. Ini bisa melalui kelas Alkitab, mentoring, atau pelatihan khusus misi.
- Melayani di Mana Anda Berada: Ingatlah bahwa "ladang" panen tidak selalu jauh. Ladang Anda bisa jadi adalah keluarga Anda, lingkungan tempat tinggal Anda, tempat kerja Anda, atau sekolah Anda. Jadilah saksi Kristus yang otentik di mana pun Anda ditempatkan.
- Mendukung Pekerja Lain: Jika panggilan Anda bukan untuk pelayanan penuh waktu di ladang yang jauh, Anda dapat menjadi pekerja melalui dukungan. Ini bisa berupa dukungan finansial, doa yang konsisten, atau dukungan praktis bagi misionaris dan pemimpin gereja.
Setiap orang percaya memiliki peran dalam misi Allah. Tidak ada "penonton" dalam Kerajaan Allah, hanya "pemain."
D. Menjaga Fokus pada Kerajaan Allah
Pada akhirnya, semua pelayanan kita harus berpusat pada "Injil Kerajaan." Ini bukan tentang membangun kerajaan kita sendiri, melainkan tentang memajukan Kerajaan Allah. Ini berarti hidup dengan nilai-nilai Kerajaan: keadilan, kedamaian, sukacita, kasih, dan pelayanan. Ketika kita fokus pada Kerajaan, pelayanan kita akan memiliki dampak yang kekal.
- Bukan Hanya Konversi, tetapi Pemuridan: Tujuan bukan hanya membuat orang percaya, tetapi memuridkan mereka menjadi pengikut Yesus yang sejati.
- Bukan Hanya Individu, tetapi Masyarakat: Injil memiliki implikasi transformatif tidak hanya untuk individu tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.
VIII. Kesimpulan Akhir: Sebuah Panggilan yang Abadi
Perikop Matius 9:35-38 adalah salah satu perikop terpenting dalam Injil yang menyangkut misi dan belas kasihan Allah. Ia menyingkapkan hati Kristus yang berbelas kasihan, realitas tentang kebutuhan spiritual manusia yang mendalam, peluang misi yang tak terbatas, dan panggilan yang mendesak untuk berdoa dan bertindak.
Kita telah melihat bahwa pelayanan Yesus bersifat holistik: mengajar, memberitakan, dan menyembuhkan. Ini adalah pelayanan yang proaktif, menjangkau setiap tempat dan setiap orang. Motif di balik semua pelayanan ini adalah belas kasihan yang mendalam, yang melihat orang banyak sebagai domba yang lelah dan terlantar, tanpa gembala.
Kemudian, Yesus mengungkapkan sebuah kebenaran yang mengejutkan: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." Ini adalah sebuah paradoks yang terus bergema hingga hari ini. Ada begitu banyak orang yang membutuhkan Kristus, begitu banyak hati yang haus akan kebenaran dan kasih, tetapi jumlah orang yang bersedia dan dilengkapi untuk menjangkau mereka masih terbatas.
Solusi yang diberikan Yesus bukanlah dengan mengeluh atau berputus asa, melainkan dengan doa yang penuh iman kepada "Tuan yang empunya tuaian." Doa ini adalah pengakuan akan kedaulatan Allah dan pada saat yang sama, sebuah perintah untuk berpartisipasi dalam misi-Nya. Dan seringkali, jawaban dari doa itu adalah kita sendiri – yang dipanggil dan diutus oleh Tuan.
Sebagai orang percaya di zaman modern ini, panggilan ini tetap relevan dan mendesak. Dunia kita masih penuh dengan "domba-domba yang tidak bergembala," yang mencari arah, kedamaian, dan harapan. Apakah kita akan melihat mereka dengan mata Yesus? Apakah hati kita akan tergerak oleh belas kasihan yang sama? Apakah kita akan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk lebih banyak pekerja, dan bersediakah kita menjadi salah satu dari mereka?
Mari kita menanggapi panggilan ini dengan serius. Mari kita berdoa dengan keyakinan, dan mari kita hidup sebagai pekerja-pekerja yang setia, siap sedia untuk menuai panen yang besar bagi kemuliaan Tuan kita, Yesus Kristus. Amin.