Pendahuluan: Mengapa Adven Penting dalam Hidup Kita?
Masa Adven, empat minggu sebelum Natal, seringkali terdistorsi oleh hiruk pikuk belanja, dekorasi, dan perayaan yang berlebihan. Namun, jauh di lubuk hati tradisi Kristen, Adven adalah panggilan untuk jeda, refleksi, dan penantian yang penuh makna. Kata "Adven" berasal dari bahasa Latin "adventus," yang berarti "kedatangan" atau "tiba." Ini bukan sekadar hitung mundur menuju Natal, melainkan sebuah musim liturgi yang kaya akan tema-tema mendalam: penantian akan kedatangan pertama Kristus di Betlehem dan antisipasi kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai Raja dan Hakim.
Adven adalah waktu untuk meninjau kembali janji-janji Allah yang telah digenapi dalam Yesus Kristus, Sang Juruselamat dunia. Ini adalah musim yang mengundang kita untuk merenungkan kondisi hati kita, mempersiapkannya sebagai palungan yang layak bagi Kristus. Lebih dari itu, Adven mengingatkan kita bahwa kita adalah umat yang hidup dalam "antara": antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua. Kita mengenang kelahiran-Nya yang lampau sambil menantikan kedatangan-Nya yang akan datang dengan penuh harapan, damai, sukacita, dan kasih.
Dalam khotbah ini, kita akan menyelami empat pilar utama Adven, yang secara tradisional diwakili oleh empat lilin pada karangan Adven. Setiap lilin menyala untuk mengingatkan kita akan Harapan, Damai, Sukacita, dan Kasih. Mari kita buka hati dan pikiran kita untuk mengalami Adven bukan hanya sebagai tradisi, tetapi sebagai transformasi rohani yang nyata dalam hidup kita.
Dua Kedatangan Kristus: Fokus Ganda Adven
Memahami Adven berarti memahami konsep dua kedatangan Kristus. Pertama adalah inkarnasi-Nya sebagai bayi di Betlehem, kedatangan yang penuh kerendahan hati dan kemanusiaan. Ini adalah peristiwa yang kita rayakan setiap Natal, momen ketika Tuhan yang mahakuasa memilih untuk memasuki dunia ciptaan-Nya dalam bentuk yang paling rentan. Adven mempersiapkan kita untuk mengingat dan merayakan misteri ilahi ini, sebuah tindakan kasih yang tak terbayangkan.
Kedua adalah kedatangan-Nya yang akan datang dalam kemuliaan sebagai Raja, hakim, dan penebus akhir. Ini adalah "parousia," kedatangan yang dinubuatkan dalam kitab nabi-nabi dan diperjelas dalam Perjanjian Baru. Kita hidup dalam penantian aktif akan kedatangan ini, yang akan membawa pemenuhan penuh dari semua janji Allah, penghapusan dosa dan penderitaan, serta pendirian Kerajaan Allah yang kekal. Adven mengingatkan kita untuk selalu siap sedia, menjaga iman kita tetap menyala, dan hidup seturut kehendak-Nya.
Penantian ganda ini membentuk jiwa Adven. Kita melihat ke belakang untuk bersyukur atas keselamatan yang telah diberikan, dan kita melihat ke depan dengan antusiasme yang penuh pengharapan akan pemenuhan akhir. Ini adalah waktu untuk menyelaraskan diri dengan ritme ilahi, menyadari bahwa sejarah keselamatan adalah kisah yang sedang terungkap, dan kita adalah bagian darinya.
Minggu Pertama Adven: Harapan yang Tak Tergoyahkan
Lilin pertama Adven adalah lilin Harapan. Dalam dunia yang seringkali terasa penuh kegelapan, ketidakpastian, dan keputusasaan, panggilan untuk memiliki harapan adalah sesuatu yang radikal. Harapan Adven bukanlah optimisme buta atau keinginan dangkal bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, itu adalah harapan yang berakar kuat pada janji-janji Allah yang setia, yang telah terbukti benar dalam sejarah, dan yang akan digenapi sepenuhnya di masa depan.
Dasar Alkitabiah Harapan
Nabi Yesaya, sering disebut sebagai "nabi Adven," adalah suara harapan yang bergema di tengah umat Israel yang sedang menderita. Dalam Yesaya 9:6, kita membaca nubuatan yang agung: "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya, dan nama-Nya disebut: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." Nubuatan ini berbicara tentang kedatangan Mesias, yang akan membawa terang ke dalam kegelapan dan damai sejahtera yang abadi.
Rasul Paulus juga menegaskan pentingnya harapan dalam Roma 15:13: "Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." Harapan kita berpusat pada pribadi Yesus Kristus, bukan pada keadaan kita. Ia adalah fondasi yang kokoh, jangkar bagi jiwa kita.
Harapan di Tengah Kesusahan dan Ketidakpastian
Hidup ini penuh dengan tantangan: penyakit, kehilangan, krisis ekonomi, konflik pribadi, dan ketidakadilan sosial. Dalam situasi-situasi ini, sangat mudah untuk menyerah pada keputusasaan. Namun, Adven memanggil kita untuk mengangkat pandangan kita melampaui keadaan yang terlihat dan mengingat bahwa Allah sedang bekerja, bahkan ketika kita tidak bisa melihatnya. Harapan Adven adalah keyakinan teguh bahwa Tuhan memegang kendali dan bahwa rencana-Nya akan terwujud, terlepas dari segala rintangan.
Bagi umat Kristen mula-mula yang menghadapi penganiayaan dan ketidakpastian, harapan akan kedatangan Kristus kembali adalah sumber kekuatan dan ketekunan. Mereka hidup dengan kesadaran bahwa penderitaan mereka bersifat sementara dan bahwa kemuliaan kekal menanti. Semangat yang sama inilah yang harus menjiwai kita di masa Adven. Kita mempersiapkan hati kita untuk Kristus, bukan karena kita yakin dunia akan menjadi lebih baik secara otomatis, tetapi karena kita yakin akan kesetiaan Allah.
Menanti dengan Harapan Aktif
Harapan Adven bukanlah penantian pasif. Ini adalah penantian yang aktif, yang mendorong kita untuk bertindak. Jika kita berharap pada Kerajaan Allah yang akan datang, maka kita dipanggil untuk menjadi agen-Nya di sini dan sekarang. Ini berarti:
- Berdoa Tanpa Henti: Memohon agar Kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya terlaksana di bumi seperti di surga.
- Melayani Sesama: Mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, mencerminkan kasih Kristus yang akan datang untuk melayani.
- Menjadi Pembawa Keadilan: Berdiri membela mereka yang tertindas, karena Kristus akan datang sebagai Raja keadilan.
- Hidup dalam Kekudusan: Menjaga diri kita siap sedia, hidup sesuai dengan standar Kerajaan yang kita nantikan.
Harapan ini mengubah cara kita memandang dunia dan cara kita hidup di dalamnya. Ia memberi kita tujuan, kekuatan, dan visi yang melampaui keterbatasan kita sendiri. Kita adalah umat pengharapan, dan di masa Adven ini, kita mengobarkan kembali nyala api itu dalam hati kita.
Minggu Kedua Adven: Damai Sejahtera yang Melampaui Akal
Lilin kedua Adven adalah lilin Damai. Di tengah dunia yang dilanda konflik, kekerasan, dan perpecahan, pesan damai dari Kristus adalah sesuatu yang sangat kita dambakan. Damai yang ditawarkan Adven bukanlah sekadar absennya perang, melainkan Shalom, damai sejahtera yang menyeluruh—keselamatan, keutuhan, keharmonisan, dan kesejahteraan dalam segala aspek kehidupan.
Dasar Alkitabiah Damai
Sekali lagi, nabi Yesaya berbicara tentang kedatangan Mesias sebagai "Raja Damai" (Yesaya 9:6). Ia juga menubuatkan zaman di mana "pedang-pedang akan ditempa menjadi mata bajak, dan tombak-tombak menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang" (Yesaya 2:4). Ini adalah visi tentang damai yang komprehensif, yang akan diwujudkan sepenuhnya melalui Kerajaan Kristus.
Dalam Perjanjian Baru, malaikat memberitakan kelahiran Yesus kepada para gembala dengan lagu: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14). Yesus sendiri menyatakan, "Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu; bukan seperti yang diberikan dunia, Aku memberikannya kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yohanes 14:27). Damai Kristus adalah damai yang berasal dari dalam, yang tidak tergantung pada keadaan eksternal.
Damai dengan Allah, Damai dengan Sesama, Damai dalam Diri
Damai yang dibawa Kristus dimulai dengan rekonsiliasi kita dengan Allah. Karena dosa, kita terpisah dari Pencipta kita. Tetapi melalui pengorbanan Yesus, kita didamaikan kembali dengan Allah. Ini adalah damai yang fundamental, yang menghilangkan rasa bersalah, malu, dan ketakutan akan penghakiman.
Dari damai dengan Allah, mengalirlah damai dengan sesama. Jika kita telah menerima pengampunan dan kasih Allah, kita dipanggil untuk memperluas kasih dan pengampunan itu kepada orang lain. Kristus menghancurkan tembok-tembok permusuhan (Efesus 2:14), menyerukan kita untuk hidup dalam persatuan dan saling mengasihi, bahkan dengan mereka yang berbeda dari kita.
Dan akhirnya, damai Kristus membawa damai di dalam diri kita sendiri. Dalam Filipi 4:7, Paulus berkata, "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Ini adalah ketenangan batin yang sejati, yang memungkinkan kita menghadapi kekhawatiran dan kecemasan hidup dengan iman dan kepercayaan kepada Tuhan.
Menjadi Pembawa Damai di Dunia yang Gelisah
Sebagai umat Adven, kita dipanggil untuk tidak hanya menerima damai Kristus tetapi juga untuk menjadi pembawa damai-Nya di dunia. Ini berarti:
- Mempraktikkan Pengampunan: Melepaskan kepahitan dan dendam, dan memilih untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
- Mencari Rekonsiliasi: Berusaha memperbaiki hubungan yang rusak, baik dalam keluarga, gereja, maupun komunitas.
- Berbicara Kebenaran dengan Kasih: Menjadi suara keadilan tanpa memicu perpecahan, selalu dengan tujuan memulihkan dan membangun.
- Berdoa untuk Damai: Mendoakan perdamaian di daerah konflik dan di hati setiap orang.
Masa Adven adalah waktu untuk secara sadar memilih damai, untuk membuka diri terhadap damai Kristus yang mengubah, dan untuk menjadi alat damai-Nya. Biarlah lilin damai ini mengingatkan kita akan panggilan kita untuk menjadi anak-anak Allah yang membawa damai sejahtera di mana pun kita berada.
Minggu Ketiga Adven: Sukacita yang Kekal
Lilin ketiga Adven adalah lilin Sukacita, yang secara tradisional berwarna merah muda atau rose, melambangkan sukacita yang semakin dekatnya kedatangan Kristus. Dalam dunia yang seringkali mencari kebahagiaan sesaat dalam hal-hal fana, sukacita Adven adalah sukacita yang lebih dalam, lebih abadi, dan tidak tergantung pada keadaan. Ini adalah sukacita ilahi yang lahir dari hubungan kita dengan Allah.
Dasar Alkitabiah Sukacita
Kitab Yesaya dipenuhi dengan nubuatan tentang sukacita yang akan datang melalui Mesias: "Bersorak-soraklah dan bersukacitalah, hai penduduk Sion, sebab besar di tengah-tengahmu Yang Mahakudus, Allah Israel!" (Yesaya 12:6). Nubuatan ini berbicara tentang sukacita yang meluap karena kehadiran Tuhan itu sendiri.
Injil Lukas mencatat bagaimana kelahiran Yesus membawa sukacita besar. Malaikat berkata kepada para gembala, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Lukas 2:10-11). Sukacita yang luar biasa ini adalah inti dari pesan Adven dan Natal.
Rasul Paulus, meskipun sering menghadapi penderitaan, berulang kali menyerukan sukacita: "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Sukacita ini bukan karena absennya masalah, tetapi karena kehadiran Tuhan yang tetap setia di tengah masalah.
Sukacita Bukan Hanya Kebahagiaan
Penting untuk membedakan sukacita Adven dari kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan seringkali bersifat sementara, tergantung pada peristiwa atau keadaan yang menyenangkan. Sukacita Adven, di sisi lain, adalah buah Roh Kudus (Galatia 5:22), sebuah keyakinan yang mendalam bahwa kita dicintai oleh Allah, diampuni dari dosa-dosa kita, dan memiliki harapan kekal dalam Kristus. Sukacita ini dapat bertahan bahkan di tengah kesedihan atau kesulitan.
Sukacita ini adalah respons alami terhadap janji-janji Allah yang digenapi. Ketika kita merenungkan karya penebusan Kristus, pengorbanan-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya yang jaya, hati kita tidak bisa tidak dipenuhi dengan sukacita yang meluap. Adven adalah waktu untuk merebut kembali sukacita ini dari tekanan hidup dan hiruk pikuk komersialisasi.
Mengalami dan Menyalakan Kembali Sukacita Kristus
Bagaimana kita bisa mengalami sukacita ini di tengah penantian Adven?
- Merayakan Kehadiran Tuhan: Luangkan waktu untuk menyembah dan memuji Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama jemaat.
- Bersyukur: Dengan sengaja menghitung berkat-berkat Tuhan dalam hidup kita, bahkan yang terkecil sekalipun.
- Merenungkan Firman Tuhan: Biarkan janji-janji dan kebenaran Alkitab meresap ke dalam hati kita.
- Berbagi dengan Orang Lain: Sukacita sejati seringkali ditemukan dalam memberi dan melayani, mencerminkan kasih Kristus.
Lilin sukacita Adven adalah pengingat bahwa bahkan dalam penantian, ada alasan untuk bersukacita. Kedatangan Kristus adalah berita baik yang terbesar, dan sukacita-Nya adalah kekuatan kita. Marilah kita membiarkan sukacita ini mengisi hati kita dan memancar keluar kepada dunia di sekitar kita.
Minggu Keempat Adven: Kasih Ilahi yang Mengubahkan
Lilin keempat Adven adalah lilin Kasih. Dari semua tema Adven, kasih adalah yang paling mendasar, karena Allah adalah kasih itu sendiri (1 Yohanes 4:8). Kedatangan Kristus ke dunia adalah manifestasi tertinggi dari kasih Allah bagi umat manusia, sebuah tindakan kasih yang begitu besar sehingga mengubah jalannya sejarah dan menawarkan penebusan bagi setiap orang.
Dasar Alkitabiah Kasih
Yohanes 3:16 adalah ayat yang paling terkenal yang meringkas kasih Allah: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Kelahiran Yesus di Betlehem adalah bukti nyata dari kasih yang tak terhingga ini. Allah tidak hanya berbicara atau memberi perintah dari jauh; Ia sendiri datang, merendahkan diri, dan tinggal di antara kita.
Roma 5:8 menambahkan, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." Kasih Allah bukanlah respons terhadap kebaikan kita, melainkan sebuah inisiatif ilahi yang tak bersyarat dan mendahului segalanya. Ini adalah kasih yang rela berkorban, yang puncaknya terlihat di salib, namun akarnya ditanam dalam inkarnasi.
Kasih Allah yang Nyata dalam Inkarnasi
Adven mengingatkan kita bahwa kasih Allah bukanlah konsep abstrak atau teori filsafat. Itu adalah kasih yang menjadi daging dan tinggal di antara kita. Melalui Yesus, kita melihat kasih Allah secara sempurna diwujudkan:
- Dalam Kerendahan Hati-Nya: Ia yang adalah Raja segala raja memilih lahir di kandang hewan.
- Dalam Pelayanan-Nya: Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberi nyawa-Nya sebagai tebusan.
- Dalam Pengajaran-Nya: Ia mengajar kita tentang kasih kepada Allah dan sesama, bahkan kasih kepada musuh.
- Dalam Pengorbanan-Nya: Ia menyerahkan hidup-Nya untuk menebus dosa-dosa kita.
Kasih Adven adalah kasih yang membawa Allah mendekat kepada kita. Ini adalah kasih yang menghilangkan rasa takut, mengusir kegelapan, dan mengisi kekosongan hati kita dengan kehadiran-Nya yang menghidupkan.
Menanggapi Kasih Allah dengan Kasih yang Bertindak
Ketika kita merenungkan kedalaman kasih Allah yang terungkap di Adven, respons alami kita adalah untuk mengasihi Dia kembali dan mengasihi sesama kita. Yesus sendiri merangkum semua hukum dalam dua perintah besar: mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita, dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Matius 22:37-39).
Masa Adven adalah waktu yang tepat untuk secara praktis menyatakan kasih ini:
- Melalui Kemurahan Hati: Memberi dari waktu, talenta, dan harta kita kepada mereka yang kurang beruntung.
- Melalui Pelayanan: Menjadi tangan dan kaki Kristus untuk melayani kebutuhan orang lain dalam komunitas kita.
- Melalui Penerimaan: Mengasihi dan menerima orang lain tanpa syarat, sebagaimana Kristus menerima kita.
- Melalui Pengorbanan: Mengorbankan kenyamanan pribadi kita demi kebaikan orang lain, meneladani Kristus.
Lilin kasih Adven adalah undangan untuk membiarkan kasih Allah mengalir melalui kita, mengubah hubungan kita, dan menjadikan kita saluran berkat bagi dunia. Dengan demikian, kita menjadi saksi hidup akan kasih Kristus yang telah datang dan yang akan datang kembali.
Sosok-Sosok Sentral dalam Kisah Adven: Yohanes Pembaptis dan Maria
Selain empat tema utama, Adven juga memfokuskan perhatian kita pada dua sosok penting yang menjadi kunci dalam persiapan kedatangan Kristus: Yohanes Pembaptis dan Maria.
Yohanes Pembaptis: Suara di Padang Gurun
Yohanes Pembaptis adalah suara yang menyerukan persiapan di tengah keheningan berabad-abad antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia adalah penggenapan nubuatan Yesaya 40:3: "Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya!"
Peran Yohanes sangat krusial:
- Pembuka Jalan: Ia diutus untuk mempersiapkan hati manusia bagi kedatangan Mesias, seperti seorang utusan kerajaan yang mendahului raja.
- Penyeru Pertobatan: Pesan utamanya adalah "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). Ia menyerukan perubahan hati, bukan sekadar ritual.
- Saksi Kebenaran: Ia berani menunjuk dosa, bahkan dosa raja Herodes, dan menegaskan identitas Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29).
Dalam Adven, Yohanes Pembaptis mengingatkan kita akan kebutuhan mendesak untuk memeriksa hidup kita, mengakui dosa-dosa kita, dan berbalik kembali kepada Tuhan. Ia adalah teladan keberanian, kerendahan hati (ia berkata, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" - Yohanes 3:30), dan kesetiaan terhadap panggilan ilahi.
Maria: Teladan Ketaatan dan Iman
Maria, ibu Yesus, adalah teladan iman dan ketaatan yang luar biasa. Kisahnya dalam Adven mengajarkan kita tentang kerelaan untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah, bahkan ketika itu melibatkan hal-hal yang tidak terduga dan sulit dipahami.
Momen penting dari Maria:
- "Jadilah padaku menurut perkataanmu itu": Ketika malaikat Gabriel memberitahukan kepadanya bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus, respons Maria adalah penyerahan diri yang penuh iman (Lukas 1:38). Ini adalah respons yang kontras dengan ketidakpercayaan Zakharia.
- Kidungan Maria (Magnificat): Maria tidak hanya tunduk, tetapi ia juga memuji Tuhan dengan sukacita yang meluap, memproklamirkan kebesaran Allah yang merendahkan yang angkuh dan meninggikan yang rendah (Lukas 1:46-55). Ini adalah salah satu kidungan pujian paling indah dalam Alkitab.
- Penantian yang Penuh Iman: Maria menjalani penantian yang panjang, dari kabar malaikat hingga kelahiran Yesus, dengan iman yang teguh, menyimpan segala perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya (Lukas 2:19, 51).
Maria adalah contoh bagi kita tentang bagaimana menantikan Kristus: dengan hati yang terbuka terhadap kehendak Allah, dengan pujian di bibir kita, dan dengan iman yang teguh, bahkan ketika jalan di depan tidak jelas. Ia mengajar kita bahwa persiapan terbaik untuk kedatangan Tuhan adalah ketaatan yang sederhana dan penuh kepercayaan.
Simbolisme Adven: Lingkaran, Lilin, dan Maknanya
Karangan Adven (Advent Wreath) adalah simbol visual yang paling dikenal dari masa Adven, dan setiap elemennya memiliki makna yang dalam.
Lingkaran Karangan: Keabadian dan Kesatuan
Bentuk lingkaran dari karangan Adven melambangkan keabadian dan kesetiaan Allah. Lingkaran tidak memiliki awal atau akhir, sama seperti kasih dan janji-janji Allah yang abadi. Warna hijau dari daun-daunan (biasanya cemara) melambangkan kehidupan kekal yang diberikan Kristus, harapan, dan pembaruan yang datang melalui Dia.
Lingkaran juga dapat melambangkan mahkota yang akan dikenakan Kristus sebagai Raja, atau bahkan mahkota duri yang Ia kenakan di Golgota, mengingatkan kita bahwa kedatangan-Nya yang pertama adalah untuk menderita dan menebus.
Lilin-lilin Adven dan Warnanya: Progresi Cahaya dan Kebenaran
Empat lilin (terkadang lima) yang ditempatkan pada karangan Adven secara progresif dinyalakan setiap minggu, melambangkan peningkatan terang Kristus yang mendekat. Yesus adalah "terang dunia" (Yohanes 8:12), dan setiap lilin yang menyala lebih terang dari sebelumnya adalah pengingat bahwa kegelapan tidak dapat mengalahkan terang-Nya.
- Tiga Lilin Ungu: Warna ungu secara tradisional melambangkan penyesalan, pertobatan, dan penantian kerajaan.
- Lilin pertama (Harapan): Sering disebut "Lilin Nabi" (Yesaya), mengingatkan pada harapan kedatangan Mesias.
- Lilin kedua (Damai): Sering disebut "Lilin Betlehem" atau "Lilin Malaikat," mengingatkan pada damai yang dibawa Kristus dan persiapan jalan bagi-Nya.
- Lilin keempat (Kasih): Sering disebut "Lilin Malaikat" atau "Lilin Para Gembala," mengingatkan pada pesan sukacita yang disampaikan malaikat dan kasih yang dibawa oleh kelahiran Kristus.
- Satu Lilin Merah Muda (Rose): Lilin ketiga (Sukacita), yang dinyalakan pada Minggu Gaudete (dari bahasa Latin "bersukacitalah"), berwarna merah muda atau rose untuk menandakan bahwa penantian hampir berakhir dan sukacita kedatangan Kristus sudah sangat dekat. Ini adalah jeda singkat dari tema pertobatan yang lebih gelap, menuju sukacita yang lebih cerah.
- Lilin Kristus (Putih, di tengah): Jika ada, lilin putih ini dinyalakan pada Malam Natal atau Hari Natal itu sendiri. Warna putih melambangkan kemurnian, kesucian, dan Kristus sendiri sebagai Terang Dunia. Penyalanya menandai pemenuhan penantian Adven.
Merenungkan simbol-simbol ini setiap kali lilin Adven dinyalakan membantu kita untuk fokus pada makna rohani musim ini, mengarahkan hati kita kepada Kristus sebagai sumber sejati harapan, damai, sukacita, dan kasih.
Penantian Aktif: Lebih dari Sekadar Menunggu
Adven bukan hanya tentang menunggu; itu tentang menunggu dengan cara yang aktif dan bertujuan. Penantian aktif ini adalah inti dari spiritualitas Adven, sebuah gaya hidup yang mempersiapkan diri kita dan dunia di sekitar kita untuk kedatangan Kristus.
Doa, Renungan, dan Studi Firman
Bagian penting dari penantian aktif adalah mendedikasikan diri pada disiplin rohani:
- Doa yang Lebih Dalam: Bukan hanya meminta, tetapi mendengarkan dan mencari kehendak Tuhan. Berdoa untuk pertobatan pribadi, damai dunia, dan kedatangan Kerajaan-Nya.
- Renungan yang Disengaja: Luangkan waktu setiap hari untuk merenungkan bacaan-bacaan Adven, meresapi janji-janji Allah, dan membiarkan kebenaran-Nya membentuk hati kita.
- Studi Firman Tuhan: Selidiki nubuatan-nubuatan Mesianik, kisah kelahiran Yesus, dan ajaran-ajaran tentang kedatangan-Nya yang kedua. Biarkan Firman menjadi pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita.
Melalui disiplin-disiplin ini, kita membuka diri untuk dibentuk oleh Roh Kudus, menjadikan hati kita lebih peka terhadap kehadiran Tuhan dan lebih siap untuk menyambut-Nya.
Pelayanan dan Keadilan Sosial
Penantian aktif juga berarti keluar dari diri kita sendiri dan melayani orang lain. Jika kita menantikan Kristus yang datang untuk melayani, maka kita pun harus meneladani-Nya:
- Melayani yang Miskin dan Terpinggirkan: Mengikuti teladan Kristus yang mengasihi dan melayani mereka yang paling membutuhkan. Ini bisa berupa sukarela di dapur umum, membantu bank makanan, atau mengunjungi mereka yang kesepian.
- Membela Keadilan: Berdiri melawan ketidakadilan, opresi, dan penderitaan. Menggunakan suara dan pengaruh kita untuk mempromosikan kebenaran dan keadilan, mencerminkan sifat Kerajaan Allah.
- Memberi dengan Murah Hati: Masa Adven seringkali menjadi musim memberi, tetapi biarlah pemberian kita lebih dari sekadar kewajiban; biarlah itu menjadi ekspresi tulus dari kasih Allah yang melimpah dalam hidup kita.
Pelayanan yang berpusat pada Kristus mengubah dunia di sekitar kita dan juga mengubah hati kita sendiri, menjadikan kita lebih seperti Dia yang kita nantikan.
Bersaksi dan Berbagi Kabar Baik
Penantian aktif juga mencakup kesaksian. Jika kita percaya pada kabar baik kedatangan Kristus, kita dipanggil untuk membagikannya:
- Membagikan Harapan: Di tengah dunia yang putus asa, kita memiliki pesan harapan yang abadi. Bagikan kisah iman kita, bagaimana Kristus telah mengubah hidup kita.
- Menjadi Cahaya: Hidup kita harus mencerminkan terang Kristus, menarik orang lain kepada-Nya melalui tindakan dan perkataan kita.
- Mengundang Orang Lain: Ajak orang lain untuk merayakan dan merenungkan makna Adven dan Natal bersama kita, baik di gereja maupun dalam komunitas.
Dengan bersaksi, kita tidak hanya mempersiapkan hati kita sendiri, tetapi juga mempersiapkan hati orang lain untuk menyambut Kristus, baik kedatangan-Nya yang pertama yang sudah berlalu, maupun kedatangan-Nya yang kedua yang akan datang.
Adven di Dunia Modern: Tantangan dan Relevansi
Di era modern yang serba cepat dan konsumtif, menjaga makna sejati Adven adalah sebuah tantangan. Namun, justru karena tantangan inilah, Adven menjadi semakin relevan bagi kehidupan kita.
Melawan Komersialisasi dan Ketergesaan
Salah satu ancaman terbesar terhadap Adven adalah komersialisasi Natal. Sejak awal November, pusat perbelanjaan sudah dihiasi, musik Natal diputar, dan tekanan untuk membeli hadiah semakin meningkat. Ini menciptakan suasana yang serba tergesa-gesa, menguras energi, dan mengalihkan fokus dari persiapan rohani yang tenang.
Adven memanggil kita untuk melawan arus ini. Ini adalah waktu untuk dengan sengaja melambatkan langkah, menciptakan ruang untuk keheningan, dan memprioritaskan yang rohani di atas yang materi. Kita bisa melakukannya dengan:
- Menetapkan Batasan: Membatasi belanja, mengurangi jadwal sosial yang berlebihan.
- Fokus pada Pengalaman: Lebih memilih pengalaman bermakna (misalnya, membuat kartu buatan tangan, menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga) daripada hadiah mahal.
- Berpartisipasi dalam Ibadah Adven: Mengikuti liturgi Adven di gereja untuk tetap terhubung dengan makna sejati musim ini.
Dengan demikian, kita mengklaim kembali Adven sebagai musim refleksi, bukan musim hiruk pikuk.
Fokus pada Esensi: Kemanusiaan Kristus dan Panggilan Kita
Adven juga mengingatkan kita pada esensi iman Kristen: Allah yang menjadi manusia, Emmanuel, Allah menyertai kita. Di tengah segala kemajuan teknologi dan kompleksitas hidup, Adven menarik kita kembali pada kebenaran yang sederhana namun mendalam ini. Kristus datang ke dunia yang bergejolak seperti dunia kita, dan Dia terus datang kepada kita melalui Roh-Nya.
Relevansi Adven bagi kita saat ini adalah panggilan untuk:
- Menemukan Harapan di Tengah Krisis: Ketika dunia menghadapi pandemi, perubahan iklim, atau konflik, Adven menegaskan bahwa ada harapan yang lebih besar dari segala masalah.
- Membawa Damai di Tengah Perpecahan: Dalam masyarakat yang terpolarisasi, kita dipanggil untuk menjadi jembatan perdamaian, meneladani Kristus.
- Mewujudkan Sukacita yang Berkelanjutan: Menemukan sukacita yang tidak bergantung pada kondisi eksternal, tetapi berakar pada hubungan kita dengan Tuhan.
- Menjadi Saluran Kasih Ilahi: Menanggapi kebutuhan dunia dengan kasih yang nyata dan tulus, sebagaimana Allah mengasihi kita.
Adven adalah musim untuk menghidupkan iman kita di tengah dunia, menunjukkan bahwa janji-janji Allah masih relevan dan berkuasa hari ini.
Kesimpulan: Adven, Panggilan untuk Hidup yang Bermakna dan Berpengharapan
Masa Adven adalah anugerah ilahi, sebuah periode yang disisihkan dalam kalender liturgi untuk mengingatkan kita akan narasi abadi tentang keselamatan Allah. Ini adalah musim yang mengundang kita untuk memperlambat, merenungkan, dan mempersiapkan hati kita—bukan hanya untuk merayakan kelahiran seorang bayi di Betlehem, tetapi untuk menyambut Tuhan semesta alam ke dalam setiap aspek keberadaan kita.
Kita telah menyelami makna mendalam dari empat lilin Adven:
- Harapan: Harapan yang teguh pada janji-janji Allah yang setia, yang telah terwujud dalam Kristus dan yang akan digenapi sepenuhnya pada kedatangan-Nya yang kedua. Harapan ini adalah jangkar bagi jiwa kita di tengah badai kehidupan.
- Damai: Damai sejahtera Allah (Shalom) yang melampaui segala akal, yang dimulai dengan rekonsiliasi kita dengan Pencipta, mengalir ke dalam hubungan kita dengan sesama, dan akhirnya membawa ketenangan batin yang sejati. Kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai-Nya.
- Sukacita: Sukacita ilahi yang mendalam, yang tidak tergantung pada keadaan, melainkan berakar pada kepastian kasih dan kehadiran Allah. Ini adalah sukacita karena Injil yang agung, yang harus kita rayakan dan bagikan.
- Kasih: Manifestasi kasih Allah yang terbesar dalam inkarnasi Yesus Kristus. Kasih yang rela berkorban, yang mengubahkan, dan yang memanggil kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.
Adven juga memanggil kita untuk belajar dari teladan Yohanes Pembaptis dalam pertobatan dan persiapan, serta dari Maria dalam ketaatan dan iman. Simbolisme karangan Adven dan lilin-lilinnya menjadi pengingat visual akan perjalanan rohani ini, sebuah progresi dari kegelapan menuju terang yang semakin benderang.
Panggilan untuk penantian aktif menegaskan bahwa Adven bukanlah waktu untuk berdiam diri, melainkan untuk terlibat secara rohani dan praktis. Melalui doa, renungan, studi Firman, pelayanan yang berpusat pada Kristus, dan kesaksian yang berani, kita mempersiapkan hati kita dan lingkungan kita bagi kedatangan Raja.
Di tengah hiruk pikuk dunia modern, Adven menawarkan sebuah oasis ketenangan dan fokus ulang. Ini adalah kesempatan untuk menolak tekanan komersial dan sebaliknya, merangkul esensi sejati dari musim ini: sebuah perayaan kasih Allah yang telah datang, dan sebuah penantian yang penuh pengharapan akan kedatangan-Nya yang akan datang.
Saudara-saudari terkasih, biarlah masa Adven ini menjadi lebih dari sekadar persiapan Natal. Biarlah ini menjadi musim di mana kita secara mendalam mengalami kembali harapan, damai, sukacita, dan kasih Kristus. Biarlah hati kita menjadi palungan yang kudus bagi-Nya, dan biarlah hidup kita memancarkan terang-Nya kepada dunia yang membutuhkan.
Marilah kita bersukacita dalam penantian, bersiap dengan kerendahan hati, dan hidup dalam terang kasih-Nya, karena Emmanuel, Allah menyertai kita, telah datang dan akan datang kembali!