Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus: Makna dan Implikasinya bagi Kita
Kenaikan Tuhan Yesus ke surga adalah puncak dari karya penyelamatan-Nya di bumi, sebuah peristiwa krusial yang seringkali kurang mendapat perhatian dibandingkan Natal, Jumat Agung, atau Paskah. Namun, tanpa kenaikan, karya Kristus belum lengkap dan implikasinya bagi orang percaya tidak akan sekuat dan sedalam yang kita alami hari ini. Mari kita selami makna yang mendalam dan implikasi praktis dari kenaikan-Nya.
Pengantar: Mengapa Kenaikan Penting?
Di antara berbagai peristiwa penting dalam sejarah kekristenan, kenaikan Tuhan Yesus ke surga seringkali menjadi titik yang terlewatkan dalam refleksi kita. Banyak khotbah dan perayaan berfokus pada kelahiran-Nya di Natal, penderitaan dan kematian-Nya di Jumat Agung, serta kebangkitan-Nya yang mulia di Paskah. Semua ini memang fundamental, namun Alkitab memberikan penekanan yang sama pentingnya pada peristiwa kenaikan Kristus, yang terjadi empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Ini bukan sekadar episode terakhir sebelum Ia pergi; ini adalah penutup yang agung bagi pelayanan-Nya di bumi dan pembuka babak baru dalam rencana penebusan Allah.
Kenaikan bukanlah pelarian Yesus dari dunia ini, melainkan sebuah proklamasi kemenangan yang luar biasa. Ini adalah bukti visual dan spiritual bahwa misi-Nya di bumi telah tuntas secara sempurna. Ia naik bukan karena lemah, melainkan karena berkuasa. Ia naik bukan untuk meninggalkan kita sendirian, melainkan untuk mempersiapkan tempat bagi kita dan untuk mengirimkan Penolong, yaitu Roh Kudus. Tanpa memahami kenaikan, kita akan kehilangan sebagian besar dari makna penebusan, kuasa gereja, dan pengharapan kekal kita. Artikel ini akan mengajak kita untuk merenungkan kembali kedalaman teologis dan implikasi praktis dari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga, agar iman kita semakin diperkaya dan hidup kita semakin berbuah bagi kemuliaan-Nya.
I. Dasar Alkitabiah Kenaikan Tuhan Yesus
Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus dicatat secara jelas dalam Perjanjian Baru, terutama dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Dua catatan ini memberikan gambaran yang paling lengkap mengenai momen penting ini, dilengkapi dengan referensi singkat di tempat lain yang menegaskan realitas historisnya.
A. Catatan Injil Lukas (Lukas 24:50-53)
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menghabiskan empat puluh hari bersama murid-murid-Nya, memberikan banyak bukti bahwa Ia hidup, dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 1:3). Lukas menutup Injilnya dengan deskripsi kenaikan yang ringkas namun penuh makna:
Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah. Lukas 24:50-53
Beberapa poin penting dari catatan Lukas:
- Lokasi: Dekat Betania. Ini adalah tempat yang akrab bagi Yesus dan murid-murid-Nya, dekat Yerusalem, dan menggarisbawahi bahwa peristiwa itu terjadi di bumi, bukan dalam visi rohani semata.
- Tindakan Yesus: Ia memberkati mereka. Ini adalah berkat perpisahan seorang guru, seorang gembala, seorang Raja. Berkat ini bukan hanya ucapan semoga baik, melainkan pernyataan otoritatif yang membawa damai sejahtera dan kuasa. Berkat-Nya adalah warisan terakhir-Nya yang terlihat secara fisik kepada murid-murid sebelum Ia naik.
- Momen Kenaikan: "Ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga." Frasa "terangkat ke sorga" (ἀνεφέρετο εἰς τὸν οὐρανόν - anephemeto eis ton ouranon) menunjukkan pergerakan fisik ke atas, bukan sekadar menghilang. Ini adalah penyingkiran-Nya dari ranah fisik yang terbatas menuju dimensi ilahi, namun tetap dengan tubuh yang telah dibangkitkan.
- Reaksi Murid-murid: "Mereka sujud menyembah kepada-Nya." Ini adalah tindakan penyembahan ilahi, menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya memahami status Yesus sebagai Tuhan. Mereka tidak sedih atau bingung seperti yang mungkin kita bayangkan. Sebaliknya, "mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita." Sukacita ini adalah buah dari pemahaman mereka akan kemuliaan Kristus yang ditinggikan, kuasa-Nya yang tak terbatas, dan janji-Nya untuk mengutus Roh Kudus.
- Tindakan Selanjutnya: "Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah." Ini menunjukkan ketaatan mereka pada perintah Yesus untuk menanti di Yerusalem, serta kelanjutan ibadah mereka dalam penantian Roh Kudus.
B. Catatan Kisah Para Rasul (Kisah Para Rasul 1:6-11)
Lukas, penulis yang sama, memberikan narasi yang lebih detail di awal kitab Kisah Para Rasul, sebagai jembatan antara pelayanan Yesus di bumi dan pelayanan gereja yang dipimpin Roh Kudus:
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab Yesus: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa menurut kuasa-Nya sendiri. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupi-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapa kamu berdiri memandang ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." Kisah Para Rasul 1:6-11
Tambahan detail penting dari Kisah Para Rasul:
- Pertanyaan Murid: Mereka masih memiliki harapan Mesias politik. Yesus mengoreksi fokus mereka dari jadwal dan agenda politik duniawi kepada misi global Roh Kudus.
- Janji Kuasa Roh Kudus: Kenaikan Yesus secara langsung terkait dengan pengutusan Roh Kudus. Yesus harus naik agar Roh Kudus dapat datang dan memberdayakan gereja untuk Amanat Agung. "Kamu akan menerima kuasa" adalah janji fundamental.
- Saksi-Saksi Kenaikan: Peristiwa ini disaksikan oleh banyak orang, bukan hanya satu atau dua. Ini menekankan sifat publik dan historis dari kenaikan itu. "Terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka" (βλεπόντων αὐτῶν - blepontōn autōn).
- Awan Menutupi-Nya: Awan dalam Alkitab seringkali melambangkan hadirat dan kemuliaan Allah (Shekinah). Ini bukan sekadar awan biasa, tetapi sebuah tirai ilahi yang menandakan transisi Yesus dari alam yang terlihat ke alam surgawi.
- Pesan Malaikat: Dua malaikat yang berpakaian putih muncul, menegaskan bukan hanya realitas kenaikan, tetapi juga janji kedatangan-Nya kembali. "Yesus ini...akan datang kembali dengan cara yang sama." Ini memberikan pengharapan eskatologis yang kuat bagi gereja.
C. Referensi Singkat Lainnya
- Markus 16:19: "Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah." Penekanan pada "duduk di sebelah kanan Allah" sangat penting secara teologis, menunjukkan otoritas dan pemerintahan-Nya.
- Efesus 4:8-10: Rasul Paulus berbicara tentang Kristus yang "naik ke tempat yang tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." Ini mengacu pada kemenangan Kristus atas dosa dan maut, dan anugerah Roh Kudus serta karunia-karunia yang Ia berikan kepada gereja setelah kenaikan-Nya.
- I Petrus 3:22: "Yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya." Ini menekankan kedaulatan universal Kristus setelah kenaikan-Nya.
Dari semua catatan ini, jelas bahwa kenaikan bukanlah mitos atau alegori, melainkan peristiwa historis yang disaksikan, ditegaskan oleh malaikat, dan memiliki implikasi teologis yang mendalam bagi iman Kristen.
II. Makna Teologis Kenaikan Tuhan Yesus
Kenaikan Kristus bukan hanya akhir dari kehadiran fisik-Nya di bumi, tetapi permulaan dari fase baru dalam pemerintahan-Nya dan misi gereja. Peristiwa ini sarat dengan makna teologis yang mendalam, membentuk inti dari doktrin Kristen.
A. Penyelesaian Misi Penebusan dan Pemuliaan Kristus
Kenaikan menandai puncak dan penyelesaian sempurna dari seluruh misi Kristus di bumi. Dari inkarnasi-Nya sebagai bayi di palungan, kehidupan tanpa dosa, kematian-Nya yang menebus di salib, hingga kebangkitan-Nya yang jaya – semua ini adalah langkah-langkah menuju kemuliaan yang dicapai-Nya dalam kenaikan.
1. Puncak Kemenangan atas Dosa dan Maut
Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus telah mengalahkan dosa dan maut. Kenaikan-Nya adalah proklamasi publik atas kemenangan ini. Ia tidak hanya bangkit; Ia juga naik ke tempat kehormatan dan kekuasaan tertinggi. Ini menunjukkan bahwa karya penebusan-Nya telah diterima dan disahkan oleh Bapa. Ia tidak lagi terbatas oleh batasan dunia fisik, melainkan telah masuk ke dalam kemuliaan sorgawi yang layak bagi-Nya sebagai Anak Allah.
Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Efesus 1:22
Ayat ini menunjukkan bahwa kenaikan adalah penobatan-Nya sebagai Kepala atas segala sesuatu, termasuk gereja. Seluruh alam semesta mengakui otoritas-Nya yang mutlak.
2. Penobatan sebagai Raja dan Imam Besar Kekal
Dengan kenaikan-Nya, Yesus "duduk di sebelah kanan Allah." Frasa ini, yang berulang kali muncul dalam Perjanjian Baru (Markus 16:19; Roma 8:34; Efesus 1:20; Kolose 3:1; Ibrani 1:3, 8:1, 10:12, 12:2; I Petrus 3:22), adalah ekspresi alkitabiah untuk kekuasaan, otoritas, dan kehormatan tertinggi. Ini bukan hanya tempat fisik, melainkan posisi ilahi.
- Sebagai Raja: Yesus dinobatkan sebagai Raja segala raja, Tuhan segala tuhan. Ia memerintah atas seluruh alam semesta, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Kenaikan-Nya adalah intaian pertama bagi kerajaan-Nya yang kekal, yang suatu hari nanti akan dinyatakan sepenuhnya.
- Sebagai Imam Besar Kekal: Kitab Ibrani secara khusus mengembangkan tema Yesus sebagai Imam Besar Agung kita. Berbeda dengan imam-imam Perjanjian Lama yang fana dan harus mempersembahkan korban berulang kali, Yesus adalah Imam Besar yang sempurna dan kekal. Ia tidak masuk ke dalam Bait Allah buatan tangan manusia, melainkan langsung ke surga, ke hadirat Allah sendiri, untuk mempersembahkan diri-Nya sebagai korban sekali untuk selamanya. Di sana, Ia sekarang terus-menerus melayani sebagai pengantara kita.
Karena Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran dari yang sebenarnya, melainkan ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Ibrani 9:24
Kenaikan-Nya berarti kita memiliki seorang pembela, seorang yang terus-menerus mewakili kita di hadapan takhta kasih karunia Allah.
B. Pembuka Jalan bagi Pengutusan Roh Kudus
Salah satu makna paling krusial dari kenaikan adalah bahwa itu adalah prasyarat bagi kedatangan Roh Kudus. Yesus sendiri mengatakan:
Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Yohanes 16:7
Ini adalah paradoks ilahi: perpisahan fisik Yesus membuka jalan bagi kehadiran spiritual-Nya yang lebih dalam dan universal melalui Roh Kudus. Jika Yesus tetap di bumi dalam tubuh-Nya yang bangkit, kehadiran-Nya akan terbatas pada satu lokasi fisik pada satu waktu. Namun, dengan kenaikan-Nya, Roh Kudus dapat dicurahkan ke atas semua orang percaya di mana pun, kapan pun, memberdayakan mereka secara individu dan kolektif sebagai gereja.
Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2) adalah manifestasi langsung dari kenaikan Kristus. Roh Kudus adalah kuasa yang memungkinkan gereja untuk melanjutkan misi Kristus, memberitakan Injil, dan hidup dalam kebenaran. Kenaikan Yesus adalah jaminan bahwa kita tidak ditinggalkan sendirian, melainkan diperlengkapi dengan kuasa ilahi untuk tugas kita.
C. Jaminan Kedatangan-Nya Kembali
Peristiwa kenaikan tidak hanya berbicara tentang kepergian Yesus, tetapi juga tentang kedatangan-Nya kembali. Para malaikat sendiri menegaskan hal ini kepada murid-murid:
"Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." Kisah Para Rasul 1:11
Janji kedatangan kembali ini adalah batu penjuru pengharapan Kristen. Sama seperti kenaikan-Nya adalah peristiwa fisik dan terlihat, demikian pula kedatangan-Nya kembali akan menjadi peristiwa fisik dan terlihat oleh semua orang. Kenaikan mengalihkan fokus orang percaya dari kehadiran fisik Yesus di bumi ke penantian kedatangan-Nya yang kedua kali. Ini memotivasi gereja untuk berjaga-jaga, hidup kudus, dan giat memberitakan Injil, karena kita tahu bahwa hari itu akan tiba.
D. Kenaikan sebagai Fondasi Pengharapan Kita
Kenaikan Kristus bukan hanya tentang apa yang terjadi pada Yesus, tetapi juga apa artinya bagi kita. Sebagai orang percaya, kita diidentifikasikan dengan Kristus dalam segala hal: dalam kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan ya, bahkan dalam kenaikan-Nya.
Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Efesus 2:6-7
Ayat ini menunjukkan bahwa melalui iman, kita sudah memiliki posisi rohani "bersama-sama dengan Dia di sorga." Ini berarti:
- Akses kepada Allah: Karena Yesus adalah Imam Besar kita yang di surga, kita memiliki akses langsung dan tanpa hambatan kepada takhta kasih karunia Allah melalui Dia (Ibrani 4:14-16). Kita tidak perlu perantara manusia lagi.
- Jaminan Surga: Kenaikan Yesus ke surga adalah jaminan bahwa tempat telah dipersiapkan bagi kita. Ia sendiri berkata, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal... Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yohanes 14:2-3). Surga bukan lagi tempat yang asing, melainkan rumah yang dijanjikan, di mana Kepala kita telah lebih dahulu pergi.
- Warga Kerajaan Surga: Dengan Kristus yang bertahta di surga, identitas utama kita bukanlah dari bumi, melainkan dari surga. "Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menanti-nantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat" (Filipi 3:20). Ini mengubah perspektif kita tentang hidup, prioritas, dan nilai-nilai kita.
III. Implikasi Praktis Kenaikan Tuhan Yesus bagi Orang Percaya
Memahami makna teologis kenaikan Yesus saja tidak cukup. Peristiwa agung ini memiliki implikasi yang mendalam dan praktis untuk kehidupan sehari-hari setiap orang percaya dan gereja secara keseluruhan. Bagaimana seharusnya kita hidup dengan kesadaran akan Kristus yang telah naik ke surga?
A. Pemberdayaan untuk Misi Injil (Amanat Agung)
Kenaikan Yesus secara langsung terkait dengan Amanat Agung. Sebelum naik, Yesus memberikan perintah kepada murid-murid-Nya:
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:19-20
Dan di Kisah Para Rasul, Ia menambahkan:
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Kisah Para Rasul 1:8
Implikasinya:
- Otoritas Kristus: Amanat Agung diberikan dengan dasar otoritas universal Kristus yang telah naik ke surga: "Segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku." Kita pergi bukan dalam kekuatan kita sendiri, tetapi dengan kuasa dan otoritas dari Raja yang telah ditinggikan. Ini memberi kita keberanian untuk memberitakan Injil bahkan di tengah tantangan.
- Kuasa Roh Kudus: Kenaikan-Nya memungkinkan pengutusan Roh Kudus, yang adalah sumber kuasa kita untuk bersaksi. Tanpa Roh Kudus, upaya kita akan sia-sia. Dengan Roh Kudus, kita diperlengkapi untuk misi yang mustahil. Ini berarti kita harus hidup dalam ketergantungan penuh pada Roh, mencari pimpinan dan pemberdayaan-Nya setiap hari dalam pelayanan kita.
- Penyertaan Kristus: Meskipun secara fisik tidak ada, Yesus berjanji untuk menyertai kita "senantiasa sampai kepada akhir zaman" melalui Roh Kudus. Ini adalah janji yang menghibur dan menguatkan bagi mereka yang melayani-Nya. Kita tidak sendirian dalam misi ini; Sang Raja yang ditinggikan hadir bersama kita.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk terlibat aktif dalam penyebaran Injil. Kesadaran akan Kristus yang bertahta dan Roh Kudus yang memberdayakan harus mendorong kita untuk berani bersaksi, melayani, dan menjadikan murid di mana pun kita berada, dari lingkungan terdekat hingga ke ujung bumi.
B. Hidup dengan Perspektif Sorgawi
Dengan Kristus yang telah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah, fokus kita sebagai orang percaya seharusnya juga terangkat dari hal-hal duniawi menuju hal-hal surgawi.
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Kolose 3:1-2
Ini bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab kita di bumi atau menjadi tidak relevan dengan masalah-masalah dunia. Sebaliknya, ini berarti kita membawa perspektif surgawi ke dalam kehidupan duniawi kita:
- Prioritas yang Berbeda: Nilai-nilai kita seharusnya selaras dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Kita tidak terlalu terikat pada kekayaan, status, atau kesenangan duniawi yang sementara. Kita berinvestasi pada hal-hal yang kekal.
- Penghiburan di Tengah Penderitaan: Mengetahui bahwa Kristus telah naik dan memerintah di surga memberikan penghiburan di tengah penderitaan dan kesulitan hidup. Penderitaan kita di bumi adalah sementara, sementara kemuliaan yang menanti kita bersama Kristus adalah kekal. Ini memberi kita ketekunan dan pengharapan yang teguh.
- Motivasi untuk Kekudusan: Karena kita adalah warga negara surga dan Kristus adalah Raja kita yang kudus, kita dipanggil untuk hidup kudus. Kita berusaha mencerminkan karakter-Nya di dunia ini, mengetahui bahwa suatu hari kita akan melihat Dia muka dengan muka.
Hidup dengan perspektif surgawi berarti hidup dengan kesadaran bahwa hidup kita yang sejati "tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah" (Kolose 3:3). Ini memberikan kedamaian, tujuan, dan kekuatan untuk menjalani hidup yang berarti di dunia yang sementara ini.
C. Doa dan Penyembahan yang Penuh Keberanian
Kenaikan Yesus mengubah cara kita berdoa dan menyembah. Karena Ia telah naik ke surga dan menjadi Imam Besar kita, kita memiliki akses langsung kepada Bapa.
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Ibrani 4:16
Implikasinya:
- Akses Langsung: Kita tidak perlu perantara manusia atau ritual yang rumit untuk mendekat kepada Allah. Yesus sendiri adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Doa kita tidak lagi terbatas oleh penghalang dosa, karena darah Kristus telah menghapusnya dan Ia kini memohon bagi kita di surga.
- Doa yang Penuh Keberanian: Kita bisa datang kepada Allah dengan yakin, bukan karena kelayakan kita sendiri, tetapi karena kelayakan Kristus. Ini menghilangkan rasa takut dan keraguan, menggantikannya dengan keyakinan bahwa Bapa mendengarkan dan mengasihi kita karena Anak-Nya.
- Penyembahan yang Bermakna: Penyembahan kita bukanlah sekadar ritual, melainkan respons terhadap kemuliaan Kristus yang telah naik. Kita menyembah Dia sebagai Raja yang bertahta, Imam Besar yang memohon bagi kita, dan Tuhan yang akan datang kembali. Ini membuat penyembahan kita lebih mendalam dan penuh sukacita.
- Kristus sebagai Perantara: Kita berdoa "dalam nama Yesus," bukan sebagai formula ajaib, melainkan sebagai pengakuan bahwa semua doa kita mencapai Bapa melalui pengantaraan dan jasa Kristus yang telah naik. Ia adalah Pembela kita (1 Yohanes 2:1).
Setiap kali kita berdoa, kita menghampiri takhta Raja semesta alam, yang adalah Bapa kita, melalui Putra-Nya yang telah ditinggikan di sebelah kanan-Nya. Ini adalah hak istimewa yang luar biasa dan seharusnya mendorong kita untuk berdoa lebih sering, lebih sungguh-sungguh, dan dengan penuh iman.
D. Penantian Aktif akan Kedatangan-Nya Kembali
Seperti yang telah kita bahas, kenaikan Yesus disertai dengan janji kedatangan-Nya kembali. Implikasi praktis dari janji ini adalah penantian yang aktif, bukan pasif.
Sebab itu hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga. Matius 24:44
Bagaimana kita menanti secara aktif?
- Hidup Kudus dan Bertanggung Jawab: Penantian akan kedatangan Kristus harus memotivasi kita untuk hidup kudus, menjauhi dosa, dan melayani Tuhan dengan setia. Kita harus menggunakan waktu, talenta, dan sumber daya kita untuk kemuliaan-Nya. Ini bukan ketakutan akan penghakiman, melainkan kerinduan untuk menyambut Raja kita dengan tangan terbuka dan hati yang murni.
- Penyebaran Injil yang Giat: Jika kita sungguh percaya bahwa Yesus akan datang kembali, kita akan terdorong untuk memberitakan Injil kepada sebanyak mungkin orang. Hari kedatangan-Nya adalah hari di mana kesempatan untuk bertobat akan berakhir. Urgentasi inilah yang harus mendorong misi kita.
- Mengasihi dan Melayani Sesama: Penantian aktif juga berarti mempraktikkan kasih Kristus kepada sesama, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan. Yesus mengajarkan bahwa apa yang kita lakukan kepada yang paling hina dari saudara-saudari-Nya, kita lakukan kepada-Nya (Matius 25:40).
- Berjaga-jaga dan Berdoa: Kita dipanggil untuk berjaga-jaga, waspada terhadap tanda-tanda zaman, dan terus berdoa untuk Kerajaan Allah datang. Penantian ini membentuk karakter kita, memurnikan harapan kita, dan menguatkan iman kita di tengah dunia yang makin kacau.
Kenaikan Kristus adalah pengingat bahwa sejarah tidak berjalan tanpa arah. Ada tujuan ilahi, dan tujuan itu adalah kedatangan kembali Kristus untuk mendirikan Kerajaan-Nya sepenuhnya. Penantian ini memberikan makna pada setiap tindakan kita, mengubah setiap hari menjadi kesempatan untuk hidup bagi Dia yang akan datang.
E. Kenaikan Kristus sebagai Dasar Persatuan Gereja
Peristiwa kenaikan Yesus juga memainkan peran penting dalam persatuan umat percaya. Setelah kenaikan-Nya, Roh Kudus dicurahkan dan membentuk gereja. Paulus menjelaskan bagaimana Kristus yang naik memberikan karunia-karunia rohani untuk membangun tubuh Kristus:
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Efesus 4:11-13
Implikasinya:
- Kristus adalah Kepala Gereja: Dengan Kristus yang bertahta di surga, Dia adalah Kepala yang tunggal dan berdaulat atas Gereja-Nya di seluruh dunia. Ini berarti bahwa semua orang percaya, di mana pun mereka berada, adalah bagian dari satu tubuh di bawah satu Kepala.
- Karunia-Karunia untuk Pembangunan: Kristus yang telah naik tidak meninggalkan gereja tanpa sumber daya. Sebaliknya, Ia mencurahkan Roh Kudus dan memberikan berbagai karunia rohani melalui Roh Kudus untuk memperlengkapi setiap anggota tubuh bagi pelayanan. Karunia-karunia ini dimaksudkan untuk membangun, menguatkan, dan menyatukan gereja, bukan untuk memecah belah.
- Tujuan Akhir Kesatuan: Tujuan dari semua karunia dan pelayanan ini adalah untuk mencapai "kesatuan iman" dan "kedewasaan penuh" dalam Kristus. Ini berarti gereja dipanggil untuk mengatasi perbedaan-perbedaan sepele dan berfokus pada inti iman Kristen, yaitu Kristus yang telah naik dan akan datang kembali.
Kenaikan Kristus menjadi fondasi teologis bagi persatuan gereja universal. Kita semua adalah anggota dari Kerajaan yang sama, melayani Raja yang sama, dan diberdayakan oleh Roh yang sama. Ini harus mendorong kita untuk mengasihi satu sama lain, bekerja sama, dan menyingkirkan perpecahan demi kemuliaan Kristus.
IV. Kesimpulan: Hidup dalam Bayangan Kenaikan
Kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga bukanlah sekadar akhir dari sebuah kisah, melainkan penentu arah bagi semua yang mengikuti-Nya. Ini adalah peristiwa yang menegaskan otoritas Kristus yang mutlak, jaminan bahwa Dia sedang memerintah sebagai Raja dan Imam Besar kita, dan janji yang pasti bahwa Dia akan kembali.
Kita hidup dalam "bayangan" kenaikan Kristus. Artinya, hidup kita dibentuk oleh realitas bahwa Tuhan kita tidak lagi terbatas di bumi, tetapi telah ditinggikan ke takhta kekuasaan di surga. Realitas ini memberikan kita:
- Pengharapan yang Teguh: Kita memiliki janji surga dan kedatangan Kristus kembali, yang memberi makna pada setiap hari dan setiap perjuangan.
- Kuasa untuk Bersaksi: Roh Kudus telah dicurahkan untuk memperlengkapi kita dalam menjalankan Amanat Agung. Kita tidak bersaksi dalam kekuatan sendiri.
- Akses kepada Allah: Melalui Imam Besar kita yang sempurna, kita bisa mendekat kepada takhta kasih karunia dengan keberanian dan keyakinan.
- Perspektif yang Kekal: Kita hidup sebagai warga negara surga, dengan prioritas dan nilai-nilai yang mencerminkan Kerajaan Allah yang tak berkesudahan.
- Motivasi untuk Kekudusan dan Pelayanan: Karena kita tahu siapa Raja kita dan apa yang telah Ia lakukan, kita terdorong untuk hidup kudus dan melayani-Nya dengan sepenuh hati.
Saudara-saudari terkasih, jangan biarkan peristiwa kenaikan ini menjadi catatan kaki dalam iman Anda. Sebaliknya, biarkanlah itu menjadi mercusuar yang menerangi jalan Anda, menguatkan hati Anda, dan mengarahkan pandangan Anda ke atas, kepada Kristus yang telah naik dan akan datang kembali. Dengan sukacita yang sama seperti para murid di Betania, marilah kita senantiasa memuliakan Allah dan hidup sebagai saksi-saksi-Nya yang setia, menanti dengan penuh kerinduan akan kedatangan Raja kita yang mulia. Amin.